4. Thoughtfulness

138 34 16
                                    

So Eun menjawab telepon dari Min Seok dan mereka bercakap-cakap selama beberapa menit. Sementara Myung Soo menunggu dengan perasaan gusar.

"Tuan Kim Han Seok masuk rumah sakit, aku tadi malah menduga kau yang sakit, Myung Soo," ucap So Eun setelah selesai bertelepon.

"Hyung menelepon untuk memberitahukan hal itu?"

"Hmm, dia bilang sedang menunggui kakeknya dan tak tahu mau melakukan apa karena kakeknya sudah tidur, makanya meneleponku. Kau tidak bilang soal ini. Atau belum? Pikiranmu terusik karena kakekmu sakit, makanya ingin bertemu denganku. Kau merasa lebih baik sekarang?"

"Kadang aku tak paham dengan kepercayaan dirimu yang berlebihan. Tapi, aku iyakan saja agar kau senang."

"Bicara soal senang, tadi kau bilang rasa bahagiamu saat bersamaku adalah nyata. Itu bukan berarti bahagiamu bersama mereka adalah palsu, 'kan?"

Pertanyaan yang menohok tapi Myung Soo memilih untuk mengatakan kalau dia diperlakukan baik. "Aku mendapat dukungan penuh terutama soal pendidikan. Bisa mengecap pendidikan tinggi, yang belum tentu kugapai jika tetap ada di panti asuhan."

"Tak kekurangan materi sedikitpun, bahkan punya pekerjaan stabil dan bisa menekuni hobi yang butuh modal besar." So Eun menyambung ucapan Myung Soo. "Aku tidak salah, 'kan? Tapi kalau semua itu terasa semu, aku paham. Bagaimanapun, kau tetap orang luar. Bahkan tak dicatat resmi sebagai cucu adopsi. Huf, aku saja kadang ada rasa tak nyaman sejak tinggal bersama Imo dan Samchon, padahal masih keluarga."

"Kau ingin tinggal terpisah dengan mereka?"

"Mereka memberiku tempat tinggal gratis, menyanggupi pemenuhan pangan untukku. Tinggal sendiri berarti aku harus mengeluarkan uang sewa tempat tinggal dan biaya operasional yang menyertainya, biaya makan juga. Rasa tak nyamannya hanya kadang-kadang saja, jadi aku memilih untuk tetap bersama mereka."

Myung Soo tak kuasa menahan tawa. "Setidaknya, mereka memenuhi janji untuk merawatmu dengan baik meski kau sudah sedewasa ini."

"Sudah seharusnya, aku melepaskan satu-satunya peninggalan orangtuaku untuk biaya pengobatan Imo dan membayar semua hutang Samchon." So Eun mengendarkan pandangan ke seluruh ruangan, gedung yang dijadikan studio Capture ini dulu adalah milik orangtuanya, rencana dijadikan tempat tinggal sekaligus tempat usaha setelah ibunya pensiun. Namun, sang ibu keburu pergi, tepat lima tahun sejak kepergian sang ayah. Gedung ini pun jadi miliknya tetapi masalah kesehatan sekaligus keuangan yang melilit keluarga bibinya, tak kuasa diabaikan. Ia pun memutuskan untuk menjual gedung tersebut. Hatinya sangat berat melepaskan tapi akhirnya rela setelah Myung Soo menawarkan diri untuk jadi pembeli. Tak hanya itu, Myung Soo bilang kalau So Eun bebas untuk datang ke sini jika sekiranya butuh tempat menyepi atau sedang rindu pada orangtuanya. "Tak hanya materi, mereka juga berhutang budi padaku." So Eun terdiam sejenak, terhenyak dengan kata-katanya sendiri. "Astaga, baru segini saja aku merasa berhak menuntut kebaikan dan sejenisnya dari Imo dan Samchon, apa lagi Tuan Kim Han Seok? Uang yang dia gelontorkan untuk membesarkanmu, sudah pasti banyak sekali. Kepatuhanmu padanya, mutlak wajib. Kau benar-benar berada dalam cengkramannya. Benar, 'kan?"

"Sudah malam, kuantar kau pulang."

"Kita belum selesai berbincang."

"Sudah cukup. Kau harus istirahat, besok kerja."

"Apa yang diinginkannya sebagai ganti dari membesarkanmu?"

"Kau tidak pernah menanyakan ini, kenapa tiba-tiba membahasnya?"

"Karena ... tiba-tiba saja semuanya terasa masuk akal. Karaktermu, kepatuhanmu, prioritasmu selama ini, status adopsi yang tidak resmi, dan ... dan ucapanmu sebelum Min Seok menelepon." So Eun melanjutkan ucapannya dalam hati, "sejalan juga dengan dugaanku kalau kegelapan lebih mendominasimu ketimbang cahaya, seperti yang tergambar di lukisan itu."

Between the Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang