Sekitar pukul delapan pagi, Katreena meregangkan kedua tangan sebelum memapaki area luar kamar. Rumah seluas ini memang selalu sepi setiap pagi. Semua orang sudah beraktivitas dengan kegiatannya masing-masing.
Tujuan Katreena kali ini adalah area dapur, perutnya sedari tadi merengek meminta diisi. Langkah yang ia buat juga begitu tenang, Katreena mengharapkan hari ini hidupnya akan damai tanpa ada hambatan.
Sibuk memapaki lantai rumah, Katreena tak pernah menduga tubuhnya akan berakhir terjerembab diatas lantai. Pelaku utama penyebab kesialannya pagi ini adalah Yasa, tanpa bisa ia cegah pemuda itu menabraknya hingga kuah bening sudah mengotori baju tidurnya yang semula wangi vanila.
Amarah Katreena memuncak melihat siapa orang yang menyebabkan badannya berhasil mencium lantai. Ia berdecak dan berdiri dengan nafas memburu. "Lo kalau jalan liat-liat dong!"
Yasa gelagapan mendengar kemarahan Katreena, buru-buru ia mendekati gadis itu, hendak menyentuh area yang tak sengaja tersiram olehnya. "Maaf Reen, biar aku bersihin."
"Enggak, minggir lo!" Sentak Katreena seraya menepiskan tangan Yasa yang sudah menyentuh bajunya.
Dari area belakang, Mama sudah berlari mendengar keributan pagi ini. Mulanya, wanita itu menganggap bahwasanya sentakan Katreena adalah sebuah candaan, akan tetapi saat kembali mengamati secara seksama, rupanya sang putri benar-benar melampiaskan amarahnya pada Yasa.
"Katreena kok gitu bicaranya? yang sopan dong." Peringat Mama sembari menarik tangan Yasa agar berdiri dibelakangnya.
"Ini nih liat pembantu Mama bikin aku jatuh sampe kesiram kuah sayur kayak gini!" Sungut Katreena tambah meninggikan intonasi suaranya.
Mama menggeleng atas ucapan putrinya, wanita itu tetap berusaha tenang agar tak memperkeruh suasana. "Enggak bicara dengan nada tinggi gitu dong sayang, gak baik."
"Dianya nyebelin Ma, pagi-pagi udah bikin mood orang rusak aja." Katreena menunjuk sosok Yasa, membuat pemuda itu semakin murung dengan perasaan bersalah yang semakin besar.
"Katreena! mama gak pernah ngajarin kamu buat memperlakukan orang seperti itu."
"Kok Mama jadi belain dia sih?"
"Karena kamu udah bentak orang sesuka hati kamu, Mama gak pernah didik anak Mama buat kayak gitu."
Hati Katreena berdecit semakin kesal, dilihatnya presensi Yasa dibelakang Mama yang semakin menunjukan bahwasanya pemuda itu begitu ketakutan. "Lo salah nyari masalah sama gue Yasa!"
"Katreena, siapa suruh kamu jadi perempuan kasar kayak gini? kalau Papa dengar gimana?"
"Aku gak peduli Ma, dari awal kehadiran dia dirumah ini udah salah!" Katreena menekankan setiap katanya, tak peduli bahwa Yasa akan sakit hati atas apa yang ia ucapkan. Karena tujuan utamanya berbicara seperti ini untuk melukai perasaan Yasa, seperti apa yang dilakukan pemuda itu dulu.
Mama hanya menghela nafas melihat tingkah angkuh anak gadisnya. Tak berselang lama, Katreena berlalu meninggalkan mereka berdua bersama amarah yang masih menutupi sebagian hatinya.
Gadis itu terus menyumpahi Yasa sampai ia merasa puas, sampai hatinya lelah dan berakhir dengan meluruhkan air mata.
Bunyi ketukan pintu berhasil menarik perhatian Katreena, ia berderap melangkah, mendekati benda tersebut dan membukanya tanpa ekspresi lebih.
"Selamat malam nak Katreena. Ini Bibi buatin kamu mie, daritadi nak Katreena gak keluar-keluar kamar terus."
Katreena mengulum bibir, mengambil alih nampan dari Bi Li dan mengucapkan terimakasih pada wanita didepannya. "Makasih ya Bi."
"Sama-sama anak manis." balas Bi Li seraya tersenyum, namun tak kunjung beranjak dari sana. "Sebenarnya ada yang mau Bibi bicarakan sama kamu."
Dahi Katreena mengerut penasaran. "Bicara apa Bi?"
Bi Li terdiam selama beberapa saat, wanita dengan wajah damai itu kemudian menyentuh kedua lengan Katreena.
"Maafin Yasa ya nak, jika Yasa banyak salah sama kamu. Semenjak kalian lulus sekolah dan kamu pergi dari rumah ini untuk kuliah, Bibi perhatikan Yasa selalu bersikap murung tanpa sebab. Yasa selalu menanyakan kabar kamu, padahal sebelumnya kalian tidak pernah bersikap sampai sejauh ini."
Katreena membisu mendengar setiap kata yang Bi Li ucapkan, kepalanya berdenyut sakit memikirkan bagaimana hancurnya hubungan antara ia dengan Yasa.
Sejujurnya, Katreena merindukan saat-saat dimana ia menjadi satu-satunya gadis yang banyak disanjungi Yasa, diperhatikan hingga dilayani bak seorang putri.
Apa semuanya akan kembali sama? Katreena tak tahu entah kedepannya akan seperti, akan tetapi keegoisan telah menyelimuti kalbu Katreena, ia masih merasa sakit hati atas penolakan dan kenyataan yang ia dapat saat itu. Katreena tak bisa menerimanya secepat itu.
"Bibi sampai sekarang masih tidak tahu ada masalah apa diantara kalian. Tetapi, Bibi ingin menyampaikan permintaan maaf untuk kamu, jika Yasa pernah menyakiti kamu hingga kamu membenci dia seperti ini."
"Bibi." Panggil Katreena lirih. "Kenapa jadi Bibi yang minta maaf, Bibi gak salah apa-apa."
Bibi tersenyum sangat damai, khas keibuan. "Yasa putra Bibi nak, sudah menjadi tanggung jawab Bibi untuk melakukan hal itu."
"Katreena sama Yasa baik-baik aja kok Bi, Bibi jangan seperti ini."
"Bibi akan ikut senang jika kalian baik-baik saja, akan tetapi satu hal yang perlu kamu tahu, Yasa menyayangi kamu seperti saudaranya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold It In (SELESAI)
FanfictionKatreena berubah menjadi sosok angkuh setelah penolakannya tempo itu. Sial, cintanya ditolak oleh anak pembantunya sendiri. Perasaan marah itu semakin membara saat keesokan harinya, Yasa membawa perempuan yang dikenalkannya pada semua orang sebagai...