Ya, dia Bima. Dia orang yang mengajarkan aku tentang cinta tapi tidak dengan bagaimana memberhentikannya. Dia berhasil membuatku selalu memikirkannya, sampai detik ini. Sepertinya cintaku berhenti di Bima.
"B-bim?" Sapaku terpaku ditempatku
"Darimana saja?" Ucapnya dingin
"M-me time" entah mengapa aku sungguh terbata - bata saat ini
"Mengapa kau sendirian?" Tanyanya tiba - tiba
"Lalu aku harus dengan siapa?" Tanyaku keheranan
"Disini kau memiliki banyak pengawal, bahkan pengawal pribadimu itu Christian pacar Anna. Kenapa tidak memintanya menemanimu?"
Kenapa dia tau Christian? Ah aku lupa, dia pasti akan tahu walaupun aku tidak memberitahunya.
"Karena aku ingin sendiri" ucapku santai
"Tapi itu berbahaya, Nadine"
"Tidak, buktinya aku tidak kenapa kenapa"
"Aish. Dengan kau berpakaian seperti itu berbahaya diluar sana, Nadine." Bima terlihat kesal dengan jawabanku dan langsung menutupi badanku dengan jaketnya.
"Aku perlu meluruskan semuanya" lanjutnya lagi
Aku terpaku sejenak, ingin berteriak bahwa aku sangat merindukannya.
"U-uhm tentu saja, jika itu maumu" ucapku santai
"Aku perlu waktumu sebentar saja, apa kau bisa ikut denganku sekarang?" Tanyanya
Jujur Bima, jangan hanya sebentar beri aku waktumu yang banyak jika bisa selamanya! Aku ternyata membutuhkanmu! Bukan pergi darimu.
Ingin sekali berkata seperti itu.
Akupun hanya mengangguk. Aku tidak tahu mengapa mulut ini terkunci untuk mengatakannya! Aku kesal dengan itu.
Bima membukakan pintu mobilnya untukku sebelum ia masuk ke kursi pengemudi.
Aku tidak tahu harus bagaimana, ku yakin pipiku seperti tomat saat ini.
Tidak lupa sebelum berangkat ia memakaikanku sabuk pengaman. D*mn! Bisakah aku pingsan saja saat ini?! Aku tidak bisa! Sungguh!
Saat ini pun mobil melaju, aku tidak tahu ia akan membawaku kemana, aku hanya membawa tasku saja.
"Mengapa kau tidak membalas pesanku?" Tanyanya didalam keheningan ini
"Ah? Pesan? Aku tidak membuka handphone seharian ini, aku sibuk menyibukkan diri" ucapku sambil mengambil handphone dan ternyata benar banyak pesan dan telfon yang masuk, dan sepertinya bukan hanya dari dirinya saja. Tapi aku tidak peduli, aku tidak ingin terlihat sibuk sendiri dan fokus pada handphoneku, aku harus menikmati waktuku bersamanya karena kesempatan ini.
"Apa kau selalu seperti itu disini? Apa begitu sibuk?" Ucapnya lagi
"A-ahm" aku sedikit berpikir
"Ah hanya karena ada beberapa pikiran saja yang membuatku menyibukan diri" jawabku santai
"Dan kau pun sudah tidak kuliah beberapa waktu ini" ucapnya lagi
Aish aku kesal sekali mengapa ia serba tahu.
"Uhm, ya" aku hanya bisa menjawab seadanya
"Apa pikiranmu sebegitu sulit hingga kau tidak kuliah selama itu?" Tanyanya
Rasanya aku ingin menjawab iya! Sangat sulit, aku tidak bisa berpikir jernih dan dingin selama itu, aku bingung bimbang dan tidak tahu harus berbuat apa jika kau ingin tahu Bim!
"Ah aku hanya perlu menenangkan diriku saja, takutnya jika ku paksakan masuk kuliah aku akan tidak fokus dikelas" bohongku
"Apa kau berkata yang sebenarnya?" Tanyanya sepertinya ia tidak percaya atas perkataanku.
Mengapa ia selalu tahu jika aku sedang berbohong.
Akhirnya aku mengalihkan obrolan ini "ah bolehkah membuka kaca jendelanya? Aku perlu menyesap sebatang rok*k" ucapku, padahal aku sedang kepanasan saat ini
Dia pun segera membuka kan kaca "kau masih merok*k?"
Aish sepertinya aku salah lagi, mengapa aku takut sekali ya padahal kan kita sudah bukan apa apa lagi.
Sambil mengambil sebatang rok*k pada tasku dan juga korek, aku pun menjawab "ya seperti yang kau tahu"
Lalu aku dengan dingin menyalakan rok*k itu dan menghembuskannya keluar jendela sambil menikmati angin luar.
"Bukannya sudah kubilang untuk berhenti? Kenapa masih?" Tanyanya yang jujur membuatku takut
"I've try, but i can't" ucapku
"Ck!" Ia hanya berdecak dan kulihat Bima kesal
Ah aku merindukannya seperti ini.
"Biarkanlah untuk malam ini, sepertinya obrolan kita akan berat" ucapku santai
Ia tidak menjawab apapun dan hanya fokus kejalan, hingga pada akhirnya aku sadar jalan ini menuju kemana. Awalnya sempat bingung tapi bisa saja hanya melewatinya kan?
Tapi setelah mendekat, ia membelokannya dan itu menuju apartment-ku yang ditempati Jungkook sekarang. Apa kita akan bertemu Jungkook? Pikirku.
"Ah, kita akan mengajak Jungkook?" Tanyaku
Mobil pun terhenti didepan Lobby. Lalu ia turun dan membuka kan pintuku dan aku turun dari mobil.
Sambil berjalan, tanganku pun digenggam olehnya "nanti juga kau tahu" ucapnya
Hingga masuk di Lobby, ia disapa oleh para pegawai apartment itu bahkan disebut dengan namanya. Ah aku tidak mengerti mengapa mereka semua tahu Bima? Apa beberapa hari ini ia tidur bersama Jungkook makanya pegawai apartment ini sampai tahu namanya?
Setelah memasuki lift ia menempelkan kartu dan lantai tertuju kekamar apartment ku. Ah ternyata benar, kita akan bertemu Jungkook.
Setelah sampai di lantai apartment ku berada, kita keluar dari lift. Sesaat aku akan belok ke arah kiri, Bima menarikku dan ia belok kearah kanan.
Wait, jadi maksudnya ia menyewa apartment sebelah unit apartment ku? Apa sekebetulan itu?
To be Continued...
Sugar fyi, povnya Nadine belum tahu yaaa kalo Bima tinggal sebelahan sama apartmentnyaaa makanya dia bertanya tanyaaa 🫢
With Love,
My Min Sugar
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished [MMS]
FanfictionMeskipun perpisahan itu ialah kenyataan yang pahit dan juga sulit untuk diterima, namun itu adalah konsekuensi dari awal pertemuan kita. Semakin aku mencoba untuk melupakanmu, semakin aku sulit untuk tidak mencintaimu. Bayang - bayangmu terlalu kua...