tiga belas

3.4K 217 13
                                    

"Gue udah gak perjaka lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue udah gak perjaka lagi."

Amita terbelalak, tak percaya atas pernyataan Yasa yang tiba-tiba. Setelah penamparan Katreena barusan, gadis itu kemudian berlalu pergi selepas menyumpah serapahi Yasa dengan berbagai sumpah yang menurut Amita Gila.

Mulut Amita masih terbuka, tak mampu mencerna begitu saja pernyataan dari Yasa.

"Jangan bilang sama Katreena?" tanya Amita curiga.

Yasa mengangguk membenarkan, ia makin menunduk dalam pikiran yang berkecamuk tak karuan.

"Wah lo gila, lo tolak perasaan Katreena tapi sekarang malah ambil keperawanan dia? tolol, otak lo dimana?"

Amita jelas marah, ia tidak pernah menduga Yasa akan melakukan hal sejauh ini, yang Amita tahu Yasa masih bingung dengan perasaannya. Bingung akan perbedaan yang begitu kontras antara ia dengan Katreena.

"Gila Yasa, gimana kalau Katreena hamil? lo mau bikin nama lo jadi buruk dimata orang tua dia?"

"Gue awalnya gak bermaksud gitu, tapi-"

"Tapi kenyataannya lo udah tidur sama dia, letak kewarasan lo tuh udah gak ada!"

Yasa mengusap surai, masih terasa ngilu dipipinya bekas dari tamparan Katreena. "Gue tahu, gue terlanjur terlena akan nafsu yang udah gue simpan sejak lama buat Katreena."

"Lo udah kerasukan setan Yasa, benar-benar gak waras!"

Apa yang perlu dibantah dari segala umpatan Amita pada Yasa? Tak ada, sejatinya ia memang dari awal salah, sudah sejak lama Yasa menahan diri agar tak terjatuh dalam jerat pesona Katreena yang begitu mematikan.

Puncaknya adalah malam itu, saat dimana bibir Katreena begitu mengalihkan segala atensi yang ada, menjadi sebuah nafsu yang tak dapat dicegah.

"Kalau seandainya Katreena hamil, hancur udah hidup lo ditangan keluarga Katreena. Hidup lo tuh masih belum cukup buat ngebiayain hidup Katreena, bisa-bisanya lo kepikiran buat merawanin anak orang sembarangan! Dasar setan!"

Yasa terdiam, tak sedikitpun menyela ucapan Amita.

"Lo bikin gue ikut frustasi gila!" keluh Amita, memijit pelipisnya pelan. "Gak waras lo, anak setan!"

"Katreena juga gak nolak apa yang gue lakuin sama dia." balas Yasa, mencoba menghentikan pikiran Amita yang kian memburuk terhadap dirinya.

"Ya tapi lo sebagai laki-laki harusnya tau batasan dong bego!"

Amita berdecak kesal, ia kembali memijit pelipis, merasakan denyut sakit dikepalanya karena Yasa.

"Lo kalau suka sama Katreena itu bilang sama dia, bukannya malah sok-sok-an nolak karena alasan kasta dan lain sebagainya."

"Seandainya bisa, udah gue lakuin dari dulu."

Gigi Amita bergelatuk saling bertabrakan menahan tensinya agar tak naik saat itu juga. Brengsek, umpatnya dalam hati, pria yang selama ini Amita kenal sebagai seseorang yang lugu nan baik, nyatanya tak jauh berbeda dari laki-laki bajingan diluar sana.

"Karena lo tuh cupu Yasa! Hanya karena alasan perbedaan diantara kalian berdua, lo malah memilih mengambil jalan dengan menolak Katreena?"

Amita mengacak surai frustasi. "Lo-" Amita menggantungkan kalimat, memijit pelipisnya lagi masih tak habis pikir atas pemikiran tua Yasa yang seperti ini. "Sialan gue gak nyangka lo bakal kayak gini!"

"Lo gak ada diposisi gue Mit, lo gak bisa ngerasain apa yang gue alami selama ini." Ucap Yasa dengan muka memelas.

"Walaupun gue gak ngerasain, lo tetap aja brengsek bego!"

Pikiran Amita berkecamuk hebat, mendapati cowok disampingnya seperti ini mampu membuat pandangan Amita tiba-tiba berubah. Tidak, Amita tidak mengenal Yasa yang seperti ini, Yasa yang dulu ia anggap sebagai laki-laki langka, nyatanya bisa berbuat sejauh ini.

Amita tahu, dia bukan manusia suci, dia juga pernah ada difase seperti apa yang Yasa alami, namun karena pandangannya selama ini pada Yasa amat baik, Amita tak pernah menyangka hal ini dapat terjadi pada orang yang ia yakini mampu membatasi dirinya dari hal-hal tabu seperti ini.

"Kecewa banget gue sama lo, gimana jadinya nanti kalau orang tua lo tahu lo ngehamilin anak majikannya?"

Yasa mengangkat pandangan. "Gue gak ngehamilin Katreena. Dia juga gak hamil."

"Belum Yasa, itu juga perandaian bodoh! Coba, lo mau bagaimana?"

Bibir Yasa terkatup membisu, hingung menjawab pertanyaan Amita.

"Gak bisa nih, gue harus bicara empat mata sama Katreena." Amita tiba-tiba beranjak dari hadapan Yasa, membuat bola mata lelaki itu melebar seketika.

"Ngapain?" semburnya setengah kaget.

"Ya lo mau bikin image gue dimata dia tambah buruk? gue tuh calon publik figur, masa iya gue punya skandal busuk yang gak gue lakuin sama sekali?"

Yasa merapatkan kedua tangannya didepan dada, bermaksud memohon pada Amita. "Kalau lo mau ngomong yang enggak-enggak sama Katreena, gue mohon jangan."

"Lo tuh cowok, tapi kok cupu banget kalau udah berhubungan sama Katreena?"

"Lo lupa? ayah sama ibu gue kerja dikeluarga dia, gue masih butuh uang buat ngehidupin segalanya."

Amita mengerling jengah. "Kalau lo tahu lo masih miskin, kenapa sok-sokan merawanin anak orang?"

 "Kalau lo tahu lo masih miskin, kenapa sok-sokan merawanin anak orang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


See you!

Hold It In (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang