Myung Soo susah payah menghadapi beberapa tamu dari kalangan media yang langsung menghujaninya dengan beragam pertanyaan soal Min Seok, lalu saat perjalanan pulang terus mendengarkan omelan Han Seok karena dianggap tak becus menangani konflik dengan Min Seok. Kini, situasi yang lebih buruk mengadangnya. Dirinya memang memberikan Min Seok pilihan namun tak diduga kalau lelaki itu langsung bertindak dengan cara dan di waktu yang menurutnya kurang tepat.
"Jelaskan apa maksud perkataan Min Seok. Benarkah kau memberikannya pilihan seperti yang dikatakannya tadi?" Han Seok menatap tajam pada Myung Soo.
"Benar."
"Sebenarnya ada masalah apa di antara kalian berdua?" Suara Han Seok meninggi, kemarahannya memuncak sampai ubun-ubun.
"Haraboji, bisakah tidak terlalu emosi, demi kesehatanmu juga." Min Ji mencoba menenangkan kakeknya.
"Kau pikir aku bisa tenang dengan kekacauan yang dibuat kakakmu?" Sergah Han Seok yang kemudian kembali bicara pada Myung Soo. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Aku ingin berhenti menjadi pelukis bayangan," jawab Myung Soo.
"Setelah menikmati kekayaan, apa kau juga ingin tampil dan diakui sebagai pelukis?"
"Tidak. Aku tak butuh pengakuan. Hanya ingin menyudahi semuanya."
"Tiba-tiba begini. Apa kau dan Min Seok punya masalah terpendam lalu mencuat gara-gara perbedaan opini soal Kim So Eun? Kalian berdua sama-sama bersikeras padahal sebelumnya tak pernah meributkan masalah seniman yang akan bekerja sama dengan Woosung."
Bukan jawaban Myung Soo yang terdengar, melainkan teriakan salah satu pelayan yang bekerja di kediaman Han Seok. Hal itu membuat semuanya beranjak menuju sumber suara.
"Ada apa?" Tanya Han Seok tegas.
"I-t-t-tu..." Pelayan menunjuk ke arah Min Seok yang tangannya berlumuran darah.
Min Seok sendiri tertawa pelan. "Heboh sekali pakai teriak segala, ini hanya luka kecil. Pergi lanjutkan pekerjaanmu saja."
"Oppa, apa yang terjadi?" Min Ji langsung mendekati kakaknya itu.
"Kau melukai tanganmu sendiri?" Han Seok mengembus napas kesal. "Yah! Kenapa denganmu, huh?"
"Tak apa, anggap saja ini simbol kalau aku sungguh akan melepaskan nama besar sebagai pelukis. Sebuah profesi yang sebenarnya tak layak disematkan padaku. Seperti kata Haraboji, aku tak cukup berbakat walau latihan sekeras apapun tetap tak memuaskanmu. Jadi, aku tak mengambil pilihan untuk berganti gaya melukis, yang artinya aku akan menunjukkan karyaku yang sebenarnya. Pensiun adalah pilihan tepat," urai Min Seok panjang, di ujung kalimatnya, ia menatap pada Myung Soo sembari sedikit mengangkat sudut bibirnya.
"Apa Myung Soo diam-diam mengintimidasimu?" Tanya Han Seok.
"Tidak. Dia juga lelah. Jangan selalu menyalahkannya. Bagaimanapun juga, peran Myung Soo untuk Woosung sangat besar. Haraboji jangan melepasnya, Myung Soo dan Min Jin adalah aset penting Woosung."
"Oppa, apa yang kau rencanakan sebenarnya? Kenapa terdengar seperti mau pergi dari Woosung."
"Aku mau hidup tenang saja, bersama So Eun."
"Mworagu?" Myung Soo akhirnya bersuara lagi.
"Kenapa denganmu? Wajar kalau aku ingin hidup bersama kekasihku, seseorang yang sangat kucintai."
"Hyung, kau—"
"Haraboji!" Pekik Min Ji yang otomatis memotong ucapan Myung Soo. Ia berteriak kaget karena kakeknya ambruk. Tidak sampai pingsan, tapi napas tersengal terdengar begitu jelas. Han Seok pun terus memegangi dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Lies [Completed]
ФанфикDi antara larik-larik elegi dusta yang menyelubungi kehidupan Myung Soo, ada gelak tawa, derai suka cita dan cinta yang bukan lagi ilusi. Namun, Myung Soo baru tergerak untuk merengkuh semua itu ketika keluarga angkatnya mulai mengusik satu-satunya...