- 09 -

425 94 2
                                    

Aku mengerjapkan mata. Napasku berembus keluar selagi mencari-cari dompet yang baru saja kukeluarkan dari saku blazer.

“Hah ...?”

Secara perlahan aku mengulangi tindakan yang sama bersama napas yang lebih teratur.

Tetapi itu sungguh tidak ada!

Dengan panik aku menyentuh seluruh kantong yang ada di tubuhku, tetapi tak menemukan apa pun di sana.

Aku bersumpah, demi Dewa! Aku barusan memegangnya! Di telapak tanganku! Sebelum mendadak menghilang!

Niatku belanja bahan makan malam malah terguncang karena teringat foto pertamaku dan Tenko ada di tompet tersebut.

GAAAH!!! TENKOOO!!!

Hari masih terang, bisa-bisanya melakukan pencurian!

Aku menoleh ke sekitar, menatap orang-orang mencurigakan di sepanjang trotoar. Namun mana mungkin bisa kutemukan dengan mata telanjang! Aku perlu mata batin atau quirk kalau berurusan dengan penjahat!

Hngg? Penjahat ...?

Mungkin 'kah ... uhm—masalah lagi?

Tetapi bagaimana bisa kalian para penjahat muncul di satu wilayah begini, sih?!

Cukup sebentar aku melangkah maju menyusuri jalan, hingga aku mendapati wajah yang tak asing dalam ingatan. Rambut keriting hitam dan alis pendek. Pemuda yang bersandar di tembok itu memainkan ponselnya dengan senyuman mengejek sebelum menyadari kehadiranku yang sedang menatapnya tajam. Untungnya, dia merespon ekspresiku dengan tubuh tersentak sehingga memudahkanku dalam memastikan pelakunya.

Lekas aku mendekatinya yang berusaha sok tenang dan bertanya ramah padaku.

“Anda butuh sesuatu, Nona?” tanyanya.

Tanpa ragu-ragu aku mengaitkan lengan kami, menahannya super kuat yang berusaha memberontak.

“No-Nona? Apa Anda mabuk?”

“Kembalikan dompetku, Tuan.”

“H-huh?”

“Ada adikku di dalam dompet itu, jadi tolong kembalikan.”

Sako Atsuhiro, alias Mr. Compress. Orang ini yang paling tua dalam grup Liga Penjahat. Di masa sekarang aku ragu untuk memastikan usianya, tapi siapa peduli? Meskipun aku bertindak tidak sopan pada orang yang lebih tua, dia tetaplah pencuri Tenko!

Dan karena dia diam saja, mau tak mau aku berjinjit dengan menginjak sepatunya. “Kembalikan!” tekanku.

Mr. Compress mengangkat dagunya, menatapku dari atas seolah tidak habis pikir. “Bagaimana kau bisa tahu?” ujarnya.

“Aku bisa mendengar foto adikku menjerit minta tolong.”

Quirk aneh, ya?” gumamnya, lalu mengambil sesuatu dari dalam kantong celana kirinya.

Tidak kusangka, dia percaya.

Aku pun mengulurkan tangan, mengecek isi dompetku masih dengan memeluk lengannya. Untungnya, tidak ada perubahan di sana. Foto kecilku bersama Tenko juga aman. Namun Mr. Compress sama sekali tidak berusaha menyingkirkanku, padahal aku telah mencurigainya.

“ ... ha.” Aku mendongak, menatap Mr. Compress yang rupanya sedang membuang muka. “Suka pelukanku, Tuan?”

Sontak dia menunduk, memberikan cengingisan menyebalkan. “Mumpung ada kesempatan,” sahutnya.

Mendengar jawaban polosnya, tanpa sadar aku tertawa, lantas menjauh darinya. “Trims sudah dikembalikan. Kalau hilang, adikku jadi tidak bisa makan.”

Villain ShelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang