20. Keep on Surviving

94 21 9
                                    

Gelisah sepanjang malam, membuat Min Ji memutuskan untuk menemui Myung Soo lagi. Pagi-pagi sekali, bahkan langit belum sepenuhnya terang, Min Ji sudah melajukan mobilnya menuju Danyang, tanpa berpamitan dulu pada sang kakek.

Saat tiba di vila dan sudah bertatap muka dengan Myung Soo, tanpa basa-basi Min Ji bertanya soal studio Capture. "Bagaimana bisa studiomu itu milik Kim So Eun?"

"Bagaimana bisa kau tahu soal itu? Aku ragu kalau So Eun tiba-tiba mengatakannya padamu tanpa ada sebab. Apa yang kau lakukan? Mencoba masuk ke studioku secara paksa? Apakah terjadi keributan?"

"Kim Myung Soo, jawab saja pertanyaanku."

"Itu bahkan bukan pertanyaan yang wajib dijawab. Apa pentingnya bagimu studio itu milikku atau So Eun?"

"Hal ini jadi penting, jika kau menyimpan senjata untuk melawan Woosung di sana."

"Senjata? Senjata apa yang kau maksud?"

"Rahasia besar yang semestinya dibawa mati, siapa tahu kau mengumpulkan bukti dan menyimpannya di studiomu."

Myung Soo tertawa. "Aku tak percaya, kau dibayangi ketakutan semacam itu? Oh, tidak, pasti Haraboji. Kau terpengaruh olehnya. Digerogoti ketakutan demi ketakutan akibat ulah sendiri, kurasa itu cukup setimpal, karena lama-lama akan makin tersiksa."

"Kenapa kau seperti sosok pendendam dan berharap buruk pada orang yang membesarkanmu?"

"Biar kuperjelas. Hubunganku dengan Woosung hanyalah bisnis semata. Bahkan, aku banyak melakukan pekerjaan di luar tugas utamaku. Jadi, jangan sebut soal siapa membesarkan siapa. Aku tinggal bersama kalian tidak dengan tangan kosong. Min Seok Hyung sudah mengumumkan pensiun, seharusnya tugasku selesai."

"Tidak sesimpel itu, Myung Soo."

"Aku tahu!  Aku paham kenapa tidak bisa selesai, ditambah kenyataan buruk bahwasannya aku juga cucu Kim Han Seok. Meskipun begitu, tak bisakah selesaikan saja? Kalau Haraboji menerima fakta aku cucunya, seharusnya dia tak melakukan ini padaku. Seharusnya dia melepaskanku, biarkan aku jadi diriku sendiri, biarkan aku menempuh jalan pilihanku."

"Kau sudah katakan ini padanya, 'kan? Tapi, lihat sendiri, Haraboji malah mengirimmu ke sini. Karena kau cucunya juga, makanya makin ingin mempertahankanmu."

"Min Ji, tidakkah kau membencinya? Dia punya anak tidak sah. Tadinya direncanakan untuk tidak dilahirkan."

"Aku memang kecewa, tapi, melihat dan melangkah ke depan jauh lebih penting. Kembali ke topik tentang studiomu. Bisakah aku percaya kalau kau tidak menyembunyikan apapun di sana untuk menjatuhkan Woosung?"

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Percaya atau tidak, itu terserah kau saja."

"Kenapa kau berikan studio itu pada Kim So Eun?"

"Gedung itu memang miliknya."

"Bukankah kau membeli gedung yang kau jadikan studio?"

"Waktu itu aku hanya bilang sudah menemukan tempat untuk kujadikan studio. Aku tak bilang membeli atau menyewa. Kalian juga tak bertanya apapun, pasti berpikir kalau aku membelinya. Mana mungkin menyewa, 'kan?"

Min Ji menghela napas. "Oke, perkara gedung bisa kupahami. Tapi, Capture, kenapa jadi miliknya juga? Bagaimana bisa aku percaya kalau kau tidak menyimpan bom waktu di sana."

"So Eun dan dunia fotografi adalah dua hal berharga dalam hidupku. Sampai sini paham?"

"Dalam hal ini, tidakkah kau terlalu sentimentil?"

"Sentimentil? Aku tak paham di mana letak sentimentilnya. Kalau tidak kuberikan pada So Eun, kalian yang akan mengambilnya. Tak peduli aku punya dokumen legal, kalian bisa mengambil apapun yang secara hukum milikku, dan aku tak boleh melawan. Tak boleh ada pertikaian apalagi sampai ke pengadilan antara aku dan Woosung. Begitu, 'kan?"

Between the Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang