"Guys, menurut kalian gimana?." Tanya Haikal, kini sekawan yang kemarin membantunya mencari Malik berkumpul semua di toko pakaian Haikal. Kecuali Nana yang dengan sengaja Jikra tinggal.
Lantai atas, tempat kantor milik Haikal berada. Mereka sedang merundingkan tentang informasi temuan Jikra siang tadi. "Mungkin dia sengaja?"
"Tapi mending jangan gegabah sih, bisa jadi dia cuma jail," Sambung Thian, melanjutkan kalimat Joan.
"Tapi kita bisa curigai dulu." - Kian.
"Yaudah kita jadiin dia tersangka dulu aja." Putus Haikal. "Tapi sebelum itu kita cek dulu ke lokasi ini," Dan berakhir lah kini, Haikal, Hildan, Jikra, Kian, dan Joan. Memantau dari jauh sebuah rumah mewah di tengah hutan. Perjalan dari lokasi toko Haikal dan tempat ini lumayan jauh, memakan hampir 2 jam lamanya mereka berkendara.
Sedikit banyaknya Haikal menaruh harap untuk petunjuk pertama ini. Saat mereka sampai, rumah itu terlihat sangat sepi tak berpenghuni. "Yakin nih rumahnya?" Tanya Joan sembari menghentikan mobil itu. "Iya titiknya disini."
"Cross check?" Tanya Kiandra yang diangguki oleh Haikal dan Joan, sedangkan Hildan dan Jikra menunggu di mobil. Mereka menyebrang dan mulai memasuki pekarangan rumah mewah yang sangat luas itu. Lamat-lamat Haikal menatap seluruh bagian luar rumah. Taman yang gersang, air mancur yang sudah mati dengan lumut di dalam kolamnya, bangunan itu juga terlihat kotor dan sedikit rusak.
"Kalo buat tempat penculikan emang make sense sih tempat ini," Gumam Joan serentak membuat Kian dan Haikal menoleh kepadanya yang mana ia berjalan di tengah-tengah teman nya itu.
"Maksud Lo Malik ada disini?" - Kian
"Bisa jadi," Balas Joan, menatap ke depan bangunan kosong di depannya. "Mau masuk ke dalem ga?" Saran Kian disetujui langsung oleh teman-temannya. Mereka pun mencoba membuka pintu rumah mewah tersebut, tapi sial pintu itu terkunci rapat, lantas mereka mulai berpencar untuk mencari celah lain untuk mereka masuki. Hanya ada sebuah jendela yang terbuka tirainya.
Tidak ada celah lain untuk dimasuki. Haikal menyerah begitupun Joan tapi Kian yang menemukan jendela tak bergorden, pun memanggil Haikal dan Joan.
"Joan!, Ekal! sini deh." Mereka berdua mendekat ke Kian. "Apaan?" Kian menunjuk jendela yang ia maksud.
Haikal mendekat ke jendela itu, melingak-linguk keadaan di dalam rumah. Tampak bagus dan terawat, berbanding terbalik dengan keadaan luar rumah. "Bagus dalemnya." Gumaman Haikal membuat Joan mendekat dan ikut mengintip ke dalam rumah. "Hu'um, mungkin ada orangnya?"
Kian ikut mengintip juga, "bisa jadi."
Kriet!
Ketiga teman itu langsung terkesiap dan refleks menjauhi jendela itu setelah melihat siluet seseorang yang akan mendekati jendela, kemudian menatap sekitar. "Hufft.. fuck hampir aja." Umpat Joan, dia sungguh terkejut teman-teman. "Balik aja yuk ke mobil," Pinta Kian, sedikit banyaknya ia terlihat tegang juga, mengingat penjahat itu membawa belati saat terakhir kali menculik Malik. Kian hanya sedikit paranoia.
Haikal menatap dua temannya yang berwajah masam tak nyaman. "Yaudah sana, gue mau cross check sisi rumah yang lain dulu." Haikal berdiri membuat Kian dan Joan terbelalak. Jelas mereka pun langsung ikut berdiri melihat Haikal tiba-tiba berdiri dan pergi dari hadapan mereka. "Kal! Tunggu dulu buset," Tukas Joan dan langsung mengikuti langkah Haikal yang mulai berjalan ke pekarangan rumah. "Cuk jan gegabah," Bisik Joan. Haikal yang pada dasarnya berkarakter keras kepala tentu tidak mendengarkan Joan, apalagi menggubris.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS FLAWS
FanfictionMalik Arkan Nugraha sang pria tunawicara, yang selalu mendapat perilaku buruk dari orang di sekitarnya. Harus menjadi pasangan Haikal Chandra Wijaya hanya karena sebuah obsesi orang tuanya. Sakit Kecewa Takut Putus asa Menjadi satu dalam diri Malik...