3. Lies and Truth

150 34 14
                                    

"Direktur Kim, ada yang mau bertemu. Katanya sudah ada janji denganmu."

Myung Soo terkesiap mendengar suara salah satu staf galeri. Ia tak sadar entah sudah berapa lama melamun efek memikirkan kata-kata So Eun. "Oh, siapa?"

"Namanya Lee Elijah dari Art Talk."

Myung Soo pun teringat janji wawancara. Dipalingkannya wajah ke arah kanan, dalam jarak sekitar satu meter ia melihat Elijah dan ada seseorang membawa kamera berdiri di sampingnya.

"Dia memang tamuku. Kau boleh pergi sekarang."

"Baik, Pak."

Elijah berjalan mendekati Myung Soo. "Selamat sore," sapanya. Perkenalkan, ini rekanku sebagai jurnalis foto, Kang Hoon."

Kang Hoon memperkenalkan diri. "Annyeonghaseyo, Kang Hoon imnida."

"Aku Kim Myung Soo, senang bertemu denganmu."

Elijah memulai percakapan. "Mengikis eksklusivitas galeri, kupikir itu bisa jadi judul yang merepresentasikan tema wawancara ini."

"Good point," balas Myung Soo. "Konsep ini baru mulai dijalankan, masih berproses dan tentu tak mudah. Tapi aku senang kau menangkap pesan dari wacana baru yang kujalankan ini."

"Karena eksklusivitas galeri terutama galeri elit adalah hal yang tak terbantahkan. Aku paham jika lama kelamaan hal tersebut menimbulkan keresahan tersendiri."

Myung Soo mengangguk. "Baik bagi pekerja seni maupun pengelola galeri, sama-sama dihadapkan pada tantangan bagaimana mengkomunikasikan karya seni kepada masyarakat tanpa terkecuali, termasuk orang-orang dengan disabilitas."

"Apakah itu akan menghilangkan eksklusivitas galeri seutuhnya?"

"Tentu saja tidak. Eksklusivitas galeri tetap akan ada pada sisi gedung, desain ruang, dan juga dalam pertunjukan karya. Namun untuk sisi pengunjung, galeri terbuka untuk siapa saja. Sebagai sarana edukasi dan interaksi sosial. Bagi seniman dan pengelola, bisa dijadikan sarana untuk menumbuhkan empati."

Selanjutnya, tanya jawab antara mereka dilakukan sembari berkeliling galeri. Elijah tampak antusias dengan segenap pertanyaannya sementara Kang Hoon memotret bagian-bagian galeri yang merepresentasikan tema wawancara kali ini. Myung Soo merespon dengan baik karena semua pertanyaan itu memang seputar seni dan galeri, tidak ada yang menyinggung kehidupan pribadinya sedikitpun.

"Kurasa sudah cukup, terima kasih."

"Pastikan galerinya yang jadi pembahasan utama." Myung Soo mengingatkan lagi.

"Jangan khawatir. Kau sepertinya tidak mau mendapat spotlight?"

"Aku cukup bekerja di belakang layar saja."

"Wawancara selanjutnya, bisakah dijadwalkan minggu ini juga?"

"Akhir pekan, sekitar pukul empat belas, datanglah ke studio Capture," jawab Myung Soo.

"Baiklah, aku mengerti." Elijah dan Kang Hoon kemudian berpamitan.

Myung Soo kembali ke ruangan kerjanya untuk membereskan beberapa berkas sebelum pulang. Tak lama, ia mendapat telepon dari Min Seok kalau kakek masuk rumah sakit.
Bergegas Myung Soo meninggalkan kantor. Di luar gedung Woosung, ia mendengar Min Ji memanggilnya.

"Mau ke rumah sakit?" Tanya Min Ji sedikit terengah.

Myung Soo mengangguk.

"Aku ikut denganmu saja. Tak akan fokus jika menyetir."

Myung Soo mengiyakan, ia bisa cukup tenang untuk mengendarai mobil.

"Untung Oppa ada bersamanya saat Haraboji tiba-tiba sakit. Aku jadi merasa bersalah karena akhir-akhir ini sering merengek padanya. Di antara kita semua, jelas Haraboji yang paling banyak bekerja keras, ditambah membesarkan kita bertiga. Myung Soo, bagaimana jika kali ini sakitnya parah?"

Between the Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang