*:..。o○ Takamine Midori x Reader ○o。..:*

86 9 24
                                    

❃.✮:▹ Confession◃:✮.❃
☆ Takamine Midori x Reader ☆
★ Start ★

.
.
.

"Aku menyukaimu, Midori-kun!"

Aku membuka kedua mataku saat mendengar suara alarm yang mengganggu.

Hah... Ternyata hanya mimpi ya? Padahal aku bisa menduganya sih... Lagipula, tidak mungkin gadis dengan sifat yang cenderung positif sepertinya menyukai orang dengan sifat yang cenderung negatif sepertiku.

Tapi, jika aku masih memiliki secercah harapan... Ku harap aku bisa mendengar pengakuan darinya secara langsung.

Aku tahu, sebagai lelaki, mungkin seharusnya aku yang menyatakan perasaanku padanya. Tapi tetap saja aku ingin mendengar pengakuan darinya terlebih dahulu.

Sejak dulu aku selalu menyukainya. Sangat menyukainya. Karena itulah, aku ingin dia yang mengatakan pengakuannya terlebih dahulu. Aku ingin lihat, apa saat dia mengakui perasaannya nanti, akankah dia tetap ceria dan percaya diri seperti biasa atau mungkin malah malu-malu?

--Tunggu, apa yang ku pikirkan? Kenapa aku tiba-tiba mengkhayal kalau dia juga menyukaiku?

Dasar. Ini pasti karena mimpi itu.

Tapi, kalau seandainya mimpi itu jadi kenyataan, kurasa aku akan sangat bahagia.

Nah kan. Sekarang aku malah senyum-senyum sendiri. Untung saja tidak ada yang lihat. Kalau sampai ada yang melihat... Kurasa aku ingin mati saja karena itu sangat memalukan.

Tiba-tiba saja terdengar nada dering panggilan masuk dari ponselku hingga membuatku sedikit tersentak kaget. Saat ku lihat siapa yang menghubungiku pagi-pagi begini, secara reflek aku langsung duduk dan merapikan rambutku walaupun aku tahu ia tidak bisa melihatku.

Ya. Siapa lagi kalau bukan [Name]?

"Halo?"

"Midori-kun, maaf, apa aku membangunkanmu?" tanya suara yang terdengar di seberang sana.

"Tidak juga. Aku sudah bangun sejak beberapa menit lalu sebelum kau menelepon." jawabku.

"Kalau kau tidak sibuk, bisa tolong jemput aku di bandara? Rasanya agak memalukan jika mengatakan ini, tapi aku lupa jalan pulang."

Mendengar penuturannya itu, secara reflek aku berdiri, "Kau sudah di Jepang?"

Sebagai informasi, sejak beberapa bulan belakangan ini [Name] ada di Indonesia karena mengunjungi sekalian mengurus ibunya yang tengah sakit.

"Iya. Lebih tepatnya aku sudah di bandara." jawabnya.

"Tunggu aku. Aku akan segera kesana." kataku lalu menutup teleponnya sepihak tanpa menunggu respon darinya.

Entah sihir macam apa yang ia gunakan padaku, secara ajaib aku malah merasa semangat dan begitu antusias saat akan berangkat untuk menjemputnya di bandara.

Mungkin karena sudah lama aku tak bertemu dengannya, aku jadi merasa antusias saat tahu kalau aku akan bertemu dengannya lagi.

Our Stories (Anime ver) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang