Gak dibaca ulang, jadi kalo ada typo komen yakkk
o0o
Happy reading!! Semoga suka yaaa
o0o
Setelah 2 hari berlalu di mana Araksa tiba-tiba saja ada di depan rumah Nala yang berakhir dengan lelaki itu mengantar dan menjemput Nala di sekolah, juga insiden handphonenya yang retak. Dan 2 ini juga Nala selalu diantar jemput Araksa, yang kebetulan ibunya ditugasnya untuk menggantikan rekan kerjanya di rumah sakit yang jauh dari pusat kota. Yang artinya adalah Nina--ibu Nala itu tak pulang selama seminggu ini. Jadi tak tahu jika putrinya diantar jemput oleh lelaki bernama Araksa, karena setahunya teman-temannya Arsyalah yang selalu mengantar jemput Nala dan menjaganya jika ia sedang sibuk dengan kerjaannya.
Entah apa tanggapannya kala melihat bersama Araksa, yang putrinya anggap Arsya itu. Bi Minah yang selalu sibuk dengan pekerjaan rumah pun, tak tahu jika beberapa hari ini seseorang yang juga sempat membuatnya bersedih akan kepergiannya kembali datang dan kembali menjemput putri majikannya.
Baik Nina atau pun bi Minah, keduanya sama-sama belum tahu akan kembalinya Arsya di hidup Nala. Begitu juga dengan Nala yang masih belum menceritakan apapun tentang kak Arsyanya. Bukannya tidak mau, ia hanya ingin mengembalikan waktunya dengan Arsya yang sempat tertunda sangat lama. Barulah ia akan mencari tahu semua hal tentang kak Arsya, seperti yang sudah ia bicarakan dengan Chandra dan Fino jika waktunya hanyalah 2 bulan untuk membuktikan.
"Bibi!! Lala berangkat ya?" pamit Nala dengan suara yang keras karena bi Minah sedang ada di belakang--tempat menjemur baju.
"Iya non!! Hati-hati ya? Berangkat sama siapa? Mas Fino atau mas Zidan?" sahut bi Minah seraya bertanya yang juga dengan suara keras.
"Rahasia!!! Pokonya Lala berangkat ya, assalamualaikum!!" pekik Nala lalu berjalan cepat ke arah pintu dengan senyum yang mengembang.
Sedangkan di belakang sambil menjemur pakaian yang baru saja ia cuci, bi Minah hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa rasa curiga. Pasalnya setiap berangkat atau pun pulang, setelah kepergian Arsya. Orang yang selalu menjemput dan mengantar putri majikannya itu selalu berbeda-beda, walau begitu ia tetap bisa mengenalinya.
"Selamat pagi kak Arsya!" sapa Nala pada Araksa yang duduk di atas motornya sambil memainkan handphone.
Lelaki itu menoleh, lalu menarik kedua sudut bibirnya kala melihat raut bahagia Nala.
"Pagi, Na," balasnya seraya mengantungi handphonenya.
Ia segera mengambil helm dan Nala mendekat. Tapi belum juga helm itu terpasang di kepalanya, gadis itu malah menghambur untuk memeluknya. Menghirup aroma maskulin dari tubuh Araksa membuat Araksa gemas sendiri melihatnya dan sebelah tangan yang sudah melingkar di tubuh Nala.
"Aku ... aku bahagia, sampe aku gak tau harus gimana lagi saking bahagianya," ucap Nala dari dalam hati, karena memang itulah yang ia rasakan.
Seolah hari-hari sedih yang dulu ia rasakan hanyalah sebuah mimpi. Nyatanya hari sedih itu kini dibayarkan dengan kebahagiaan yang sempurna. Ia bahagia saat ibunya selalu ada dan selalu mendukung serta memberi dorongan untuknya bangkit dari kesedihan itu. Ia bahagia saat teman-temannya selalu ada dalam kondisi apapun itu. Ia bahagia memiliki kakak-kakak yang selalu menjaga layaknya mereka saudara kandung. Dan kini kebahagiaannya bertambah saat pusat dari bahagia Nala kembali hadir dan kembali melengkapi semua kekurangan di hidupnya.
Ia malu, malu pada Tuhan karena pernah terus menyalahkannya. Entah sudah berapa kali ia meminta maaf dalam sujudnya akan takdir yang sempat tak bisa ia terima. Padahal dibalik itu semua ada satu kebahagiaan di dalamnya. Nyatanya sekarang ia sangat-sangat berterimakasih pada Tuhan, telah mengabulkan doanya dan mengembalikan kak Arsyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia (Nala Story)
Teen Fiction"Kak ... Arsya?" "Nala?" . . Sepeninggal Arsya satu setengah tahun lalu membuat kehidupan Nala berubah. Tidak hanya hidupnya, kepribadiannya pun kian berubah membuat orang-orang tidak percaya bahwa itu adalah Nala si gadis ceria yang bawel nan cerob...