Yang tidak aku sangka setelah mati ialah, Tuhan mengabulkan keinginanku.
Aku terbangun di komik Boku no Hero Academia, dan berada di tubuh gadis kelas satu SD yang yatim piatu. Dan hal yang paling kusukai dari dunia ini ialah bakat.
Membicarakan tentang bakat, aku suka dengan tipe penghancur seperti Shigaraki Tomura dan tipe serangan sejenis ledakan kepunyaan Bakugou Katsuki, atau pukulan kuat semacam Midoriya Izuku. Tetapi aku pikir, api biru milik Dabi itu bikin diri sendiri jadi keren. Namun sepertinya, aku tidak sespesial itu di mata Tuhan maupun iblis.
Aku tidak dianugerahi bakat.
“Setidaknya aku diberi kesempatan hidup kedua, sih.”
Aku memasang sepatu, mengentakkan ujungnya pada lantai sebelum keluar kamar sewa menuju sekolah.
Dua kali menjalani masa sekolah adalah hal yang paling menyebalkan, terutama bagi manusia yang tidak punya quirk sepertiku.
Sejak datang kemari, sudah tujuh tahun aku dirundung. Jadi seperti inilah rasanya menjadi Deku.
Tuhan lagi-lagi mengujiku. Namun aku masih saja berangkat ke lembaga yang disebut sebagai tempat menuntut ilmu itu.
“Yah, biar bagaimanapun ini kewajiban.”
Tetapi langkahku menyusuri trotoar dengan terpaksa berhenti akibat mendapati seorang anak kecil berbaju hitam dengan kepala menunduk tengah menghalangi jalan.
Dia gemetaran.
Dari serong kanannya, aku terdiam memperhatikan gelagatnya yang tidak bisa dibaca.
“Kau tersesat?”
Pada akhirnya aku memutuskan bertanya, lantas dibuat terlonjak saat anak itu mendongakkan kepala dan menampilkan trauma luar biasa menakutkan.
Demi Tuhan! Wajahnya sangat menyakitkan!
Aku menyentuh dadaku selagi bertopang lutut. Rupa anak itu terlihat syok, bingung, dan terpukul menjadi satu. Namun aku sangat tahu bahwa dia sedang butuh pertolongan. Dia—Shigaraki Tomura kecil, atau bisa kusebut sebagai Shimura Tenko?
“To-tolong aku ...,” cicitnya.
Aku meneguk ludah, melirik orang-orang yang memperhatikan kami tanpa berniat melakukan apa-apa. Mereka sudah takut duluan dengan penampilan mengerikan Tenko. Kulit yang kering dan menguning, kerutan di kening, dan pakaian kotor.
Kuputuskan berjongkok, memeluk lutut, dan tersenyum kikuk. “Bo-boleh aku tahu, apa yang paling adik manis ini butuhkan dari kakak?”
Mendengar pertanyaan berbelitku, Shigaraki termenung. Lalu mulutnya terbata-bata, membicarakan sesuatu mengenai membunuh, keluarga, dan bakatnya. Intinya aku sudah tahu, soalnya aku mengikuti perjalanan hidup beliau ini dari komik.
“Jadi begitu? Keluargamu meninggalkanmu?”
Tenko kecil menggeleng, berniat menyentuhku sebelum menarik kembali tangannya dengan gemetar. “Ti-tidak, bukan begitu ... a-akulah yang sudah membunuh mereka ....”
“Ya, sudah.” Aku mengangguk. “Aku sudah mendengarkan ceritamu, kau mau aku melakukan sesuatu?” tanyaku.
“Polisi ... apa kau akan membawaku pada mereka ...?”
“Kalau kau mau, akan kulakukan.”
Tenko menunduk, menggeleng takut. “Aku ... tidak.”
Aku pun mendengkus geli, terkekeh sembari mengulurkan tangan. “Kalau begitu, apa yang mau kau lakukan sekarang?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Shelter
FanfictionIsekai AU BNHA Villain x OC as Regressor ... Ketika tinggal di dunia itu, aku mendapati seluruh sumber kekacauan muncul di hadapanku. Memang, apa yang bisa kulakukan kalau sudah berada di waktu mengerikan tersebut? warn: yuhuuu, family time! villain...