Chapter 2

24 6 2
                                    

Setelah berkeliling hingga malam, saat ini aku berada di apartment Ian. Aku banyak bercerita padanya mengenai kesedihan yang kualami setelah aku pindah ke LA ini. Tidak banyak kesenangan untukku saat ini dan Ian pun mengerti apa yang ku alami. Aku memintanya untuk jangan menceritakan apapun mengenai kesedihanku pada Wonbin, karena aku tidak mau ia semakin sakit jika mendengar kekacauanku selama pindah kesini.

"Cheers" ucapku sambil mengangkat gelas yang berisikan wine.

"Kau tidak boleh terlalu mabuk ya Nad, nanti aku yang akan terkena marah oppamu" ucap Ian takut

Aku tertawa "kau tenang, toleransiku tinggi dan juga oppaku tidak akan memarahimu, dia tahu kenakalanku seperti apa selama aku di Seoul sana, kau tenang"

"Ah begitukah? Kau nakal, Nadine. *bercandanya* Well, bagaimana sudah punya teman dikampus?" Tanyanya

Sambil memutarkan gelas wine yang berada ditanganku, aku pun menjawabnya "of course sudah. Tapi hanya beberapa dan setelah aku berkenalan dengan salah satu lelaki di kelas, aku langsung diperingatkan untuk hati - hati dengannya oleh yang lain"

Ian pun tertawa "waeyo?why?mengapa tiba - tiba memperingatkanmu?"

"Karena katanya ia playboy dikampus, tetapi setelah aku tahu aku tidak masalah dengan itu. Karena lingkunganku dulu juga begitu jadi aku tidak merasa aneh dan wajar juga kupikir apalagi di kampus. Tidak banyak yang setia pada satu pasangan, walau memang tidak semua seperti itu tetapi kebanyakan seperti itu, salah satunya adalah aku hahaha" ucapku tertawa

Ian pun ikut tertawa mendengar apa yang aku katakan "hei, bahkan kau tidak merasa bersalah pada Agha pacarmu itu?" Tanyanya tiba - tiba

Aku pun menjawabnya santai "awalnya memang ada, tetapi karena ia pun begitu jadi aku biasa saja. Bahkan aku menikmati hubungan terlarangku hahaha" heol sepertinya aku sudah sangat mabuk sekarang

Sesaat aku sedang asik berbincang dengan Christian tiba - tiba bel apartmentnya berbunyi. Christian pun segera membuka pintunya dan kudengar itu seperti pembicaraan serius. Aku pun menghampirinya dengan jalan yang terhuyung - huyung hampir terjatuh karena kurasakan pening di kepalaku.

"Kau?" Tanya pria itu padaku

Aku? Kenapa aku? Apa dia mengenalku? Ucapku dalam batinku

"Ada apa? Apa kau mengenalku?" Tanyaku dingin

Lalu ia pun menyeringai "aish sudah lupakan, kau ini baru menjadi anak baru pindah ke LA sudah berani berada di apartment lelaki macam ini" ucapnya sarkas

Aku pun sedikit mendorong dadanya "Hei kalau ngomong dijaga sedikit ya, lalu apa urusanmu jika aku berada disini bersamanya?" Protesku

Ian pun menarikku kedalam dan segera menutup pintunya. Aish aku sangat emosi sekali sekarang, walaupun aku ada dalam pengaruh alkohol tetapi aku masih sadar dengan apa yang ia bicarakan padaku.

"Kau mengenalnya?siapa dia?" Tanyaku kesal

"Hei - hei calm down, dia adik tiriku. Maafkan ucapannya uhm?" Ucapnya

"Aish adik macam apa yang berani mengatakan hal yang tidak baik pada kakaknya? Keterlaluan" ucapku emosi

Ian tertawa "aku tidak masalah dengan itu Nad, dia memang begitu. Mungkin karena pergaulannya yang bertahun - tahun selama disini makanya dia seperti itu"

Aku pun membaringkan kepalaku di sofa "Huh maafkan aku yang ikut emosi, well sepertinya aku harus pulang, kepalaku sudah pening sekali"

Akhirnya Ian pun mengantarkan aku pulang menggunakan mobilnya, karena ia takut aku akan terjatuh jika menggunakan sepeda motornya. Sampailah aku di halaman rumahku, kulihat mobil oppa belum ada yang berarti ia belum pulang dari kantor.

Unfinished [MMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang