Halo semua!! Siap buat baca Nala dan Araksa?! Langsung aja!!
o0o
Happy reading!! Semoga suka yaa!!
o0o
"Janji?"
Nala menatap mata hitam Araksa lalu mengangguk, "Janji," jawabnya dengan mantap.
"Tapi kakak juga harus janji, gak bakal pergi lagi," lanjutnya yang juga dibalas dengan anggukan cepat oleh Araksa.
"Makasih, makasih udah kasih gue kesempatan ini," ucap Araksa membuat Nala mengangguk kecil.
Tak kuasa menahan dirinya Araksa pun kembali memeluk tubuh mungil Nala. Mengusap lembut punggung kecil serta belakang kepalanya, juga mengecup-ngecup singkat puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Perlakuan itu tentu saja membuat jantung Nala berdebar tak karuan. Sama halnya dengan apa yang ia rasakan pada Arsya dulu, bersama Araksa ia juga merasa sangat-sangat disayangi, dilindungi dan yang paling penting ia sangat nyaman ada dalam pelukan tubuh Araksa--sama seperti pelukan Arsya.
Tambahan lainnya, saat ia menempelkan kepalanya di dada bidang itu. Seperti apa yang terjadi pada Arsya, jantung Araksa pun berdebar dengan sangat cepat semakin. Ya, sama sepertj jantungnya sekarang yang berdebar tak normal. Ia hanya berharap jika Araksa tak merasakannya.
Selang beberapa lama, pelukan itu pun melonggar. Membuat keduanya saling tatap, menyelami mata satu sama lain seolah menyampaikan segala sesuatunya melalui tatapan mata. Mulutnya sama-sama diam terkunci, sampai tanpa sadar Araksa memajukan wajahnya. Hal itu tentu membuat Nala tersadar dan langsung menutup wajah tampan Araksa dengan kedua tangan mungilnya.
Sepertinya ia tahu apa yang akan terjadi tadi jika ia tak cepat-cepat menghentikannya. Tidak, tidak, Nala tak boleh membiarkan hal itu terjadi lagi. Sudah 2 kali, lelaki di hadapannya ini mencuri kecupan tepat di bibirnya. Sudah 2 kali pula ia hanya diam tak menolak.
Aish! Nala memejamkan matanya saat kedua pipinya terasa kembali panas.
"Iya, iya, ngga," ucap Araksa dengan kekehan gelinya yang mulai terdengar.
Satu tangan besarnya, mengambil kedua tangan Nala. Lalu mengecup lembut jari-jari kecil itu, membuat pipi Nala semakin panas.
"Mesum banget!" kesal Nala langsung mengambil posisi duduk dengan tegap di sana, menatap ke arah lain agar tak bertemu dengan mata Araksa.
Araksa masih menampilkan senyum gelinya, apalagi melihat mata bulat Nala yang bergerak ke sana kemari. Ah gadis itu sedang salah tingkah, menggemaskan sekali, pikirnya.
Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Nala, "Mau turun atau mau pulang?" tanyanya lembut.
Ia tak mau memaksa Nala turun, setelah ia tahu bahwa pantai ini adalah pantai yang pernah Nala dan Arsha kunjungi. Ia juga sedikit bingung sebenarnya, kenapa bisa tiba-tiba saja ia membawa Nala ke sini. Berbekal tempat yang ia lihat di dalam mimpinya, membawa ia dan Nala ke sini.
Dan satu lagi fakta mencengangkan, bahwa pantai ini menyimpan memori tentang Nala dan Arsya.
Nala tak langsung menjawab, ia melihat sekitar lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia (Nala Story)
Novela Juvenil"Kak ... Arsya?" "Nala?" . . Sepeninggal Arsya satu setengah tahun lalu membuat kehidupan Nala berubah. Tidak hanya hidupnya, kepribadiannya pun kian berubah membuat orang-orang tidak percaya bahwa itu adalah Nala si gadis ceria yang bawel nan cerob...