- 08 -

451 96 4
                                    

Sensei sangat baik dan cantik! Toga-chan suka sekali!”

Kami berjalan menuju rumah sewa. Aku dengan sengaja tidak mengungkit kue atau lilin agar tak ditagih macam-macam. Nanti uangku habis tanpa sisa kalau mengiyakan keinginannya.

“Terima kasih. Toga-chan juga baik dan cantik.”

“Toga-chan ingin menjadi seperti Sensei!”

Toga menggoyangkan tautan tangan kami, melangkah dengan riang di sepanjang trotoar. Dia sangat manis.

“Toga-chan ingin darah Sensei!”

Atau tidak?

Gawat!

Sepertinya aku sudah memancing rasa haus darahnya. Aku tak boleh lengah dan memanjakannya. Tetapi, bagaimana caraku dalam mengajari Toga-chan untuk menahan hasrat dari bakatnya?

“Toga-chan ingin menjadi seperti Sensei?—ingin darah Sensei?”

“Hum!”

“Meskipun Sensei tidak punya bakat manusia super?”

Pada akhirnya Toga terdiam, dia terkejut. “Sensei tidak punya quirk? Kenapa?”

Aku tersentak, bingung harus menjawab apa. Soalnya aku tidak pernah memikirkan pertanyaan itu sebelumnya.

“Yah ... uhm—karena dunia ini juga butuh orang yang tidak berbakat ...?”

“Kenapa?”

Pertanyaan sederhana yang mudah dipahami, tetapi jawabannya tidak manusiawi—alias aku juga tidak tahu kenapa dilahirkan berbeda!

Pada akhirnya aku menggelengkan kepala. “Sensei tidak tahu.”

“Kenapa jadi tidak tahu?”

“Mungkin karena Sensei masih kurang belajar? Ahaha!” Aku menggaruk belakang kepala yang tidak gatal, kemudian mengangkat jari telunjuk. “Begini, Toga-chan. Dunia itu tidak pernah adil 'kan? Semuanya selalu terasa tak memuaskan, selalu saja ada yang kurang. Ada orang yang mendapatkan bakat, tetapi mengutuk bakatnya karena dirasa tidak cocok dengan standar masyarakat sekarang.

Nah, bagi masyarakat, All Might itu sempurna. Tetapi sejujurnya, All Might memiliki kekurangan juga. Pasti tidak semua orang bisa dia selamatkan. Pasti dia juga punya penyesalan yang tidak pernah kita bongkar.”

Kulihat Toga melongo, mungkin dia bingung.

“I-intinya!—alasan Sensei tidak memiliki quirk karena Dewa memberikan bakat pada Sensei di bagian lain! Misalnya ... wajah yang cantik atau hati yang baik! Toga-chan mengerti?”

Segera Toga mengangguk ganas. “Toga-chan mengerti! Intinya, Sensei orang yang cantik dan baik walaupun tidak berbakat!”

“Yah, begitulah!” Aku tertawa. “Sensei merasa hati Sensei dipenuhi cinta. Dan Sensei menyukai kelebihan itu.”

“Cinta?”

Ini dia! Mataku memicing, menatap Toga yang memasang ekspresi penasaran.

“Cinta itu rasa sayang kepada makhluk hidup. Tidak ingin menyakiti mereka dan berusaha membuat mereka bahagia. Seperti Sensei yang menyayangi Tenko-kun dan ingin menjaganya agar tidak terluka. Itulah cinta.”

“Itu artinya Sensei juga mencintai Toga-chan? Sensei menjaga Toga-chan agar tidak terkena penyakit kucing, bukan?!”

“Tepat sekali, Toga-chan. Sensei juga bakal merasa sakit kalau melihat Toga-chan sakit.”

Villain ShelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang