Chapter 8 Resident Evil IV

411 44 7
                                    

Itu keesokan harinya setelah kutukan terbagi menjadi dua....

Dengan kutukan yang terbagi itu, penyebarannya menjadi terhenti atau menjadi kecil. Bahkan rasa sakitnya juga berkurang. Kini dengan Iori juga yang ikut merasakan hawa panas seiring terlewatnya hari bahkan jam.

Sungguh tidak terduga dari sisi Iori membayangkan rasa sakitnya seperti ini. Namun partner merahnya itu sudah merasakan sakit yang lebih dari ini. Mengingat tidak ada reaksi berlebih dari si surai merah ketika kutukannya menyebar.

Asalkan mereka memakai pakain selain putih juga mengenakan lengan panjang, maka kutukan itu bisa ditutupi.

Hari ini juga sama...

Kali ini mereka masih melanjutkan kegiatan dengan berkeliling desa dan mengobrol santai dengan penduduknya. Meski sebagian idol ada yang merasa keberatan dikarenakan sikap aneh yang mereka tunjukkan tempo hari.

Bahkan Riku ragu berbicara dengan mereka karena kejadian tempo hari. Para penduduk hanya berlalu lalang. Saling senyum menyapa seakan kejadian kemarin tidak terjadi. Atau mereka seperti tersenyum dengan artian mengancam untuk tidak membicarakan kejadian kemarin.

Riku semenjak awal tak berencana memberitahunya pada siapapun sebelum Iori tiba-tiba menerobos hingga sama-sama terkena kutukan.

Memikirkannya saja, membuat Riku kesal mengingat Iori yang keras kepala. Meski rasa lega dan terimakasihnya masih dia sampaikan. Justru dia merasa lega ada yang membantunya, apalagi rasa senang itu karena selalu Iori yang menyadarinya lebih dulu.

"Nanase-san?" tanya surai raven yang sedari tadi bingung melihat ekspresi partnernya yang berubah-ubah dari masam ke penuh senyum. "Kau tidak memikirkan hal-hal bahaya lagi kan?"

"Hah?! Apa maksudnya itu?!" Raven itu langsung mematahkan pikiran Riku yang berpikir positif terhadapnya. "Memangnya aku melakukan apa?!" protesnya lagi

Iori menghela nafas panjang sebelum menjawab.

"Kau merasa aneh dengan desa ini namun tidak memberitahu, kau yang bersikap aneh ketika sampai di desa, kau yang akhir-akhir tiap malam entah pergi kemana, kau yang mencoba menyelesaikannya sendiri, dan akhirnya terkena kutukan...." ucapnya tersenyum menang. "Ya kan?"

Panah keberapa itu yang menusuk rasa salahnya, hingga Iori masih terus menambahnya dengan tepat sasaran. Benar-benar pria yang aneh, pikir Riku dan heran meski tau surai merah itu banyak salahnya, Iori tidak pernah memarahinya. 

'Hm? Bukannya dia memarahi sebelumnya? Ah sudahlah...'

Riku beranjak berjalan terlebih dulu, menuju saung untuk beristirahat. Iori mengikutinya, namun pandangannya sesaat juga melihat kearah lain dan ekspresinya berubah-ubah.

Surai raven itu ikut duduk disampingnya sambil menepis entah apapun itu yang ada di udara.

"Nanase-san, apa kau biasa menangani makhluk seperti ini?" ucapnya kesal  sedari tadi ingin sekali menyingkirkan roh yang cengar-cengir dihadapannya. 

"Yah, memang begitu setiap hari disini atau di dorm..." Riku membuka box bentonya. "Memangnya kenapa?" Iori menatap Riku heran.

"Abaikan saja Iori, justru karena kau menyadarinya 'mereka' semakin mengganggu!" ucap Riku memulai makan siang lebih dulu.

Iori hanya menaikkan alisnya kemudian pasrah. Dan benar saja setelah diabaikan makhluk itu langsung menghilang dari pandangannya. Sebenarnya masih banyak yang bisa dia lihat karenanya, seperti 'mereka' ada dimana-mana, bahkan ikut duduk di saung hanya untuk menatap.

"Haa... aku tidak terbiasa..." Iori membuka bento box dan makan sambil mengabaikan perasaan mengganggu dari roh itu.

"Ganbatte Iori! Setelah kita mematahkan kutukannya, kau takkan melihat 'mereka' lagi!" seru Riku dengan makanan dimulutnya.

A Certain Future with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang