enam

4K 292 9
                                    

Ada sekitar sepuluh dengusan kasar yang Katreena keluarkan kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada sekitar sepuluh dengusan kasar yang Katreena keluarkan kali ini. Sungguh, Katreena tak percaya mengapa takdir senang sekali bermain-main dengannya.

Lihatlah apa yang terjadi saat ini. Yasa, cowok yang Katreena anggap sebagai benalu itu kini tengah duduk disampingnya, sengaja memalingkan wajah karena tahu ia tengah diselimuti oleh banyak kekesalan.

Semua ini terjadi karena permintaan Mama dan Papa, dengan beralasan Bi Li dan Pak Rus tak bisa mengantarkan Yasa ke ibukota, Katreena terpaksa mengorbankan mobilnya dihinggapi oleh cowok tak tahu diri itu.

Ya, satu minggu lagi Yasa sudah resmi menjadi mahasiswa baru dikampusnya, menyebalkan memang, mengapa pemuda itu harus mengambil instansi pendidikan yang sama dengan dirinya? itu bukan kemauan Katreena.

Sepanjang perjalanan menyusuri wilayah kota ini, keduanya terdiam dengan ingatan masing-masing. Katreena fokus mengendarai kendaraannya, sedang Yasa hanya memandang pemandangan disampingnya karena takut jika harus bersitatap dengan Katreena.

Andai saja Yasa tahu seluk beluk jalanan ibukota, mungkin ia tak akan mau merepotkan Katreena. Tapi sayang, dia benar-benar buta jalan, bahkan disepanjang hidupnya, Yasa hanya dua kali menginjakkan kaki diibukota, itu pun karena keluarga Katreena yang ajak.

Kepala Katreena sudah pusing memikirkan bagaimana nasib Yasa selanjutnya, selain pusing memikirkan pemuda tersebut, Katreena juga kesal karena ia harus turut andil mencari sebuah kos-kosan layak huni untuk ditempati pemuda itu selama mengenyam pendidikan disini. Sesuatu yang sangat merepotkan baginya.

Sekitar satu meter lagi, kendaraan yang keduanya tumpangi sudah sampai dibasemen apartment Katreena. Ia terus menyusuri halaman luas tersebut dan menempatkannya ditengah-tengah area.

"Turun, sementara lo tinggal dulu disini sampai gue dapet tempat tinggal buat lo." Perintah Katreena tegas.

Yasa mengangguk seraya melepaskan sealbet. Ia kemudian membuka bagasi mobil, membawa barang bawaannya turun beserta koper milik Katreena.

Keduanya berjalan dengan Katreena yang memimpin didepan, hampir tak ada percakapan jika saja Katreena tak melihat Yasa yang kesusahan mengangkat barang bawaannya.

"Lo kalau kesusahan tuh bilang, bukannya malah diem." Katreena menyentak pemuda itu sembar membawa salah satu tas dari tangan Yasa.

Yasa hanya diam tanpa mau bertatapan dengan Katreena. Melihat kemarahan lagi dari balik manik milik Katreena cukup membuatnya nyalinya ciut setengah mati. Ia juga tidak tahu mengapa dihadapan Katreena ia akan secupu dan setidak berani ini.

Selepas menaiki lift dan kembali menyusuri koridor apartment, Katreena memberhentikan langkah pada kamar bertuliskan nomor 42, menekan pin dan membuka pintu tersebut begitu tenang.

Yasa terus mengikuti Katreena seperti anak yang mengikuti induknya kemanapun ia pergi.

"Sementara, lo tidur disofa dulu, barang-barangnya taruh aja disitu." tunjuk Katreena seraya melepaskan cardigannya dan melangkah memasuki sebuah ruangan.

Yasa mengamati kepergian Katreena, mengulum bibir dan memilih mendudukan diri guna merilekskan badannya yang hampir remuk karena perjalanan tadi.

Tak ada yang dilakukannya selain berdecak kagum melihat ruangan ini begitu rapi tertata, Yasa jadi tahu kembali bagaimana rasanya menjadi orang kaya. Sungguh beruntungnya ia masuk ketengah-tengah keluarga Katreena.

Silang beberapa menit, saat Yasa masih sibuk mengamati suasana khas kota, Katreena keluar dengan rambut yang sudah menjuntai basah. Wanita itu berjalan melewatinya tanpa ekspresi, sepertinya hendak memasuki area dapur yang menyatu dengan ruang tengah.

Katreena menyugar surai, mengusap hidungnya sejenak dan membuka kulkas. "Gak ada stok makanan selain mie instan, lo makan mie instan aja ya."

Yasa mengerjap selama beberapa saat, suara Katreena mengalun lembut memasuki indera pendengarannya, membuat ia tersenyum canggung bersama hati yang bergetar secara bersamaan.

"Gapapa Reen, kamu mau masak? biar aku masakin aja." tawarnya dengan senyum yang mengembang hendak menghampiri Katreena.

Tatapan Katreena tiba-tiba berubah menajam, telunjuk perempuan itu terangkat menyuruh Yasa kembali duduk dan berdiam diri disana. "Duduk! biar gue yang masak!"

Yasa meneguk ludah kasar, memilih tak berkutik dan menuruti apa yang Katreena perintahkan.

Ada sekitar sepuluh menit Yasa menunggu sampai Katreena menyuruhnya untuk bangkit dari sana dan duduk dimeja makan. Gadis itu kemudian menyodorkan semangkuk mie dengan toping telur diatasnya, tak lupa juga memberikan ia segelas air putih tepat didepannya.

Hati Yasa menghangat seketika, sikap seperti ini yang ia rindukan setiap harinya, bagaimana Katreena menaruh perhatian lebih dan melembut seanggun parasnya yang ayu dan menawan.

Yasa mengulum senyum, sadar bahwa jantungnya kembali bergetar hebat saat ia diam-diam mencuri tatapan pada gadis didepannya. Katreena selalu tahu bagaimana caranya mencuri hati Yasa dengan perlakuan kecil sekalipun, Ia memejamkan mata menikmati suasana sesyahdu ini, mengingatkannya pada masa lampau saat Katreena hampir setiap hari memberinya senyuman sebagai penyemangat hidupnya.

Katreena, salah satu ciptaan Tuhan yang Yasa kagumi keberadaannya, namun juga menjadi sebuah pengingat diri bahwa tak semua hal bisa ia dapatkan karena kasta yang berbeda.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hold It In (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang