#15

775 80 22
                                    

halo..

[ menyengir ] ; apakah masih ada yang nunggu ff ini?? saya harap iya. oke, untuk permintaan maaf, saya membuat chap ini memiliki 4 ribu word untuk kalian baca ♡('ω')♡

[ saya harap anda sekalian ini tidak merasa jenuh dan bosan saat membacanya ]

.

.

.

Nyatanya, apa yang direncanakan dan diperkirakan tidak akan akurat seratus persen dengan cara bagaimana mereka berpikir membuat rencana, kenyataan yang nyata menyadarkan mereka semua bahwasannya sesuatu yang dipikirkan akan lebih sulit jika dikeluarkan dan dipraktekkan. Begitupun sebaliknya, sebuah momen dimana itu terlihat sangat mudah dan tidak memiliki kendala, hanya kendala bagaimana caranya berpikir dan akhirnya menjadi sebuah perdebatan dalam isi kepala, seperti 'Apakah ini benar?' - 'Bagaimana jika aku melakukan kesalahan?' atau 'Ini memang mudah, tetapi aku berpikir jika ini tidak perlu kulakukan dengan sepenuh hati'.

Jelasnya, kenyataan selalu diluar ekspetasi, atau ekspetasi itu sendiri yang terlalu dalam.

Entah, tetapi banyak sekali manusia yang kecewa dengan bagaimana isi kepala mereka berbicara. Terkadang, mempercayai diri sendiri pun adalah sebuah kesalahan.

Sepatutnya, dunia ini memang dipenuhi dengan kekecewaan dari setiap manusia yang berekspetasi tinggi, melambung selayaknya mereka adalah seekor burung dengan kedua sayap yang lebar serta indah. Tanpa tahu, bahkan kedua sayap itu hanyalah sebuah kain tipis yang bahkan untuk menutup tubuh mereka pun masih terlihat.

Seperti Yin Guo, pria dewasa ini merasakan hal yang begitu menyesakkan dan rasanya seperti ia lebih memilih untuk ikut mati bersama sang istri. Penyesalan tentu dapat dirasakan saat kau sudah mengalami apa yang menjadi keputusan. Sudah seperti ini, manusia hanya bisa merenung atau bahkan frustasi.

Yin Guo tidak tahu jika akhirnya hanya akan merasa seperti ini. Rasa kehilangan dan penyesalan yang membuatnya terus saja termenung dan hanya menunjukan ekspresi palsu pada istri barunya, Jui Ya. Perasaan berdosa dan senang berkumpul pada hatinya. Mungkin, ia adalah manusia terburuk dan paling berdosa didunia ini. Bagaimana apa yang ia rasa adalah sebuah kebrengsekkan. Berdosa dengan apa yang menjadi keputusan dan senang karena menikmati keputusan.

Sial, tiada hari tanpa mengumpat dalam benaknya.

Sepasang mata redupnya menatap bayi yang ada dalam dekapannya. Kedua kelopak kecil itu tertutup dengan nyaman, serta tarikan nafas yang teratur. Baru kali ini rasanya ia merasakan ketenangan dalam hati dan kekhawatiran itu sedikit menghilang tatkala melihat sang anak tertidur dengan pulas. Sejak anak yang dilahirkan oleh Jui Ya lahir, anak ini terus saja menangis dan suaranya tidak wajar. Ia bahkan berpikir jika bayi ini akan mati karena tangisannya sendiri.

Yin Guo tersenyum tipis, jemari kasar serta kapalan itu mengusap wajah sang anak dengan lembut, "Teruslah berprilaku tenang, jangan membuat ayah dan ibumu merasa khawatir"

Lalu, suara dari arah belakang terdengar, "Sebaiknya, kau jangan berbicara, aku takut bayi kita terganggu dengan itu"

Yin Guo menoleh dan mendapati Jui Ya yang sedang menghampirinya, ia tersenyum lebar dan mengangguk. Kembali mengalihkan pandangannya pada bayi kecil mungil ini. Wajahnya memang mirip sekali dengan Jui Ya, mereka sama-sama menggemaskan. Tetapi, rasanya ada yang mengganjal.

Hari semakin menunjukan bahwa sekarang sudah masuk diwaktu sore. Keluarga kecil yang dibenci ini memutuskan untuk masuk kedalam rumah kecil mereka. Hanya ada satu ruangan, pasokan kayu untuk membuat rumah sangatlah sedikit, hingga mereka hanya mampu membuat satu kotak rumah. Bisa terhindar dari sinar matahari dan air hujan pun mereka bersyukur, setidaknya mereka masih mempunyai tempat untuk berteduh.

[BL] HanGuang-Jun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang