Selamat malam!!
o0o
Happy reading!! Semoga suka ya!!
o0o
Nala pikir ialah orang pertama yang mengenal Araksa. Ia orang pertama yang tahu jika ada orang lain yang sangat mirip dengan Arsya.
Araksa Adhinathan, ia pikir ialah yang pertama tahu segalanya tentang lelaki itu. Tapi nyatanya tidak. Semua yang ia tahu justru ia dapat dari Chandra dan teman-temannya yang ternyata bergerak cepat mencari tahu dibanding dirinya yang selalu ada di dekat Araksa.
Araksa bukan Arsya. Harusnya Nala yang tahu lebih dulu, karena bagaimana pun juga Nala tahu bagaimana Arsya dan apa saja perbedaan antara Arsya juga Araksa. Tapi kenapa ia justru tidak tahu-menahu? Kenapa justru ia menjadi orang terakhir yang tahu akan semua itu? Apa karena dirinya yang menutup kenyataan jika Araksa memang bukan Arsya? Apa karena dirinya yang masih belum bisa menerima semua?
Araksa itu bukan Arsya. Ya, Nala paham. Nala tahu.
Tapi terlalu banyak kesamaan antara keduanya. Sampai Nala pikir, tidak ada yang berbeda entah itu Araksa atau pun Arsya.
Namun, saat bertemu dan bertatap muka langsung dengan 2 pria dewasa yang berbeda usia kemarin. Dan yang ternyata kedua orang itu tak lain dan tak bukan adalah papa serta kakek dari Araksa, membuat Nala sadar. Perlakuan Araksa dan Arsya pada dirinya memanglah sama, tapi tidak dengan orang-orang di sekitar lelaki itu.
Jika dulu saat bertemu dengan Hendra--papa dari Arsya, ia merasa diterima. Bahkan saat bertemu dengan Shanne--mama dari Arsya yang baru bertemu saat pemakaman pun ia juga diterima dengan baik. Hanya saja saat itu keadaan sedang tidak memungkinkan.
Tapi saat pertama kali bertemu dengan keluarga Araksa--papa serta kakeknya. Bukan kalimat sambutan yang ia dapat, bukan juga senyum hangat atau sekedar kalimat "Temannya Araksa ya?".
Tidak ada.
Dan Nala merasa untuk bersama Araksa mungkin memerlukan lebih banyak pengorbanan.
"Dan berapa kamu bayar dia?"
Deg.
Jantung Nala berdebar cepat, ia yang sudah menyiapkan senyum manis itu lantas luntur kala mendengar satu kalimat yang untuk pertama kalinya ditujukan pada dirinya. Di antara banyaknya orang baru yang ia temui mungkin, pria dewasa--ah tidak, pria tua itulah orang pertama yang mengatakan hal demikian.
Dan tentu saja itu seperti tamparan untuk Nala. Apakah mampir dan main ke apartement seorang lelaki terlihat sangat murah? Nakal? Hina? Kenapa sangat berlebihan?
"Jaga omongan lo!" sahut Araksa yang sudah menarik Nala agar berdiri tepat di belakangnya.
"Nathan, Nathan," ucap pria dewasa lainnya yang umurnya tentu saja lebih muda dibanding pria tua tadi.
"Semakin hari, kelakuan kamu semakin menjadi. Padahal jika bukan papa, siapa yang akan menolongmu hari itu?" tanyanya.
Dan dapat Nala rasakan, ucapan itu berhasil menyulut emosi seorang Araksa yang selalu memperlihatkan sikap manis padanya. Genggaman di tangannya semakin mengeras, membuatnya sedikit sakit tapi dengan cepat ia mengusap punggung tangan Araksa sehingga lelaki itu kembali rileks.
"Menolong?" tanya balik Araksa.
Kedua pria itu mengangguk, "Tentu saja," sahut pria tua dengan angkuh.
Araksa berdecak, "Gak usah basa-basi, tujuan lo berdua ke sini mau apa?" tanya Araksa langsung pada intinya.
"Jelas ingin menjenguk cucuku yang nakal. Yang sudah berani membawa orang lain ke tempat persembunyiannya. Yang sudah ...," ucapannya menggantung dengan lirikan sinis pada Nala yang langsung menundukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia (Nala Story)
Fiksi Remaja"Kak ... Arsya?" "Nala?" . . Sepeninggal Arsya satu setengah tahun lalu membuat kehidupan Nala berubah. Tidak hanya hidupnya, kepribadiannya pun kian berubah membuat orang-orang tidak percaya bahwa itu adalah Nala si gadis ceria yang bawel nan cerob...