Oke sebelum baca ke ceritanya, karna aku gapunya temen cerita jadi aku mau cerita dikittt maksudnya aku mau kasih tau 2 kabar, kabar baik dan kabar gabaik huhu..
Pertama kabar baiknya adalah aku mau kerja, yah, aku seneng sii, ya pokonya aku ada panggilan kerja, jadii kerjaanku nambah bukan cuma nulis yeayy
Yang kedua kabar gabaiknya adalah aku gajanji bisa sering up kaya yang dipart sebelumnya aku bilang.. maap loh aku gatau kalo panggilannya hari ini dan secepetnya waktu aku dipake buat kerja kerja kerja huaaa
Jujur ya aku gatau ini harus sedih atau seneng wkwkwk disatu sisi aku pengen kerja keluar rumah kaya orang-orang, tapi disisi lain aku juga gabisa lepas apa yang udah aku jalanin dari lama inii ih
Etapi aku bisa aja sii up cerita ini cuma mungkin gabisa sering-sering, karnanya kan aku juga harus rajin up di apk sebelah huaaa gabisa ini gabisaaa
Kira-kira kalian masih mau baca ga ya kalo aku jarang up? Apa aku hapus aja ya cerita ini?
Aku sii bakal atur waktu ya biar aku tetep bisa nulis dan up di sini sama di sebelah, semoga bisaa
Udah ah sekarang langsung baca aja ceritanya yakkk
o0o
Happy reading!! Semoga suka yaaa
o0o
H
ari ini adalah hari sabtu dan Nala tidak ada niatan untuk keluar rumah. Jadilah ia memanfaatkan akhir pekannya dengan santai-santai di rumah saja. Tadi setelah sarapan dan mengantar sang ibu yang akan pergi bekerja, Nala langsung mengurung diri di kamar.
Menonton drama favoritnya, mendengarkan musik hingga mengadakan konser, membaca novel, menyalin tugas dari Laura, juga video call dengan ketiga temannya. Tidak hanya itu, di dalam kamar pun Nala merapikan buku-bukunya, merapikan boneka-bonekanya, merapikan lemari bajunya dan mengganti seprai kasurnya.
Semua itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga saat ini, pukul 2 siang Nala baru selesai mandi. Masih dengan handuk yang membungkus rambutnya, Nala berjalan keluar dari kamar.
"Bi, bibi were are you?!!" tanyanya sedikit berteriak.
"Bibi di belakang non!!" balasnya, Nala pun berjalan cepat menuju belakang rumahnya.
Di sana terdapat bi Minah yang sedang duduk bersantai dengan semangkuk sambal coklat dan beberapa potong buah mangga dan bengkuang. Tidak hanya itu, di sana juga ada segelas sirup dengan batu es di dalamnya. Sangat menggiurkan membuat Nala segera mendekat.
"Bibi lagi apa?" tanya Nala walau sebenarnya ia tahu apa yang dilakukan wanita paruh baya itu.
"Ini non, tadi ada tukang rujak. Bibi beli deh, non dipanggil-panggil gak nyaut sih. Bibi kira tidur, yaudah bibi makan sendiri aja di sini," jawabnya membuat Nala mengangguk kecil.
"Lala, tadi mandi bi. Mau boleh?"
"Boleh atuh non, nih cobain rujaknya. Siang-siang gini mah emang paling enak ngerujak yang asem-asem."
Nala mengangguk setuju, ia ikut duduk di sana. Rasa asam dari mangga muda, juga manis dan pedas dari sambalnya membuat Nala ketagihan.
"Ih enak bi!" serunya dan bi Minah hanya mangut-mangut saja.
"Tapi jangan banyak-banyak ya non, takutnya nanti sakit perut. Non jugakan jarang makan rujak gini," pesan bi Minah yang Nala balas dengan anggukan di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia (Nala Story)
Dla nastolatków"Kak ... Arsya?" "Nala?" . . Sepeninggal Arsya satu setengah tahun lalu membuat kehidupan Nala berubah. Tidak hanya hidupnya, kepribadiannya pun kian berubah membuat orang-orang tidak percaya bahwa itu adalah Nala si gadis ceria yang bawel nan cerob...