Chapter 2 Check Up

603 52 12
                                    

Mari kita mulai dengan sedikit alur mundur...

Mungkin, itu beberapa hari setelah selesainya konferensi.

Seperti biasa setelah melakukan konser besar, Riku selalu check up ke rumah sakit ke dokter pribadinya, Hirai-sensei.

Surai merah itu memang memiliki penyakit yang bisa dibilang cukup berbahaya. Apalagi dengan adanya dua penyakit ini, nafasnya bisa saja terengah kapan pun dimanapun. 

Efek samping dari transplantasi paru-paru yang dulu dia jalani. Dari sisi Hirai, dia menyimpulkan kalau paru-paru yang didapat Riku bisa dibilang tidak cukup sehat. 

Itu yang menjadi efek samping dari pneumonianya, apalagi dengan asma yang selalu saja ada ketika dia melakukan aktivitas berlebihan.

Disinilah Riku, berdiri didepan gedung putih yang tinggi. Melihat keatas sana dengan tatapan datar. Entah itu rasa bosan, rasa tidak mau atau takut dia juga tidak tau.

Mungkin karena dirinya terlalu lama berdiam di ruangan putih itu. Mungkin karena sudah terbiasa menghabiskan waktu didalam sana semenjak dirinya masih kanak-kanak.

Jujur rumah sakit hanya mengingatnya pada pengalaman yang tidak enak, dimana dia harus melihat keluarganya menangis setiap si surai merah itu terbaring disana. 

Saat-saat dimana dia tak bisa melakukan apa-apa.

Ruangan putih steril yang sangat bersih itu sangat dia benci. Apalagi dengan bau obat dan peralatan rumah sakit yang selalu terasa tiap dia melangkahkan kakinya kesana.

"Haa... baiklah, saatnya pemeriksaan!"

Yah Riku juga sudah tidak peduli lagi ini yang keberapa dia harus terus menjalani pemeriksanaan. Setidaknya dua kali seminggu dia selalu memeriksakan diri. Apalagi dengan rutinitasnya sebagai Idol, pemeriksaan nya menjadi lebih sering untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.

Perasaan kesepiannya, ketika ditinggalkan disana. Warna putih yang serasa menyiksa dikala tidak ada siapapun yang menemaninya.

'Kembali ke ruangan putih bersih yang sangat aku benci...'

"Riku..."

Genggaman tangannya erat, malah yang menggenggam menoleh kearahnya sambil mengusap rambut dengan lembut. Memberikan kehangatan juga ketenangan.

"Tidak apa-apa... ayo kita masuk..."

Butuh beberapa waktu Riku menoleh balik kearah seseorang disampingnya. Hingga ia memberikan senyuman tenangnya.

"Umm... ayo Tenn-nii..."

Dan si kembar, memasuki gedung itu.

Menulis registrasi yang ditulis kakaknya. Yah itu menjadi hal yang sering dilakukan kali ini karena ayahnya tidak bisa selalu menemani putra bungsunya pergi kerumah sakit.

Tak lama setelahnya, mereka naik lift ke ruangan paling atas sambil men-tap kartu yang Tenn bawa. Tepatnya mereka diantar ke kamar VVIP dimana hanya pasien khusus(yang berduit) yang didalamnya lengkap memiliki segalanya. Layaknya kamar hotel VVIP lengkap dengan kamar tidur penjenguk, dapur, kamar mandi, ruang tv, perpus kecil juga ada ruangan pemeriksaan sendiri.

Mengingat ayah angkat mereka merupakan Idol legendaris yang dalam masa hiatus. Tetap aset yang dimilikinya idol itu melimpah banyak karena dia dijuluki artis Nasional.

Meski dengan layanan spesial itu, bagi Riku sama saja seperti ruangan lainnya. Masih ada alat dan bau obat khas disana. Membuat reaksi Riku seperti biasa, malah jadi tidak ingin berada disana karena tidak nyaman.

A Certain Future with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang