Present time
Haikal tadinya berniat untuk menyuruh Malik kembali ke lapangan yang terlihat kegiatan ospek sudah di mulai. Namun melihat Malik yang masih pucat, ia pun urungkan.
"Kamu di sini aja, istirahat." Haikal berniat pergi kembali ke lapangan.
Mendengar itu Malik sontak menggeleng heboh, ia ingat perjanjian malam itu sebelum ia masuk kuliah sekarang.
Melihat reaksi Malik, Haikal hanya mampu mengehela nafas saja. "Yaudah terserah kamu aja." Wajah itu kembali mendingin. Malik hanya mampu menundukkan kepalanya seraya keluar dari klinik kampus, kembali ke lapangan.
Malik tidak tahu apa yang di lakukan para teman-temannya di lapangan jadi dia cari saja seseorang yang di ingat nya. Ya! Jafar, 'eh tapi kan dia senior'
Akhirnya Malik melihat dua anak yang entah sedang apa berada di bawah pohon yang satu tercengang bingung dengan mulut terbuka sembari melihat satu anak lagi yang menjulang tinggi sedang berbicara dengan pohon.
Malik menyentuh bahu seseorang yang sedang menganga, tak ingin mengganggu yang sedang berbicara dengan pohon.
Tuk
"Oh hai aku Nana! Naufal Jehan lengkapnya jangan sampe lupa yah oh! Nama kamu siapa? Ah! jangan sungkan sungkan aku orangnya baik kok gak gigit ga perlu takut nama kamu siapa?? Oh! Oh! Gapapa bilang aja gausah malu anyway kamu lucu jadi namamu siapa???." Ucap pria itu panjang lebar setelah tepat Malik menyentuh bahunya. Dia berbicara panjang seperti itu dengan cepat tanpa jeda sekaligus jelas membuat Malik sedikit banyaknya takut akan sikap anak itu.
Sang anak jangkung yang sedang berbicara pada pohon pun langsung terdiam, dan dengan mata kosong dan ekspresi datar ia menoleh pada Malik.
'Ya Tuhan mereka kenapa?'
"Kamu?... Siapa?." Tanya anak itu.
Malik dengan perasaan campur aduk, menuliskan namanya di kertas note book nya.
'nama aku Malik Arkan Nugraha kalo kalian siapa?'
"Oh? Kamu ga bisa bicara?." Tanya si pemuda yang tadi bernama Naufal dengan ekspresi tercengang polos.
Malik mengangguk. "Kamu yang pingsan tadi ya?." Tanya pemuda yang tinggi. Malik lagi lagi mengangguk.
"Ohh... Kamu udah gapapa?." Tanya Naufal dengan wajah khawatir.
'udah gapapa kok' ia berikan pada Naufal.
'oh iya nama kamu siapa?' ia berikan pada lelaki tinggi.
"Oh! Iya, nama ku Jikra Aditya Pratama salken." Ucapnya dengan senyum manis dan tangan yang terulur.
'loh sikapnya berubah?'
'ah salam kenal' ia berikan itu kertas pada Jikra lalu menjabat tangannya.
"Baik bagi para maba waktu yang tersisa 20 menit lagi. Jadi di mohon segera kumpul ke lapangan sebelum pukul 12.00 terimakasih!!." Ucap sang senior dari pengeras suara. Joan.
"OH IYA!!! KITA KAN ADA TUGAS ADUH WAKTUNYA 20 MENIT LAGI!."
Buru buru lah mereka menjalankan tugas mereka yaitu mencari bendera tim masing masing sejumlah 10 bendera dan warna bendera kelompok mereka adalah hijau.
Mereka terus mencari dan terus mencari, sampai akhirnya Malik mendapat 2 bendera, Naufal mendapat 3 bendera, sedangkan Jikra hanya dapat 1 bendera. Masih ada empat bendera lagi yang harus mereka cari tapi sial saat ingin lanjut mencari..
"Baik waktu habis silahkan berkumpul semua di lapangan dalam waktu sepuluh detik!!, Cepat!!, Cepat!!." Teriak sang senior yang ternyata adalah Haikal.
Wajah itu sangat terlihat tegas, dan dingin. Malik sedikit merinding melihat ekspresi nya.
Semua kelompok di cek jumlah benderanya, omong-omong mereka adalah anggota sisa, entah kenapa tidak ada satupun dari anggota manapun disana yang mau menjadi anggota tim dari si kembar tak identik itu. Ya Naufal dan Jikra adalah anak kembar yang tidak identik, walaupun satu gender tapi mereka terlihat sangat berbeda. Yang satu imut, pendek dan berisik, yang satu tinggi, pendiam, dan aneh.
Mereka semua diam, saat kak Kiandra mengecek jumlah bendera yang mereka miliki. Kak Kiandra menatap mereka lalu menyerahkan bendera itu pada Haikal.
"Ada yang benderanya kurang lagi nih." Ucapnya seraya menyerahkan bendera itu pada Haikal.
"Kalian tau kan konsekuensinya kalo benderanya sampe kurang?." Ucapnya tenang.
"Yang benderanya tidak memenuhi syarat maju ke depan!."
Dua kelompok yang ternyata tak memiliki bendera lengkap pun maju, kini terlihat sejumlah anak sedang berdiri di depan sang senior.
Pertama mereka memberikan pertanyaan tentang visi dan misi kampus per orang. Jelas Malik yang tunawicara kebingungan akan jawab apa nanti, bahasa isyarat? Atau tulis?.
Sang senior a.k.a Haikal menatap Malik sekilas.
Malik sangat gugup sekarang, sekuat mungkin ia menahan getaran tubuhnya.
Haikal ternyata masih memperhatikan gelagat Malik, walau di samping telinganya ada seseorang yang dengan lantang mengucapkan visi dan misi kampus.
Tampak tak mengganggu Haikal sama sekali. Sampai akhirnya saat Malik di beri hukuman.
"Kamu...
duduk aja."
To be continued
Semoga suka ^^
Jikra Aditya Pratama
18 thn
Maba ilmu komunikasiNaufal Jehan
18 thn
Maba ilmu psikologi
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS FLAWS
FanfictionMalik Arkan Nugraha sang pria tunawicara, yang selalu mendapat perilaku buruk dari orang di sekitarnya. Harus menjadi pasangan Haikal Chandra Wijaya hanya karena sebuah obsesi orang tuanya. Sakit Kecewa Takut Putus asa Menjadi satu dalam diri Malik...