Chapter 16 One Dream

464 48 22
                                    

Ku kira dah ku upload🤣

Ternyata belom! Ini harusnya udh ku upload rabu...

Gk nyadar blm klik publish~

___

Sejak kapan aku merasa...

Orang itu mulai menjauh dariku? 

Sejak kapan aku merasa dia seperti tak bisa kujangkau lagi?

Momen dimana aku berpikir bahwa dia mulai meninggalkanku, rasanya sungguh menyakitkan. Serasa apa yang memenuhi ragaku kembali menjadi kehampaan.

Terdengar berlebihan memang...

Namun semenjak pertmakali aku bertemu dengannya, perasaan bahwa orang itu harus meraih posisi tinggi tiba-tiba muncul dari dalam hatiku.

Jujur, itu diluar logika.

Masa hanya dengan mendengarnya bernyanyi perhatian ku jadi terpusat padanya? Sihir? Tidak masuk akal! 

Tapi itu kenyataannya...

Disaat dia mulai bernyanyi dan menampakkan wajahnya dihadapanku, bagai bintang jatuh...

Dia... mengabulkan keinginanku... dia... membuatku memiliki mimpi...

Makannya aku bisa langsung berkata, dia bisa menjadi superstar...

Kan kupastikan dia meraih bintang disana!

Itulah janji ku padanya... Aku harap aku masih bisa memegang janji itu...

Asalkan... dia juga bisa menepati janjinya untuk tidak pergi kemana-mana...

-------------

"...hah.. flashback macam apa itu...."

Surai raven itu menghentikan alarm yang sedari tadi berdering. Jujur dia telat beberapa menit dari waktu yang ditetapkannya.

Dengan malas dia bangun dari tempat tidur, mengingat tak perlu lagi bersiap memakai seragam karena sudah lulus. 

Masih membenarkan pandangannya agar bisa turun dari kasur tingkat itu dengan aman. Tak lupa pergi lebih dulu ke kamar mandi untuk membasuh.

Kembali kekamar dia berganti pakaian biasa. Sungguh belum terbiasa, karena dia biasa mengenakan seragam di hari weekday.

Kakaknya pasti tengah memasak kali ini, dia pun keluar dari kamar. Melihat Sogo yang berusaha menarik-narik Tamaki menuju kamar mandi.

Jujur surai biru muda itu terlalu santai semenjak ia lulus, jadi lebih sulit dibangunkan. Kelas tari yang dia ikuti juga jadwalnya di siang hari.

Iori melihat mereka sambil menghela nafas, sesekali bergumam tidak ada yang berubah. Bahkan hubungan dia dan si merah juga tidak berubah.

Pada akhirnya Iori tidak jadi membantu kakaknya dan memutar balik kekamar Riku. 

Kamar merah itu terlihat gelap, dan mengapa Iori langsung membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu?

Eh, ternyata si merah belum terbangun. Dengan wajah datarnya surai raven itu menutup pintu kamar Riku, dan kakinya melangkah menuju kasur. 

Menatap sosok merah yang tertidur pulas. Entah apa yang tengah dia pikirkan saat itu. Dia terus menatap Riku, hingga dia makin mendekat dan naik kekasurnya.

Hanya menimbulkan sedikit suara agar yang masih tidur itu tidak terganggu. 

"Syukurlah... dia masih ada disini..." gumamnya kecil, perasaan lega muncul namun Iori belum tersenyum.

A Certain Future with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang