Halo semua!! Selamat malam!!
o0o
Happy reading!! Semoga suka ya!
o0o
Ting.
Suara itu berasal dari handphone Anna, membuat gadis yang kini menguncir rambutnya menjadi satu ikatan itu dengan cepat membuka handphonenya sendiri.
"La," panggilnya pada Nala yang kebetulan berada di depannya.
"Kenapa?" tanya Nala sedikit menolehkan kepalanya tanpa mau menghentikan langkahnya.
Kini Nala, Rea, Anna dan Laura tengah berjalan di koridor menuju gerbang sekolah. Bel pulang memang sudah berbunyi sejak tadi, lebih tepatnya sejak 10 menit yang lalu. Belum lagi hari ini sekolah dipulangkan lebih cepat. Kenapa keempatnya baru berjalan pulang setelah koridor mulai sepi? Jawabannya, tentu saja karena menunggu Laura yang harus menjalankan piket kelas dulu.
Lagi pula baik Nala, Rea, Anna atau pum Laura tak suka pulang tepat saat bel berbunyi. Semua tempat di jalur pulang seperti koridor, tangga, parkiran bahkan gerbang sekali pun akan langsung ramai, jadi untuk berjalan pun harus desak-desakan. Makanya mereka memilih untuk sedikit lebih telat, toh orang-orang yang akan mengantarnya pun senantiasa menunggu walau harus menunggu berjam-jam sepertinya akan tetap ditunggu.
"Kata Zevan ... kak Araksa nunggu di gerbang," ucap Anna memberitahu apa yang kekasihnya beritahu di chat tadi.
Nala diam sejenak, membuat Rea dan Laura juga tentunya Anna ikut terdiam.
"Tapi, tapi, kalo lo gak suka gue bakal langsung bilang Zevan buat suruh kak Araksa balik!" lanjut Anna dengan cepat bahkan sebelum Nala membalas ucapannya tadi.
"Emang kak Araksa ada di sana buat jemput Nala?" tanya Laura dan Anna mengangguk kecil.
"Gimana La?" tanya Anna lagi pada Nala dan kini Nala membalasnya dengan gelengan kecil.
"Gue hari ini pulang sama Rafi," jawabnya dengan santai, ralat, pura-pura santai.
"Tapi La, apa gak sebaiknya lo temuin kak Araksa dulu? Udah empat hari berturut-turut loh dia datang buat jemput lo, bahkan dia nunggu lo dari siang sebelum waktu pulang," ucap Laura pada Nala, membuat Nala terdiam bimbang.
Ia belum siap bertemu dengan Araksa saat dirinya benar-benar menganggap lelaki itu Araksa, lelaki asing yang tiba-tiba saja datang dalam hidupnya. Jangan lupakan jika Nala masih gadis yang kaku dan selalu bingung bagaimana cara memulai dan membuat suasana tak canggung dengan orang baru, terlebih orang itu adalah lelaki.
Namun sebagian dirinya juga merindukan lelaki itu. Ah tidak, ia sangat-sangat merindukan Arsya dan hanya Araksa yang dapat membantunya untuk menghilangkan sedikit saja rindu yang sudah bertumpuk di hatinya ini. Atau mungkin ia juga merindukannya? Merindukan Araksa, yang bagaimana pun juga lelaki itu pernah ada di sampingnya ya walau untuk waktu yang sangat-sangat singkat.
"Zevan bilang kak Araksa sampe rela bolos dan malemnya harus ngerjain tugas hukuman dari dosen," lanjut Anna memberitahu, dengan sedikit harapan jika Nala mau menemui Araksa di sana.
"Ah iya! Gue juga belum cerita ya?" celetuk Rea membuat ketiganya menoleh.
"Sambil jalan deh," lanjut Rea membuat keempat gadis cantik yang sempat menghentikan langkahnya itu kembali berjalan.
"Apaan?" tanya Nala penasaran.
"Waktu lo masuk rumah sakit, semua orangkan panik ya? Apalagi kak Fin tuh, dia langsung datang," jelas Rea membuat Nala mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia (Nala Story)
Roman pour Adolescents"Kak ... Arsya?" "Nala?" . . Sepeninggal Arsya satu setengah tahun lalu membuat kehidupan Nala berubah. Tidak hanya hidupnya, kepribadiannya pun kian berubah membuat orang-orang tidak percaya bahwa itu adalah Nala si gadis ceria yang bawel nan cerob...