Sang Senior

7.2K 539 43
                                    

Tiba-tiba.....

Bruk

Malik pingsan dengan darah yang mulai mengalir dari hidungnya, terkejut semua melihat kejadian itu, tak terkecuali sang ketua kemahasiswaan yang kini kita kenal dengan nama Haikal. Dengan wajah yang tampak khawatir ia langsung mengangkat tubuh mungil Malik ke pelukannya,

"Malik."

Dia menepuk pipi Malik sembari terus berusaha menyadarkan anak tersebut, para temannya tergugu melihat reaksi Haikal yang seperti itu, seumur-umur mereka berteman dengan Haikal tak pernah melihat pria itu tampak sangat khawatir seperti itu. Kecuali kepada kekasihnya.

"Malik."

Terus Haikal mencoba memanggil Malik, karena darah semakin banyak keluar dari hidung nya, takut membuang banyak waktu Haikal langsung mengangkat tubuh Malik dan lari menuju klinik kampus.

'tolong bertahan'

Berlari. Haikal terus berlari menuju klinik kampus, mengabaikan acara pembukaan OSPEK, yang ada di pikirannya saat ini ialah Malik yang harus selamat. "Tolong sadarlah" Haikal melirih.

Brak

Haikal langsung menerobos pintu klinik kampus dan mencari dokter jaga, untung saja sekarang masih pagi tentu masih banyak suster dan dokter muda yang berada di klinik kampus itu. "Kumohon... Tolong dia." Ucap Haikal dengan nafas yang tersengal dan nada yang menyendu.

Haikal langsung menaruh Malik di atas brankar yang sudah di siapkan. Malik pun masuk ke ruang periksa, Karina sang dokter muda sempat sangat panik melihat banyak darah yang keluar dari hidung Malik maka dari itu ia langsung menangani Malik saat itu juga. Haikal yang menunggu sedikit agak jauh dari ruang periksa tampak sangat gelisah. Sorot mata itu terlihat sangat resah dan khawatir melihat sang pasangan terlihat sangat pucat, bahkan tadi saat Haikal menggendong Malik, tubuh ringkih itu terasa dingin, benar-benar membuatnya semakin khawatir.

Haikal terus meracau berdoa agar Malik baik-baik saja. Dia tidak ingin kondisi anak itu semakin memburuk karena ulahnya. Ia akui telah berlaku buruk pada Malik di hadapan banyak orang saat itu, dia akui dia egois hanya karena reputasi dia sampai bersikap seperti itu. "Maaf m-maafkan aku" lirih Haikal seraya menunduk.

Tirai ruang periksa terbuka. Haikal mendongak.

Karina berjalan mendekat ke arah Haikal. Dokter muda itu tersenyum, "dia sudah baik baik saja Haikal, dia mimisan dan pingsan itu karena terkena serangan panik dan dehidrasi secara bersamaan. Sebentar lagi mungkin dia bakal sadar, temanilah dan jangan lupa beri dia air. Saya permisi." Karina tersenyum dan lenggang pergi.

Haikal dengan cepat melangkah menuju ranjang di balik tirai di ruang periksa itu, dapat Haikal lihat Malik sudah terbangun dan terduduk dengan wajah pucat juga mata yang masih memancarkan ketakutan. Dia menatap Haikal seberapa saat lalu kembali menundukkan kepalanya, memilin buku-buku jarinya secara abstrak, Malik diam, jantung itu berdegup semakin kencang kala sang pria Tan mulai mendekati ranjangnya.

"Malik." Suara dalam dan rendah semakin membuat Malik takut dan gemetar, semakin acak pula gerakan jarinya.

"Malik." Sedikit meninggi nada itu kembali terdengar. Gerakan acak di jari Malik terhenti, kala mendengar helaan nafas dan dagunya yang seperti terangkat ke atas. Mata itu bersitatap dengan mata sang dominan. Satu tetes air mata mengalir di pipi Malik saat mata itu masih bersitatap dengan sang dominan.

Dengan lembut Haikal menarik kepala Malik ke dadanya, dan mulai mengusap kepala belakang Malik perlahan, Haikal mendongak menahan sesuatu yang membuncah di dadanya.

Tiga Minggu tinggal bersama anak itu sedikit banyaknya Haikal tahu apa yang dialami anak itu bahkan alasan kenapa sang keluarga menjodohkan mereka, keluarga Haikal maupun Malik tak jauh berbeda, mereka sama-sama tak menginginkan Haikal maupun Malik.

Ya. Haikal dan Malik merupakan pasangan suami suami yang menikah tiga Minggu lalu pada saat masa berlibur, akibat paksaan dari kedua orang tua mereka, bahkan mereka tahu mereka sudah menikah saja ketika data di mata hukum sudah tercatat, dan malam itu Malik datang bersama dua koper ke depan pintu kamar kost Haikal, dengan tubuh menggigil basah dan kedinginan karena malam itu hujan turun sangat deras.

Jelas Haikal yang tidak tahu siapa Malik pun bertanya-tanya, apalagi anak tersebut tidak mampu berbicara, karena melihat keadaan anak itu yang sangat mengenaskan Haikal pikir dia hanya bocah iseng yang sok-sokan pergi dari rumah namun malah terkena sial. Jadi Haikal membawanya masuk. Haikal bertanya namun anak itu tidak berbicara tapi memberikan sebuah gestur tangan yang tidak Haikal mengerti sama sekali.

Malam itu dengan pandangan yang ketakutan Malik memberikan Haikal sebuah kertas, membaca isi surat tersebut yang mana menyatakan bahwa Malik sudah sah di mata hukum sebagai suami Haikal, tentu Haikal sangat geram melihat hal itu. Dengan perasaan tidak percaya dia tertawa kepada Malik. Menganggapnya hanya melakukan sebuah lelucon konyol.

"Kau bercanda?" Tawa itu mengalun bersamaan dengan senyum remeh yang Haikal patrikan di wajah tampan nya itu.

Tapi sayang bocah itu tetap bersikukuh bahwa ia memang sudah menjadi suami dari pria tampan di hadapannya ini. Tak percaya Haikal langsung menelepon sang ayah karena surat yang di bacanya tertanda nama sang ayah.

Tak berselang lama panggilan pun di angkat oleh sang ayah, malam itu Haikal benar benar marah dan memaki ayahnya karena menikahkan dia tanpa sepengetahuannya sama sekali.

Apalagi dengan pria cacat entah datang dari mana dan siapa yang menjadi suami nya. Di tambah dengan Haikal yang sudah memiliki tambatan hatinya yaitu Rendy, pria manis yang sudah menjadi kekasihnya selama 5 tahun.

Mendengar jawaban terakhir sang ayah Haikal benar benar marah dan langsung menutup telepon itu sepihak. Pikirannya kacau.

Melihat Malik yang berdiri diam di depan pintu yang sudah tertutup dengan pakaian yang tak henti hentinya meneteskan buliran buliran air sehingga menghasilkan genangan air kecil di sekitar tubuh Malik.

Membuat Haikal tambah geram. Haikal menatap Malik tajam. Jujur Haikal baru saja selesai berbenah rumah. Malik diam tertunduk ia tau kesalahannya. "Mandilah." Haikal pun meninggalkan Malik yang terdiam di tempat.

To be continued....

HIS FLAWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang