0.4.3 Ada untuk Nala

818 42 16
                                    

Halo hehe

Rasanya canggung ya? Uda lama banget ga nulis soalnya. Maap kalo aku gantung ceritanya terlalu lama. Makasii buat yang uda nunggu huaaa maapin aku ya karna kelamaan.

Dan semoga suka sama part ini, semoga juga aku bisa cepet lanjut part selanjutnya

o0o

Happy Reading!! Semoga suka yaa!!

o0o

Nala menundukan kepalanya dalam-dalam saat itu merasa semua tatapan tajam itu menusuk dirinya. Jantungnya berdegup sangat kencang, kedua tangan yang sejak tadi saling remas pun sudah basah karena keringat.

Dalam hati ia merapalkan doa untuk keselamatan telinganya. Semoga setelah ini ia masih diperkenankan untuk mendengar.

"Angkat kepala lo," suara itu terdengar seperti perintah yang harus segera dituruti.

Namun, bukannya mengikuti apa yang disuruh. Nala malah semakin menundukan kepalanya dan menggeleng. Sudah seperti anak kecil yang sedang batuk namun ketahuan memakan permen.

"Angkat kepala lo atau gue penggal pala lo, La!" ucapan sadis dari Rea berhasil membuat Nala bergerak menoleh ke arahnya dengan mata melotot tidak terima.

"Apa-apa--."

Ucapan Nala terhenti saat itu tak sengaja bersitatap dengan Chandra yang memang duduk di samping sahabatnya itu. Dengan Rea yang sudah tersenyum puas bahkan dengan tangan yang dilipat di dada juga dagu yang sengaja dinaikan.

Ia menelan ludahnya sendiri, apalagi di sana tidak hanya Chandra melainkan sudah ada Paris, Zidan dan Dio juga di sana. Belum lagi keempatnya melayangkan tatapan yang tak biasa.

Lihatlah Zidan, lelaki yang bahkan selalu menatapnya dengan lembut juga tersenyum manis itu kini hanya menatap dirinya dengan datar.

"Eh hai kak," sapa Nala gugup.

"Hai Zidan, Dio, apa kabar?" tanya Nala pada keduanya yang bahkan tak mendapat jawaban.

"Ck, eksekusi langsung ajalah. Lama!" celetukan Rea itu kembali membuat Nala menoleh dan menatapnya tajam.

"Lo?!" geram Nala tertahan.

"Huh," Chandra menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Fino masih di jalan," ucapnya memberi tahu, atau mungkin itu adalah ucapan awal sebelum deretan kata lainnya menyerang.

"Nala, lo gapapa?" hal pertama yang Chandra tanyakan pada Nala dengan tatapan dalamnya.

Untung Rea sudah biasa dengan hal itu jadi tak ada rasa cemburu saat mendapati kekasihnya menatap Nala dengan tatapan yang berbeda dari gadis lain.

Nala tertegun sejenak, baru saja ia ingin menjawab pertanyaan lain kembali ia dengar.

"Lo masih mau donat yang rabu kemaren gak?" tanya Dio tiba-tiba.

"Oh atau lo mau main ke tempat yang waktu itu lagi?" dilanjut oleh pertanyaan dari Zidan.

"Kemaren gue kirimin lo paket, udah datang belum?" pertanyaan terakhir dari Paris.

Ia semakin tertegun, menatap keempatnya satu persatu. Tatapan yang sebelumnya datar dan dingin itu, ini berubah menjadi tatapan yang khawatir, panik dan takut. Nala dapat merasakannya yang di mana hal itu kembali menumbuhkan rasa bersalahnya.

"Nala, gue gak bisa bayangin gimana kalo Araksa telat semalam. Lo sukses buat gue kalut saat Rea telpon gue nangis-nangis bilang kalo lo .. lo berencana buat loncat di sana. Lo pikir masalah akan selesai gitu aja dengan cara lo loncat dan hanyut di sungai?" tanya Chandra serius, lagi-lagi Nala tidak bisa menjawabnya.

Caraphernelia (Nala Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang