Rasa penasaran dalam benak Yasa makin bertambah, tatkala ia lihat Griselle berlari dari arah gerbang kampus dan menuju kerumunan diseberang. Ia pun memilih mengambil langkah, menerobos dengan cara menyingkirkan tubuh orang-orang secara paksa.
"Permisi, permisi." Ucapnya mengeraskan suara dan menyingkirkan satu persatu orang-orang yang menghalangi.
"Mana yang sakit?" Yasa mendengar seruan panik dari Griselle, ia semakin penasaran dan semuanya terjawab saat yang ia lihat kali ini adalah Katreena yang menundukkan kepala dengan sikut mengeluarkan darah.
"Katreena!" teriak Yasa, kepanikan terlihat begitu kentara dari raut wajahnya yang khawatir akan kondisi Katreena. "Kenapa bisa gini?"
Katreena mendongak, tak menyangka Yasa akan ada disini, menyaksikan ia yang tengah meringis kesakitan.
Jika sebelumnya ia akan menolak sentuhan yang diberikan Yasa, kali ini Katreena tak berbuat seperti itu, ia mencengkeram tangan Yasa, merasakan sakit pada kakinya yang sepertinya terkilir dan sensasi perih dari sikutnya yang tergores oleh aspal.
"Sakit Yasa." Lenguhnya tak sadar menyandarkan dahi di dada Yasa tanpa rasa egois itu lagi.
Yasa lantas menoleh ke arah Griselle, melayangkan pertanyaan terburu-buru. "Lo bisa bawa mobilkan?"
Griselle mengangguk membenarkan.
"Kita kerumah sakit sekarang." interuksi Yasa sembari membuat gerakan hendak menggendong Katreena. "Tenang ya Reen."
Bersama keringat yang bercucuran dari dahi, Yasa menggendong Katreena menuju parkiran kampus yang terletak tak jauh dari tempat kejadian perkara. Ia merasakan Katreena kembali meringis menahan sakit, bahkan gadis itu tak segan lagi untuk menyembunyikan wajahnya dibalik dada Yasa.
Kala tiba disamping mobil milik Katreena, Griselle dengan sigap membuka pintu belakang, menyaksikan Yasa yang masuk bersama Katreena dalam gendongannya.
Kemudian kendaraan yang Griselle kendalikan mulai melaju membelah jalanan. Yasa menyingkirkan surai Katreena yang menutupi sebagian wajah gadis itu, mengelusnya menyiratkan tatapan penuh kekhawatiran.
"Kepala kamu ada yang terbentur?"
Katreena menggeleng lemah, ia mengecengkeram kemeja Yasa kembali menyembunyikan wajah didepan perut lelaki itu dengan tubuh terbaring berbantalkan paha milik Yasa.
"Kalau ada yang sakit selain tangan sama sikut kamu bilang ya, jangan bikin aku khawatir."
"Kaki aku sakit banget." Desah Katreena.
"Sebentar lagi kita sampai dirumah sakit." Yasa berucap menenangkan ia mengusap puncak kepala Katreena, mengecupnya tepat disana dan terus mengelus lengan sang gadis bersama kekhawatiran yang kian membuncah. "Kamu bakalan baik-baik aja, jangan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold It In (SELESAI)
FanfictionKatreena berubah menjadi sosok angkuh setelah penolakannya tempo itu. Sial, cintanya ditolak oleh anak pembantunya sendiri. Perasaan marah itu semakin membara saat keesokan harinya, Yasa membawa perempuan yang dikenalkannya pada semua orang sebagai...