Masih pagi sekali tapi Min Seok sudah bersih dan rapi, ia bahkan begitu bersemangat. Berbanding terbalik dengan Min Ji yang tampak murung.
"Halo, adikku, apa yang kau lamunkan? Aku baru dapat kabar kalau Haraboji baik-baik saja."
"Oh, aku baru selesai bertelepon dengan Myung Soo. Aku mengajaknya untuk rapat bersama tim PR tapi bisa-bisanya dia bilang aku saja yang menghandel dan memutuskan pernyataan yang akan dirilis Woosung terkait pengunduran dirimu."
"Tidak aneh, memang semestinya seperti itu. Myung Soo selama ini bertanggung jawab atas galeri saja bukan Woosung Artpreneur. Tapi tenang saja, sebentar lagi dia bisa mendampingimu mengurus Woosung Artpreneur."
"Oppa, masalah ini terkait dirimu. Bahkan kupikir, seharusnya cukup dihandel olehnya saja sebagai direktur galeri. Tapi Myung Soo terdengar tidak semangat. Ah, semua gara-gara dirimu. Banyak tingkah!"
"Ya, salahkan saja aku terus. Timpakan semuanya padaku dan bela Myung Soo. Tak apa, aku akan menerimanya."
"Kau sungguh kekanakan."
"Bahkan kalian kompak mengatakan aku kekanakan. Kau dan dia sungguh cocok. Sudahlah, aku mau pergi dulu."
"Tunggu, serapi ini di pagi hari, mau ke mana?"
"Menemui So Eun. Aku mau mengantarnya bekerja, lalu nanti berencana menjemputnya juga untuk menemui Haraboji."
"Oppa akan menyetir? Bukankah tanganmu sakit?"
"Hanya luka kecil, tak masalah. Aku pergi dulu."
"Enak sekali, sudah membuat kacau dan sekarang bersenang-senang. Aku jadi penasaran, apa yang disukai Kim So Eun darimu? Kenapa dia mau jadi pacarmu? Mungkinkah karena status semata? Mengencani seorang Kim Min Seok, bisa dikatakan sebuah pencapaian yang cukup bagus."
Ekspresi Min Seok berubah muram. "Min Ji, aku tahu kalau sebenarnya kau menganggap rendah diriku. Kau anggap aku tak berguna. Makanya kau terus menerus protes pada Haraboji agar aku ikut mengurus Woosung. Tapi kau tak tahu, di balik perjanjian yang dibuat oleh Haraboji dan Myung Soo, ada kepiluan juga yang kurasakan. Kau pikir mudah saja memenuhi ambisi Haraboji, nyatanya tidak. Bukan hanya Myung Soo, aku juga menderita. Karena itulah aku merasa berhak memilih jalanku sendiri."
"Dengan cara membuat pengumuman mendadak, tanpa berdiskusi dengan kami dulu. Haraboji sampai masuk rumah sakit, apa itu tujuanmu juga?"
"Min Ji, aku tak sejahat itu. Haraboji masuk rumah sakit tentu di luar dugaan."
"Tapi kau tahu kondisinya. Haraboji sudah semakin tua, tidak sesehat dan sekuat sebelumnya. Hal kecil yang mengganggu pikiran bisa berefek pada kondisi kesehatannya!" Suara Min Ji meninggi, ia tak bisa lagi menahan emosi.
"Sudah kubilang kalau aku tak menduganya. Lagipula, sekarang Haraboji baik-baik saja, kenapa kau marah-marah dan menyalahkanku?"
"Haraboji sakit, Myung Soo makin bungkam. Entah kenapa, sepertinya ada sesuatu selain soal dirinya yang tak ingin lagi menjadi pelukis bayangan. Ada masalah besar di antara kalian berdua."
"Terserah mau berpikir apa. Aku harus pergi sekarang." Min Seok mengabaikan Min Ji yang memanggilnya, ia harus buru-buru ke tempat So Eun sebelum gadis itu berangkat kerja.
Perkataan Min Ji yang menudingnya sengaja membuat sang kakek sakit tentu saja mengusik, namun Min Seok tak memungkiri kalau kondisi tersebut memberinya sedikit keuntungan karena membuat Myung Soo diam. Meski tak tahu apakah sementara atau lebih bagus lagi, selamanya saja. Dan ia pun akan memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan dukungan kakek demi memuluskan rencananya mendapatkan So Eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Lies [Completed]
FanficDi antara larik-larik elegi dusta yang menyelubungi kehidupan Myung Soo, ada gelak tawa, derai suka cita dan cinta yang bukan lagi ilusi. Namun, Myung Soo baru tergerak untuk merengkuh semua itu ketika keluarga angkatnya mulai mengusik satu-satunya...