satu

9.8K 375 5
                                    

Sudah setahun terakhir semenjak Katreena mengenyam pendidikan dibangku perkuliahan, ia hanya menghabiskan waktunya untuk fokus pada studi yang ia pilih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah setahun terakhir semenjak Katreena mengenyam pendidikan dibangku perkuliahan, ia hanya menghabiskan waktunya untuk fokus pada studi yang ia pilih.

Segala kesibukan ia cari, entah itu membaca tumpukan buku diperpustakaan kampus, atau menikmati weekend bersama teman-temannya sampai Mama memarahinya habis-habisan ditelpon karena tak tahu waktu.

Segala hal yang ia lakukan selama ini bukan tanpa sebab, kepergiannya kepusat kota selain untuk melanjutkan studi, juga untuk melupakan seseorang yang membuat hatinya kian membeku.

Katreena nyaris menutup hati, tak ada satupun pemuda yang ia terima selama setahun ini. Katreena merasa bahwasanya hatinya sudah mati karena kejadian tempo itu. Kejadian yang membuatnya jadi gondok dan menaruh perasaan kesal pada sosok anak adam yang tinggal dirumahnya saat ini.

Pagi itu, waktu sudah menunjukan pukul delapan lebih, Katreena mengangkat kepala dengan terpaksa, kala bunyi dering telpon dari atas nakas berhasil mengganggu aktivitas malas-malasannya.

"Selamat pagi, anak Mama."

Lenguhan lemah Katreena berikan, tanda bahwa ia masih belum sadar sepenuhnya.

"Kamu jam segini baru bangun tidur?"

"Iya." jawabnya singkat.

Mama diseberang sana berdecak pelik, wanita yang sudah memasuki usia lebih dari empat puluh tahun itu selalu dibuat tak mengerti dengan perubahan Katreena semenjak putri semata wayangnya ini memilih tinggal dipusat kota.

Dahulu, Katreena bukan pribadi yang bisa semalas ini ketika tanggal merah tiba, meski ia pada dasarnya butuh dilayani, tapi Katreena tak pernah bangun hingga sesiang ini. Melihat perubahan Katreena sekarang, Mama sampai bertanya-tanya ada apa dengan putrinya?

Katreena juga nyaris jarang pulang kerumah jika itu bukan karena paksaan dari Mama ataupun Papa. Katreena selalu beralasan tugas yang dipikulnya begitu menumpuk, sehingga gadis itu selalu beralasan tak ada waktu untuk sekedar pulang kerumahnya walau sebentar.

"Katreena, ini sudah hampir memasuki akhir bulan loh, kamu sudah enam bulan gak pulang sayang. Mama juga tahu kamu sudah liburan semester sejak seminggu yang lalu."

Dengusan kasar keluar dari mulut Katreena, ia meremas sprei guna melampiaskan seluruh kekesalannya.

Orang-orang mungkin akan berpikir jika Katreena terlalu childish untuk menyikapi hal sekecil ini. Hanya karena tak mau berjumpa dengan orang yang telah membuatnya sakit hati, ia malah memilih untuk jarang pulang kerumah, mengisyaratkan Papa dan Mama saja yang harus mengunjunginya kepusat kota.

"Papa disini nanyain kamu terus sayang, jangan terlalu keasikan sendiri disana, sampai lupa ada kita yang merindukan kamu disini."

Katreena melemaskan bahu, mungkin memang benar juga, selama ini ia terlalu egois, kekanak-kanakan dan berbuat semaunya sendiri. Jika saja perasaan kesal itu sudah hilang, Katreena mungkin tak akan berbuat sejauh ini.

Hold It In (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang