- 10 -

418 95 0
                                    

Yo-u? Siapa orang tadi?”

Dabi menghubungi kami lagi. Aku tertawa-tawa ketika melihat hidungnya mengerut, menyadari Jin-kun melewati belakang tubuhku membawakan makan malam yang baru saja selesai kuolah.

“Teman baruku, ahaha! Omong-omong, Dabi, bagaimana Shiketsu? Kulihat tubuhmu seperti terbakar.”

Aku menyipitkan mata, menajamkan penglihatan melihat kulit di bawah dagunya menipis dan menghitam. Jahitannya telihat.

“Perlu 'kah aku menghubungi Tsukauchi-san agar mencarikan dokter untukmu?”

“Nee-san! Toga-chan—”

“Ssstt!” Aku menyuruh Tenko diam, lalu berdiri dan bersandar di dekat kompor. “Kau sudah makan?”

Aku baru dari kantin asrama.” Dabi menopang dagu, menyeringai. “Sepertinya akhir pekan ini aku ke sana, aku akan mendatangi dokter pribadiku untuk mengecek kulitku.”

“Jangan ke sini!” sahut Tenko, sontak aku memicingkan mata sehingga tidak fokus pada ucapan Dabi.

“Ten-chan terdengar tidak sabar bertemu denganmu,” ujarku, membuat Tenko menjerit tak sudi.

Ceh. Biarkan aku bicara dengannya,” pinta Dabi. Tidak biasanya.

Aku pun menyerahkan ponsel pada Tenko yang memasang ekspresi malas, dia membawa panggilan itu ke dekat rak alas kaki. Kuajak Toga untuk mencuci tangan dan membiarkan Iguchi-kun mengobrol bersama Jin-kun.

“Huuuh ...? Kau juga bersalah di sini!”

Awalnya Tenko berbisik-bisik, tetapi mendadak dia berteriak pada telepon. Aku dan yang lainnya pun terkejut sampai-sampai menoleh.

“Pas sekali! Sudah lama aku ingin menghancurkan tubuh busukmu itu!”

Aku termangu, memandang Tenko yang masih membelakangiku sebelum berbalik dengan senyuman dan menyerahkan kembali panggilan.

“Apa yang kalian rencanakan?” tanyaku, pada Dabi maupun Tenko.

“Duel/duel.”

Dan keduanya menjawab bersamaan.

“Woah, Terushima, kau bertengkar dengan kakakmu?” Iguchi menatap Tenko yang duduk di seberangnya.

“Dia bukan kakakku,” balas Tenko malas.

Oi, oi. Dia juga bukan adikku,” sahut Dabi.

“Tapi kulihat di foto itu, kalian terlihat akrab sekali.”

Jin-kun mengarahkan tulunjuk ke pigura di atas nakas, pada foto kelulusan SD yang berisi aku, Tenko, dan Dabi.

Tenko bersedekap tangan memasang ekspresi jengkel, sementara Dabi meletakkan lengan di atas kepala bocah itu dengan seringai jahil. Warna rambut mereka masih belum berubah, biru dan putih. Aku yang hitam berdiri di sisi Tenko lainnya dengan gaya damai.

“KAU MEMBUAL!/KAU BERKHAYAL!” tolak Tenko dan Dabi bersamaan.

“Maafkan aku!” Jin menunduk dengan raut bersalah setelah mendapat kemarahan dua saudaraku.

Aku cuma tertawa saat duduk di samping Tenko dan meletakkan ponsel di atas meja makan, menghadap ke langit ruangan. “Kapan duelnya? Aku ingin menonton.”

“Toga-chan juga mau lihat!” Toga mengangkat tangannya tinggi.

"Akhir musim panas," sahut Dabi.

“Tapi Sensei, apakah tidak apa-apa? Kukira kau akan melerai mereka.” Iguchi bertanya khawatir.

“Tidak apa-apa! Kalau saudara tidak bertengkar malah terasa tidak normal, bukan? Ini membuktikan kalau Ten-chan dan Dabi sangat akrab!”

Villain ShelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang