- 20 -

579 92 22
                                    

Natal tiba! Ini adalah momen sakral yang harus dirayakan dengan bersenang-senang bersama kerabat.

“Syukurlah. Kita cuma berdua, Nee-san.”

Aku melirik Tenko yang berada di bawah meja menikmati kehangatan, sementara diriku sibuk memasak makan malam.

“Dabi bilang mau ke sini, kok!” sahutku.

Sontak Tenko duduk, membalas tatapanku yang tertuju padanya dengan meledek.

“Kenapa tidak bilang? Aku harus mengunci pintu!” ucapnya, tetapi tidak bergerak dari kotatsu yang cuma kami keluarkan saat musim dingin. Malahan, Tenko kembali berbaring dan memasukkan diri ke bawah meja lebih dalam.

Tawaku tak bisa ditahan.

Selagi menyiapkan cream stew dan karaage, aku masih mengharapkan yang lain untuk datang malam ini. Tetapi semua orang masih punya keluarga, mereka memiliki kesibukan masing-masing. Jadi dua orang adik menemaniku juga tak masalah. Walau ditambah Hawks sekarang, yang tiba bersamaan Dabi.

“Aku bawa bir untukmu, Nee-sama!”

Hawks masuk ke dalam dengan ceria, sedangkan Dabi di sebelahnya saling bertukar tatapan malas dengan Tenko yang mendongak. Aku mendengkus.

“Kau masih di bawah umur. Mencuri milik atasanmu?” selidikku, dan cuma mendapat kikikan dari Hawks.

Langkahku kini mendekati Dabi, berniat mengambil alih barang bawaannya, tetapi anak itu malah memelukku hingga menyebabkanku melotot. Habisnya, terkadang aku takut melakukan sentuhan fisik pada Dabi karena tidak ingin membuatnya tak nyaman.

“Lama tidak bertemu,” ujarnya. Terakhir kali kami berjumpa saat akhir musim panas.

Pun aku balas memeluk Dabi yang semakin tinggi dengan erat, teringat tidak boleh memperlakukan dua adikku secara berbeda.

Aku mengangguk sebelum dibuat terkejut ketika Hawks dari belakang ikut bergabung.

“Oi, apa yang kau lakukan?” Dabi bertanya dari samping telinga kiriku.

“Oh, ayolah? Masa tidak boleh?” balas Hawks dari samping telinga kananku.

Aku terhimpit. Untungnya Tenko muncul bak pahlawan kesiangan.

“Nee-san, ayam gorengnya.”

“Oh! Benar!” Aku melepaskan diri, segera berjalan cepat ke dapur dan mengabaikan perdebatan yang terjadi di ruang tamu.

Kudengar Tenko mengejek Dabi yang tak berinisiatif membawakan sesuatu, sementara Hawks memanas-manasi walau berakhir kena umpatan sebagai pencuri.

“Woah, karaage!”

Tiba-tiba Hawks muncul dari belakang, membuatku terperanjat.

“Ada yang bisa kubantu?” tanyanya.

Aku menggeleng, tersenyum kecil. “Sudah selesai, kok!”

“Sedikit saja?”

“Selain kita berempat, sepertinya tidak ada yang akan datang lagi. Ini liburan keluarga, bukan?”

“Iya ‘sih. Tapi aku yakin mereka bakal datang.”

“Tentu saja mereka bakal datang! ‘Toh mereka pengangguran dan tak punya keluarga!” sahut Tenko yang lehernya dikunci Dabi dengan lengan.

Dabi sendiri terlihat menikmati walau rambutnya ditarik kuat oleh Tenko.

Aku menatap keduanya lelah. Ingin melerai, tetapi panggilan dari ponsel segera mengalihkan perhatian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Villain ShelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang