tujuh

3.7K 262 7
                                    

Pukul delapan lewat sepuluh pagi, Katreena segera bangkit kala ia menerima sebuah pesan dari temannya, Daniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul delapan lewat sepuluh pagi, Katreena segera bangkit kala ia menerima sebuah pesan dari temannya, Daniel. Pemuda itu memberitahukan beberapa rekomendasi serta lokasi kos-kosan dengan harga terjangkau namun nyaman untuk ditempati.

Cukup berbekal tas selempang dipundaknya, Katreena melangkah keluar kamar, menghampiri Yasa dan berdiri disamping sofa.

"Ikut gue sekarang!"

Dahi Yasa mengernyit penuh rasa penasaran. "Mau kemana?"

"Nyari tempat tinggal buat lo lah, emang lo mau tinggal disini selamanya?"

"Kalau boleh, aku mau kok."

Mata Katreena sontak membola saat mendengar jawaban Yasa, ia mencebikkan bibir tak suka. "Gue yang gak mau nampung lo, enak aja, kalaupun lo beneran mau tinggal disini, lo harus bayar sama dengan satu kali sewa hotel bintang lima!"

Yasa menyayukan wajah, memilih bangkit dengan tangan memegang sebuah handphone android, dan mulai mengikuti langkah Katreena dari belakang.

Saat sudah duduk dengan nyaman dan melihat kesiapan Yasa, tanpa menunggu waktu, Katreena segera melajukan kendaraannya mulai menyusuri hiruk pikuk ibukota.

Beberapa kali ia menunjukkan gedung-gedung penting agar Yasa tahu tempat-tempat tersebut, mulai dari mall kota, perpustakaan kota, dan yang paling penting adalah swalayan terbesar dikota ini, pemuda itu harus tahu supaya tak merepotkannya lagi.

Jarak yang ditempuh untuk tujuan pertama tak lama, kendaraan yang mereka tumpangi menepi disisi jalan depan sebuah bangunan berlantai tiga. Tidak mewah tapi nampaknya bangunan tersebut dihuni oleh orang-orang dengan ekonomi yang tercukupi.

Katreena keluar duluan, menatap sejenak dan mengisyaratkan Yasa untuk mengikutinya.

Setelah masuk dan bertemu dengan pemilik kosan tersebut, Katreena tampak berpikir keras, harga yang ditawarkan disini terbilang mahal, namun dengan fasilitas yang lengkap, Katreena rasa tak masalah dengan harga tersebut.

Ia menoleh pada Yasa. "Kemahalan gak? apa mau cari yang lain?"

Yasa menggaruk tengkuk merasa tak enak hati. "Iya Reen, ada tempat yang lebih murah gak, tapi yang deket sama apartment kamu."

"Ngapain deket sama gue?"

"Aku belum tahu betul gimana hidup dikota ini, jadi kalau ada apa-apa aku tinggal nyamperin kamu."

"Beban lo!" Bentak Katreena sembari mengetikkan beberapa kata didalam gawai dan mengangkat sebuah telepon dari seseorang.

Katreena kembali mengabaikan Yasa, berbicara entah bersama siapa dengan raut wajah tajam nan serius tanpa senyuman. 

"Niel, disekitar apartment gue emang gak ada kosan ya?"

Yasa tersenyum ketika mendengar apa yang Katreena tanyakan kepada seseorang diseberang sana. Satu sisi dilubuk hatinya terenyuh dengan pengertian Katreena.

"Kok lo gak ngomong sih?" tanya Katreena, Yasa tak tahu apa jawaban dari orang yang Katreena hubungi.

"Buat anak pembantu gue, bukan buat keluarga gue!"

Senyum Yasa pudar saat itu juga, Katreena tiba-tiba mematikan telpon dan menyimpan benda tersebut kebawah kaca mobil begitu kasar, kentara sekali perempuan itu kembali memperlihatkan kemarahannya.

Lalu, kendaraan yang dikemudikan oleh Katreena kembali melaju membelah jalanan kota. Jangan tanyakan bagaimana sepinya suasana diantara mereka berdua, karena Yasa kembali segan untuk mengajak Katreena memecah kesunyian diantara mereka.

Ia hanya diam sembari memandang gedung-gedung tinggi yang dilalui, sesekali memejamkan mata atas ketidaknyamanan ini. Selang beberapa menit, Katreena menepikan kendaraannya tepat didepan sebuah gedung sederhana ditengah padatnya pemukiman warga.

Perempuan itu kemudian keluar dan diikuti olehnya. Mula-mula Katreena terdiam sejenak, sebelum pergi melangkah dan menemui pemilik bangunan ini, tak lupa berdiskusi perihal harga dan fasilitas yang ditawarkan.

Yasa memilih diam menyimak sampai Katreena menoleh dan menaruh tatapan padanya.

"Gimana soal harganya? lo setuju?" Katreena bertanya begitu lembut, berbeda dari nada bicaranya yang tadi.

Tanpa berpikir panjang Yasa mengangguk menyetujui, setelah mendengar harga sewa kamar tersebut, instingnya mengatakan bahwa harga tersebut masih sesuai dengan kemampuannya.

"Ini deket sama apartment kamu kan?"

Katreena refleks mengerling malas. "Deket." Jawabnya begitu singkat.

Tak lama, keduanya diajak untuk mengelilingi bangunan dan diperlihatkan beberapa kamar yang kosong, pilihan Yasa jatuh pada kamar paling ujung ketiga dilantai satu.

Setelah berdiskusi dan menyepakati harga, serta membooking kamar tersebut, Katreena mewakili Yasa untuk pamit undur diri pada pemiliki kosan ini.

Perempuan itu menghembuskan nafas lega, menyandarkan punggung pada bantalan kursi kemudi saat mendaratkan bokong didalam mobil.

Yasa meneguk ludah, menggaruk tengkuk sejenak dan menatap Katreena penuh keseganan.

"Maaf dan makasih buat semuanya Reen." Yasa berkata lirih, kepalanya menunduk tak berani melontarkan pandangan pada Katreena.

Katreena tak menjawab apa-apa, sudut hatinya selalu ingin mengabaikan Yasa, tak memedulikan lelaki itu, terserahmau tinggal dikolong jembatan atau dipinggir jalanan pun rasanya Katreena tak bisa membiarkan Yasa.

Yasa adalah seseorang yang secara tak tahu diri mencuri hatinya hingga habis tak bersisa, sulit untuk melupakan pemuda itu meski banyak laki-laki yang datang menyatakan perasaan padanya.

Katreena tak tahu ada mantra apa dibalik wajah menawan Yasa sehingga ia seringkali merasa lupa bahwa Yasa tak memiliki perasaan lebih padanya.

Lantas sekarang Katreena harus melakukannya dengan cara apalagi, jika raut wajah Yasa selalu menghantui bayang-bayang malamnya, sampai ia menangis sakit menahan rasa yang tak mungkin mendapat balasan.

Lantas sekarang Katreena harus melakukannya dengan cara apalagi, jika raut wajah Yasa selalu menghantui bayang-bayang malamnya, sampai ia menangis sakit menahan rasa yang tak mungkin mendapat balasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New Cast:

New Cast:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hold It In (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang