"Lihat cowok-cowok yang diujung itu deh Reen."
Katreena memutar bola mata malas, tak mengindahkan apa yang Griselle katakan dan malah memilih untuk fokus pada buku dalam genggamannya.
"Lihat dulu bentar apa susahnya sih?"
Lagi-lagi Katreena tak peduli dengan ocehan Griselle. "Ngapain sih? Gak tertarik gue sama cowok-cowok kayak gitu. Daripada sama mereka gue lebih milih cowok-cowok dikelas kita."
"Ye sialan lo, kalau ujung-ujungnya balik lagi sama cowok brengsek itu, percuma aja gila."
"Kenyataannya gak ada yang bisa bikin gue tertarik Gris, gue juga bingung."
Griselle meringis, setengah menahan kesal karena kebebalan Katreena. Cukup sulit untuk menaklukan bagaimana hati Katreena hanya terpaku pada satu pemuda, padahal banyak disekitar mereka yang menurut Griselle lebih menggugah selera, tapi jika dipikir lagi, Yasa memenuhi kriteria dari apa tang Katreena mau.
Hanya saja pemuda itu tidak sekaya orang-orang yang ada disekitar mereka, mungkin cuma itu kekurangannya. Oh satu lagi, brengsek, menurut Griselle.
"Ayolah move on Reen, gue masih banyak kenalan cowok nih, mau yang kayak gimana?"
Katreena berdecak sebal. "Udahlah Selle, gue bisa cari sendiri kok."
"Lo mau cari cowok yang miskin kayak dia? gue ada kok."
"Kok lo jadi ngerendahin Yasa sih?"
Griselle menggaruk tengkuk. "Bukannya gitu Reen, lagian lo aneh banget tau."
"Aneh banget dari mana? lo gak liat Yasa sesempurna apa?"
"Mata lo sempurna, dia udah ambil keperawanan lo bego!"
"Ya emang kenapa? gue juga mau." semprot Katreena tambah garang.
Tangan Griselle mendarat keras dikepala Katreena, memukulnya demi menyadarkan sang gadis dari kebodohan ini. "Katreena bego! otak lo udah dicuci habis sama cowok brengsek itu!"
Katreena mengaduh kesakitan, ia lantas menepis tangan Griselle dari kepalanya. "Gue kan jujur Selle, apa yang salah?"
"Otak lo yang salah, udah gak waras gila. Apa lo perlu gue seret kerumah sakit jiwa?!"
"Gue sadar seratus persen, gue juga gak gila!"
Griselle menggeram tertahan, ia menarik nafas dan membuangnya banyak-banyak, lalu beralih merangkul pundak Katreena. "Lo tuh pinternya melebihi gue Reen, tapi kenapa soal ginian otak lo minus banget? keliatan begonya tau gak?"
"Setiap orang tuh punya cara unik buat jatuh cinta Selle, gue dengan cara gue sendiri, dan lo dengan cara lo sendiri."
"Tapi lo jatuh cinta tuh bodohnya keliatan banget, masa lo rela otak lo dicuci sama cowok modelan kayak Yasa?"
Bibir Katreena maju secenti, tak terima dengan perkataan Griselle. "Maksud lo Yasa gimana? lo lagi ngejelekin cowok gue lagi nih?"
"Cowok lo dari pluto! emang dia suka balik sama lo? engga kan?"
Katreena mengalihkan pandangan, kesal berdebat dengan Griselle, ia tahu pikirannya terlanjur bodoh sebab Yasa yang terus berdiri menjulang mengisi kekosongan hatinya.
Bagi Katreena, jatuh cinta itu begitu sulit. Dulu sekali, orang-orang dilingkungan sekolahnya begitu untuk jatuh cinta kepada lawan jenisnya, sedang Katreena tidak.
Ia tidak merasakan itu, kehadiran Yasa dirumahnya ketika memasuki tahun pertama sekolah menengah atas mengubah segalanya. Katreena merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, bagaimana rasanya bangun pagi-pagi karena alasan laki-laki.
Mempunyai perasaan itu begitu membahagiakan, tapi itu dulu. Sebelum semuanya berubah semenjak ungkapan perasaannya hampir satu setengah tahun yang lalu.
Kala itu, Katreena merasa percaya diri karena segala perhatian yang Yasa lakukan, cukup untuk menjadi bukti bahwa lelaki itu juga punya perasaan yang sama padanya. Namun sayang, angan hanya jadi angan semata.
Ia menerima penolakan yang menurutnya menyakitkan, bahkan tak segan-segan Yasa memberitahukan hal yang mampu membuat Katreena benci setengah mati.
Setelahnya, selain menyimpan dendam pada sosok Yasa, Katreena juga tak dapat menampik bahwa perasaan cintanya pada Yasa jauh lebih besar sekarang.
Entah sampai kapan hatinya berlabuh pada laki-laki berwajah kucing itu, Katreena hanya berharap rasanya terbalaskan meski hanya sebentar. Setidaknya ia merasakan perasaan bahagia lagi dalam mencintai Yasa, ya setidaknya.
"Orang secantik lo tuh gampang banget menarik perhatian yang lain, coba dulu lah deket sama satu orang difakultas kita."
Katreena menyelipkan surainya. "Gue beneran gak tertarik Selle."
"Coba dulu, sekali aja."
"Gak bisa, gue juga gak mau."
Griselle meringis, menggertakan giginya dan mendengus kasar. "Kalau seandainya Yasa bukan jodoh lo, lo mau gimana? terus terpaku sama cowok itu?"
Katreena tampak berpikir, mengerjap beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Griselle. "Itu beda ceritanya, lagian sekarang Yasa belum terikat hubungan sakral kayak gitu, jadi ngapain dipikirin sekarang?"
"Seandainya Katreena, lo mau suka sama dia terus?"
"Move on lah, masa iya gue suka sama suami orang."
"Gak menutup kemungkinan tau, orang sebelum Yasa terikat sama perempuan lain juga, rasa cinta lo udah sebesar ini, gimana nanti?"
Kepala Katreena menoleh, menatap Griselle sepenuhnya. "Jangan ngomongin hal yang belum pasti, siapa tau jodoh Yasa gue sendiri, takdir itu gak ada yang tahu." sahut Katreena penuh percaya diri.
"Berkhayal terus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold It In (SELESAI)
FanfictionKatreena berubah menjadi sosok angkuh setelah penolakannya tempo itu. Sial, cintanya ditolak oleh anak pembantunya sendiri. Perasaan marah itu semakin membara saat keesokan harinya, Yasa membawa perempuan yang dikenalkannya pada semua orang sebagai...