#9 : deep talk

150 87 10
                                    

Kemarin mama Aira menyuruh Alisha untuk banyak istirahat di rumah, jadi hari jum'at ini dia takkan masuk sekolah lagi. Berhubung besok dan minggu juga weekend, nanggung kalau hari ini harus sekolah. Sekarang masih jam setengah delapan, dan Alisha sudah sepuluh menitan di kamar mandi. Lagi lagi morning sickness.

Dia mengelap sedikit keringat dikening nya begitu keluar dari kamar mandi, seluruh badannya terasa lemas. Apa ibu hamil harus selalu seperti ini?

Alisha merebahkan kembali tubuhnya di kasur, pergerakan itu membuat Alister terbangun. "Mual lagi?" Alisha menatapnya, dia mengulas senyuman tipis sebab Alister bertanya dengan matanya yang masih terpejam. "Iya"

Sontak terkejut saat alister menariknya untuk lebih dekat, tangan cowok itu dengan mudahnya masuk ke dalam baju alisha dan mengelus lembut perutnya.

"Anak papa jangan bandel ya, jangan bikin mama kamu muntah terus, gak kasian liat mama kayak tadi?"

"Emang dia bisa denger?"

"Belum, tapi pasti dia bisa ngerasain"

"Lo bahagia, Alister?"

"Banget"

"Sebenernya lo sengaja ya? Bikin gue hamil"

"Nggak sayang, astaga"

"Oh iya, waktu itu yang rame di rumah siapa?"

"Mereka anak anak Vennuenger, asal lo tau aja.. bokap kita itu sesepuh geng ini, mereka merupakan ketua dan wakil ketua vennu angkatan dulu dulu, yang akhirnya turun temurun sampe sekarang" Sepertinya perbincangan ini menarik, akhirnya Alisha berbalik badan menjadi berhadapan dengan Alister, yang sudah menatapnya.

"Yang jadi ketua nya dulu siapa? Ayah Agra atau papa Rian?"

"Ayah Agra, harusnya sih yang di angkat jadi ketua sekarang itu anaknya, cuman karna lo cewek.. kepercayaan itu dikasih ke gue, sebagai menantunya sekarang"

"Lo kenal ayah Agra dari kapan?"

"Tiga tahun yang lalu, maybe.. itu pun papa yang ngenalin, awalnya gue udah gak srek semenjak mereka bilang bakal ngejodohin gue sama anaknya ayah Agra, dan gue juga gak terlalu mentingin posisi gue yang udah di utus jadi ketua vennu waktu itu, saking gak srek nya sama orang tua lo. Tapi seiring berjalannya waktu, gue mulai bisa nerima dua hal itu, orang tua lo dan vennuenger"

"Tapi kenapa nerima anaknya nggak?" Alister terdiam.

"Gue kan udah pernah bilang, sekarang gue nerima lo sebagai istri gue, yang udah terjadi biarin lewat aja, Sha. Apalagi sekarang ada anugrah yang harus kita jaga"

"Kalo lo nerima gue, lo udah putusin Alea sejak kita nikah. Tapi ternyata sulit kan buat lo? Berarti, meskipun ada anak kita di dalam perut gue sekarang, cinta lo tetep lebih besar buat alea. Gue gak mau di bilang egois, maka dari itu gue coba nerima hubungan kalian, gue gak punya hak buat marah. Emosi gue cuman bakal bikin gue kehilangan lo, kalo ditanya soal sakit, ya jelas sakit Al, mana ada sih istri yang mau suaminya punya cewek lain, dimana mana istri itu selalu pengen suaminya cuman jadi milik dia, seorang. Tapi realitanya gue gak bisa kayak gitu ke lo, selagi lo bahagia sama Alea, gue gapapa"

"Lo pinter banget ngerusak suasana, Sha"

"Gue gak bisa banyak ngebela diri, karna semua yang lo omongin itu bener adanya, gue sadar. Sekali lagi, gue cuman minta lo gak bosen aja denger kata maaf dari gue"

"Bener kata orang-orang, cowok gak pernah cukup sama satu cewek"

"Jadi cowok juga susah, Sha. Lo pikir gampang ngatasin dua perasaan ke cewek yang berbeda sekaligus? Nggak, itu bener bener bikin menderita. Gimana kalo lo yang ada di posisi gue sekarang, gue cinta sama Alea, tapi gue juga sayang sama lo"

ALISHA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang