- 17 -

368 94 16
                                    

“Hmmm ....”

“Hmmmmm ....”

“Hmmmmmmm ....”

Urat perempatan sebal muncul di pelipis. Aku mendesah lelah, melirik Toga dan Hawks yang juga menopang dagu di atas meja. “Berhenti meniru,” peringatku.

Keduanya kemudian cekikikan, sementara aku yang sedang sibuk memikirkan jumlah orang di dalam kamar sewa kecil ini merasa harus pindah secepat mungkin karena selalu dijadikan tempat kumpul-kumpul.

Bukan bermaksud kabur, maksudku mencari tempat yang lebih luas dan ramah bermain. Ada banyak suara gim terdengar, lalu obrolan dan teriakan, tidak lupa langkah kaki berat yang mengentak.

Sudah beberapa kali aku kena tegur tetangga, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan walau mereka sudah kuperingatkan berkali-kali agar tak berisik.

Nee-Sama, ada yang bisa kubantu untuk makan malam?” tawar Hawks ketika aku mencuci daging pemberian Tsukauchi-san melalui Jin-kun.

Aku menoleh pada Hawks yang tinggi masih sepantaran denganku. “Oh? Terima kasih! Tolong potong kentangnya!”

Roger!” Hawks memberi hormat, lalu melakukan apa yang kupinta.

Aku tersenyum, tidak menyangka akan berteman dengan Hawks juga. Kupikir dendam masa lalu akan terus membelenggu, rupanya melepaskan rantai tidak begitu sulit selama ada keinginan.

“Kalian semua terlihat senang—sampai tidak sadar aku datang.”

Untuk pertama kalinya, Atsuhiro mampir dan disuguhi oleh kondisi ruangan yang kacau balau.

Sontak kami menatap sumber suara, memasang ekspresi berbeda-beda.

“Atsuhiro-kun! Selamat datang!”

Aku bergegas menyapa, mendatangi Atsuhiro yang merentangkan kedua tangan dengan lebar sebelum Tenko dan Iguchi menahannya.

“You-chan! Terima kasih atas sambutan hangatmu!—dan hei! Biarkan aku memeluk You-chan, dong!”

Atsuhiro merengek, dan segera mendapat omelan yang membuatku tertawa.

“Tidak sudi!” jerit Tenko.

“Toga-chan tahan kakinya!” perintah Iguchi.

Toga dengan tawa bahagianya tidak hanya menahan kaki Atsuhiro seperti yang sudah dititahkan, tapi sampai memanjat ke punggung.

Sontak aku dan Jin-kun yang menyaksikan mereka jadi tertawa, sementara Hawks bertanya-tanya.

“Siapa paman ini?”

Sembari mengusap air mata yang keluar, aku mengatakan bahwa Atsuhiro-kun adalah temanku.

“Berarti kurang kakak lelaki Terushima, ya?” lanjutnya.

Aku mengangguk. “Terkadang kami meneleponnya,” jelasku.

Kemudian melanjutkan kegiatan memasak seraya memikirkan hal penting lainnya. “Omong-omong, apa kau punya kenalan dokter?”

Hawks menoleh. “Tidak. Kenapa?”

“Kalau ada, tolong beritahu aku, ya? Saat melihat Dabi, mungkin kau akan mengerti kebutuhan kami nanti.”

Meskipun terlihat memasang ekspresi penasaran karena ingin tahu lebih rinci, Hawks pilih mengangguk setuju tanpa banyak bertanya lagi. “Baiklah! Serahkan padaku, Nee-Sama!” ujarnya.

Aku tersenyum, merasa dihormati, walau panggilannya kelewatan sekali.

Dan setelah semua masakan untuk makan malam selesai, aku melakukan panggilan video bersama Dabi.

Villain ShelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang