Senin, di pagi yang cerah ini Alisha sudah tiba di sekolah. Gadis 17 tahun itu menghirup udara segar disana, rasanya seperti sudah lama sekali Alisha tidak menginjak tanah Werienst ini.
Begitu menyadari bahwa dia Alisha, Neza dan Geva yang baru datang juga langsung saja memeluknya, cukup menarik perhatian sekitar.
"Kangen banget Sha, ya ampun.. kayak gak ketemu setaun tau gak sih!" Seru Geva, sangat bersemangat. Mereka melepas pelukannya.
"Gimana kondisi lo?"
"I'm good"
"Gak liat Alisha beberapa hari, sekalinya liat lagi malah keliatan nambah cantiknya" Obrolan dua orang siswa itu membuat Neza dan Geva berdecak kagum. Geva menyenggol tangannya pelan. "Makin cantik gak tuh"
"Biasa aja, udah ah.. ayo" Alisha berjalan masuk ke dalam.
Mereka sampai di depan kelas Alisha. "Kita ke kelas ya, lo kalo kenapa kenapa langsung telpon, jangan kayak waktu itu! Tiba tiba udah di bawa ke rumah sakit aja"
"Iya ge, makasih ya udah peduli sama gue"
"Pasti" Setelah Neza dan Geva pergi, Alisha masuk ke kelasnya. "Alisha aw--" Seisi kelas mendadak hening karna Alisha sudah terlanjur duduk. Hanya Vanya, Naomi, dan Tamara yang terkekeh. Alisha menatap mereka semua, dan berakhir menghela nafas. Dia kembali berdiri, mengecek rok nya saat ini.
"Pms ya? Darah nya nembus tuh mba" Vanya perlahan berjalan mundur saat Alisha mendekatinya dengan tatapan dingin. Tak melakukan apa-apa, Alisha berbalik badan hendak keluar, "Gue kasih satu pelajaran kecil buat lo gak masalah kali ya"
Plak!
Tubuh vanya langsung tersungkur akibat tamparan itu. Yang lain menganga, termasuk Naomi dan Tamara. Akhirnya Vanya bangun sendiri dengan rasa marahnya.
"Masih pagi, please deh ah" Alisha terdiam saat berbalik, di hadapannya kini sudah ada bu Sinta yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa apaan kamu?!"
"Bu.. kenyataannya gak seperti yang ibu liat, ini cuman salah paham"
"Salah paham gimana? Jelas jelas ibu barusan liat rame rame disini, saat ibu masuk.. ibu ngeliat dengan mata kepala ibu sendiri kalo kamu sengaja nampar Vanya!"
"Gak gitu bu, awalnya saya masuk kelas.. terus duduk, Vanya yang numpahin ini di kursi saya, ibu bisa liat sendiri kalo rok saya kena, saya kesel.. makannya saya nampar Vanya buat kasih dia pelajaran, Vanya yang selalu gangguin saya, bu Sinta" Bu sinta sedikit berjongkok, beliau mencium bau pada rok alisha. "Ini beneran bau amis, Alisha. Kamu lagi pms? Kok bisa bisanya nuduh Vanya? Kamu pikir ngapain Vanya kurang kerjaan naruh darah menstruasi ke kursi orang lain?"
"Ibu bisa tanya semua yang ada disini, mereka saksi kalo saya gak salah"
"Bener? Apa yang dibilang Alisha itu semua bener? Vanya yang mulai duluan?" Alisha nampak tak bisa berkata-kata, tak ada yang membela nya sama sekali.
"Ibu bener bener gak nyangka sama kamu, Alisha. Padahal ibu kira kamu itu anak yang baik dan pintar. Tapi ternyata semua prestasi prestasi kamu itu sama aja gak ada harganya kalo kamu suka ngebully orang kayak gini"
"Bu, tapi--"
"Sekarang kamu ikut ibu ke ruang guru, sekarang." Bu Sinta meninggalkan kelas lebih dulu. "Salah gue apa sih sama kalian? Anjing." Dia menyenggol meja dengan kasar, lalu ikut pergi mengikuti bu Sinta.
"Wow, speachless banget gue.. kalian gak belain si cupu? Makasih loh ya.." Yang lain tak menggubris perkataan tak berfaedah itu, memilih duduk di bangku masing masing dengan perasaan bersalah, tapi tadi memang benar benar mereka rasanya seperti bisu, tak bisa berucap sama sekali, saking syok nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISHA [ SELESAI ]
Teen Fiction"Kita cuman makhluk kecil, se suci apa kita sampai bisa minta kebahagian sama Tuhan? Nyatanya, kita hidup memang hanya untuk merasakan sakit." Kisah seorang gadis yang mencari kebahagiaan, namun setelah kedua orang tuanya tiada, alur hidupnya malah...