Happy reading!! Semoga suka yaa
o0o
Siang ini, di dalam markas kebesaran Vandalas. Puluhan orang berkumpul, dengan 4 gadis yang ada di antara orang-orang bertubuh kekar itu. Seperti apa yang dikatakan Fino semalam, bahwa siang tadi lelaki itu sampai di kota ini. Tidak hanya Fino tapi juga Chandra, Paris dan beberapa anggota Vandalas yang kebetulan memilih satu kampus dengan mereka.
Semua anggota inti yang Chandra utus untuk memegang tanggung jawab Vandalas di sekolahnya atau di daerahnya, dipanggil dan bersatu di markas besar atas komanda ketua besar Vandalas atau Chandra. Dan sore ini sekitar 86 kepala berkumpul untuk menyuarakan suaranya masing-masing, perihal kejadian semalam. Sedang puluhan lainnya ditugasnya untuk berpatroli seperti biasa.
Untunglah hari ini hari sabtu, semua anggota Vandalas yang masih bersekolah tak perlu bolos bersama. Hanya saja, mereka yang duduk dibangku kuliah ada beberapa yang sengaja membolos.
"Jadi, gimana hasil cctv?" tanya Chandra.
"Ternyata ada tiga motor yang berenti di persimpangan. Gue udah catet platnya satu diantara tiga motor itu," ucap Basit seraya menyodorkan sebuah kertas pada Chandra, yang langsung lelaki itu terima.
"Dua orang itu jalan ke rumah Nala dan buat keributan. Dari cctv rumah, sebenernya mereka bawa kotak hitam," jelasnya lagi.
Kening Fino mengkerut, "Kotak hitam?" tanyanya dan Basit mengangguk.
Hal itu membuat Fino menoleh pada Dapis, "Lo liat ada kotak di sekitar rumah?" tanyanya.
"Ngga bang, gue cuma menu ini," ucap Dapis lalu merogoh saku jaketnya dan memberi selembar kertas yang tampak lusuh.
13 Juli
Tulisan berwarna merah itu ada di sana, membuat Fino mengkerutkan keningnya bingung.
"Tiga belas juli?" gumam Fino.
Nala yang tak sengaja mendengar langsung menatap Fino, "Tiga belas juli?" tanya Nala memastikan.
"Lo semua gak mungkin lupakan?" tanya Nala menatap satu persatu orang yang duduk melingkari meja.
"Tiga bel--kak Arsya!" seru Rea membuat semua paham apa maksudnya.
"Hari ini tepat dua tahun kak Arsya pergi," lirih Nala.
Ia tidak bisa menahan sesak di dadanya. Ya, 13 Juli 2 tahun yang lalu Arsya pergi meninggalkannya. Menyisakan kenangan yang sangat menyakitkan untuk Nala. Kepergian Arsya yang tragis tak pernah hilang dalam ingatannya, membuat rasa sedih itu kerap kali menandatanginya tanpa permisi.
Dan hari ini, hari yang seharusnya ia gunakan untuk mengunjungi Arsya harus sedikit tertunda karena masalah semalam. Seseorang datang membuat keributan di rumahnya, membawa secarik kertas bertulisan tanggal 13 Juli dengan tinta berwarna merah. Maksudnya apa?
Semua terdiam tak bersuara. Mencoba mencerna apa yang terjadi di kediaman rumah Nala semalam. Teror itu datang saat hari kepergian Arsya, bukankah maksudnya orang-orang itu ingin mengingatkan kembali perihal malam mengerikan 2 tahun lalu? Tapi kenapa kesannya bukan untuk memperingati, tapi lebih ingin mengulang kembali.
"Kenapa kak? Sebenernya mereka siapa? Kenapa masih nyangkut pautin kak Arsya?" tanya Nala tak paham dan tidak terima.
Arsya sudah pergi, iya kak Arsyanya sudah pergi. Jadi Arsya tak ada urusan dengan dunia lagi, tapi kenapa orang-orang itu kembali membawanya dalam masalah? Atau menjadikan Arsya sebagai umpan?
"Tenang, Nala. Gue bakal cari tau semuanya," ucap Chandra yang tak dapat jawaban dari Nala.
"Tapi kenapa Rea juga kena?" pertanyaan itu kembali membuat semua terdiam dengan pikiran yang bercabang ke mana-mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia (Nala Story)
Teen Fiction"Kak ... Arsya?" "Nala?" . . Sepeninggal Arsya satu setengah tahun lalu membuat kehidupan Nala berubah. Tidak hanya hidupnya, kepribadiannya pun kian berubah membuat orang-orang tidak percaya bahwa itu adalah Nala si gadis ceria yang bawel nan cerob...