tiga

4.6K 338 7
                                    

Jalanan kota sore itu ramai seperti biasanya, Katreena khidmat mengendarai kendaraannya melewati keramaian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan kota sore itu ramai seperti biasanya, Katreena khidmat mengendarai kendaraannya melewati keramaian. Letak Matahari pun sudah mulai menurun tak setinggi tadi, sengaja ia pilih demi menghindari suhu yang panas.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk Katreena sampai dikediamannya, tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan.

Sebelum benar-benar masuk ke pekarangan rumah, Katreena memberhentikan kendaraannya sejenak,  memandang bangunan tersebut dengan pikiran yang melayang.

Ingatannya terlempar pada masa dimana hatinya hancur untuk yang kedua kalinya oleh Yasa. Saat peristiwa itu, tak ada yang bisa Katreena lakukan selain menangis, kala ia mengintip dua anak adam itu dari balik jendela kamar.

Brengsek, Katreena terus mengumpati Yasa, pemuda itu malah asik bercengkerama dengan Amita didepan rumahnya sedang ia sibuk menata hati yang sudah mereka hancurkan berkeping-keping.

Mengingatnya membuat kekesalan Katreena kembali membuncah hebat. Sial, ia harus kembali bertemu lagi dengan Yasa hari ini.

Katreena menghela nafas panjang, sudah cukup ia membuang waktu dengan hal-hal yang tak penting seperti tadi. Ia segera menepikan kendaraannya sejajar dengan kendaraan Papa, membuka sealbet segera dan keluar sembari menyampirkan tas kepundak.

"Anak Mama!" Suara Mama adalah sapaan pertama yang Katreena terima disini, ia tersenyum melihat Mama begitu antusias dan berlari cepat kearahnya. "Mama rindu sama kamu sayang, kamu baik-baik aja kan?"

Anggukan Katreena berikan, ia membentangkan kedua tangan, menyambut Mama dengan senyuman merekah. "Aku baik-baik aja, Mama apa kabar?"

"Mama baik sayang, ayo masuk kedalam, Mama udah masak yang banyak buat kamu."

Katreena mengangguki ajakan Mama, dan mulai mengikuti jejak wanita itu hingga keduanya tiba diarea dapur.

Harum wangi dari aroma masakan menjadi sambutan pertama ketika kakinya menjajaki ruangan tersebut. Banyak makanan yang sudah tersaji didepan mata, Mama benar-benar menyiapkan semua ini hanya untuknya. Katreena selalu merasa terharu dengan segala effort yang dilakukan Mama untuknya.

"Nak Katreena, apa kabar? sudah lama nak Katreena enggak pulang kerumah, Bi Li kangen banget."

Katreena membalikkan badan ketika mendengar suara Bi Li, ia kembali tersenyum memperhatikan wanita yang sudah beruban itu. Wanita yang sudah mengabdikan diri dalam waktu yang cukup lama pada keluarganya.

"Katreena baik Bi, Bibi apa kabar?"

"Bibi baik-baik saja. Dari tadi Yasa nanyain kamu terus, tapi sayangnya anak itu lagi pergi keluar."

Katreena tersenyum canggung, tak menanggapi Bi Li lebih lanjut dan memilih duduk didepan meja makan. Semua makanan yang tersedia begitu memanjakan mata, Katreena sampai bingung harus mencicipinya dari mana.

"Mama baru nyobain resep ini untuk pertama kali, kamu cobain dulu, kalau kamu suka nanti Mama buatin lagi spesial untuk anak kesayangan Mama."

Seperti biasa, Mama akan cerewet seperti ibu-ibu diluaran sana. Wanita itu terus mengambilkan Katreena lauk sampai semua makanan yang tersaji ia cicipi semua.

Keduanya menikmati makanan tersebut diselingi canda tawa. Mama memperlihatkan keantusiasannya hingga makanan dipiring Katreena kosong tak tersisa.

"Kamu istirahat yang nyenyak ya Reen, Mama gak bakal ngegangguin kamu lagi sampai kamu puas disini. Mama keatas dulu ya sayang."

Sebelum pergi meninggalkan Katreena, Mama mendaratkan kecupan dipuncak kepala putri kesayangannya, mengusap surai gadisnya lembut dan berlalu dari sana.

Katreena mulai berdiri sembari membawa piring bekas ditangan, menyimpan benda kotor tersebut dan membuka lemari pendingin guna melihat-lihat minuman segar yang akan meredakan dahaga ditenggorokan.

Perhatiannya tertuju pada sekotak susu uht disamping kaleng-kaleng minuman lain, Katreena mengambil minuman tersebut dan meneguknya saat itu juga.

Ditengah-tengah tegukannya, Katreena mendengar derap langkah kaki seseorang. Awalnya ia abai, sampai suara yang tak diharapkannya datang menyapa.

"Katreena." Suara tersebut amat lirih, seolah tak ada tenaga untuk mengucapkan namanya.

Katreena tak langsung membalikan badan, mengikuti kata hati yang menyuruhnya untuk tetap diam.

"Apa kabar?" tanya suara tersebut masih sama lirihnya.

Diam menjadi pilihan kembali, sembari menutup pintu kulkas kasar, Katreena membalikkan badan, dan menatap tajam pemuda didepannya.

Kegugupan terlihat jelas dari balik manik Yasa, lelaki itu menahan nafas, menatap balik paras ayu milik Katreena. Paras yang selalu ia rindukan setiap malam.

"Basa-basi lo basi banget!" Katreena membalas ketus, syarat akan ketidaksukaan. "To the point aja bisa gak sih?"

Yasa menggigit bibir, nyalinya menciut ketika tatapannya beradu dengan bola mata Katreena yang menyiratkan kekesalan. Sungguh, Yasa merindukan Katreena yang dulu, Katreena yang selalu merengek saat didekatnya, Katreena yang selalu tersenyum hingga membuat Yasa melayang ke awang.

"A-aku keterima di universitas yang sama, sama kamu." Ucap Yasa sedikit gagu.

Katreena mengangkat sebelah alis, berubah memandang aneh lelaki didepannya. "Terus?"

Mendengar jawaban dari Katreena, hati Yasa mencelos sedih, bukan ini tanggapan yang ia inginkan, Yasa kira Katreena akan senang dengan berita bahagia yang ia terima beberapa waktu lalu.

"Gapapa, aku cuma ngasih tahu, kita jadi bisa ketemu terus."

Bola mata Katreena memutar malas, ia mendengus kasar sembari mulai melangkah hendak meninggalkan Yasa.

"In your dream, yang ada gue muak lihat muka lo tiap hari!"

"In your dream, yang ada gue muak lihat muka lo tiap hari!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hold It In (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang