1. My Life in Other People's Lenses

254 40 5
                                    

Kilap blitz kamera dan suara jepretan saling bersahutan saat Kim Min Seok memasuki salah satu gedung Woosung Artpreneur, di sana sudah ada para jurnalis berbagai media berkumpul untuk meliput dirinya yang sudah berhasil memenangkan juara pertama dalam ajang Simposium Seni Internasional lewat lukisannya. Min Seok melambaikan tangan lalu berseru, "Aku ucapkan terima kasih kepada teman-teman media yang selama ini sudah mendukungku. Hari ini, aku ingin merayakan keberhasilan ini bersama kalian. Mari nikmati pesta yang sudah disiapkan."

Tentu saja suasana makin riuh, tampak wajah-wajah didominasi ekspresi sumringah. Kecuali Myung Soo, yang menatap nanar dan tak ada secarik senyum pun di wajahnya.

"Kim Myung Soo-ssi?"

Myung Soo menoleh ke arah kanan, seorang wanita tampak tersenyum padanya. Tak lama wanita itu menyodorkan kartu nama. Myung Soo menerima dan membacanya. "Lee Elijah, majalah Art Talk. Ada yang bisa kubantu?"

"Sebuah wawancara."

"Bintang utamanya di sana." Myung Soo menunjuk pada Min Seok.

"Aku ingin mewawancaraimu."

"Saat ini semua sedang bersukacita atas keberhasilan Min Seok. Ah, tidak. Biasanya juga seperti itu. Min Seok seorang bintang, kebanyakan jurnalis mengejarnya."

"Banyak faktor kenapa lukisan bisa dihargai sangat mahal. Salah satunya adalah narasi yang diberikan pada lukisan tersebut. Analisis dan narasimu sangat tajam, kau terlihat sangat paham pada dunia seni lukis. Aku ingin mengeksplorasi hal tersebut." Elijah menjelaskan dengan lembut namun penuh ketegasan dalam nada suaranya.

"Tergantung juga pada siapa yang menarasikannya. Opiniku dianggap layak karena posisiku sebagai direktur galeri Woosung. Dan Min Seok sebagai cucu dari pemilik galeri, sudah punya keuntungan kenapa lukisannya bisa dihargai mahal di samping dia juga sangat berbakat jadi karyanya pantas diapresiasi dengan harga selangit. Tak ada yang bisa dieksplorasi lagi, tapi aku akan menyimpan kartu namamu."

"Bukan hanya karya Kim Min Seok yang kau narasikan, mengingat kau pernah menapaki jalan sebagai kurator sebelum akhirnya menduduki posisi puncak di galeri ini. Tapi, untuk saat ini aku ambil pelukis Kim sebagai contoh. Bukannya aku tidak puas dengan narasi yang disampaikan oleh pelukisnya sendiri, hanya saja Kim Min Seok tak banyak bicara dan entah kenapa narasi darimu seperti memberi nyawa tambahan pada lukisan Kim Min Seok. Banyak dari karyanya seperti menyimpan misteri, sulit dipahami meski berkali-kali melihatnya dengan seksama."

"Memang semestinya seperti itu. Melukis adalah sebuah seni menunjukkan sekaligus menyembunyikan. Sulit dipahami membuat tafsiran terhadap suatu lukisan menjadi luas dan-" Myung Soo tiba-tiba berhenti bicara.

Elijah mengulas senyum. "Aku bisa merasakan semangat menggebu ketika kau berbicara mengenai seni lukis. Art Talk mengulas beragam hal tentang bermacam-macam seni dari berbagai sudut pandang. Aku pribadi sudah lama tertarik dengan sudut pandang yang kau miliki."

"Sebagai direktur galeri, bukankah sudah seharusnya paham sejarah seni dan punya selera seni yang cerdas? Tak ada yang istimewa dariku, sebatas itu saja."

"Baiklah, bagaimana dengan perspektif baru yang dimiliki galeri seni Woosung sejak dipimpin olehmu?"

"Hmm, baiklah, temui aku besok di galeri, aku ada waktu setelah pukul lima sore."

"Bagaimana jika aku mewawancaraimu juga sebagai fotografer? Bulan lalu kau memenangkan Travel Photographer of the Year."

"Tak bisa pilih salah satu saja?"

"Dua sesi wawancara? Untuk edisi berbeda. Beri aku kesempatan yang lain untuk mewawancaraimu sebagai fotografer."

Myung Soo berpikir sejenak. "Aku bisa berbagi tentang fotografi tapi tolong fokus pada karya dan pemikiranku saja."

Between the Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang