ASSALAMUALAIKUM! HAI HAI HAII!
WELCOME TO MY STORY ON WATTPAD @HUM4N_08! YOU KNOW? INI ADALAH CERITA KETIGA KU HUHUHUH(。•́︿•̀。)
GA NYANGKA SI AKAN SAMPE SINI:(
DAN GA NYANGKA KALO CERITA KU YANG SEBELUM NYA JUGA UDH DPT RIBUAN VIEW. WALAUPUN CUMA RIBUAN, TPI LUMAYAN JUGA KAN:))DAN DI CERITA KU KALI INI, NGEBAHAS TENTANG PERJODOHAN LAGI MWEHEHE(. ❛ ᴗ ❛.)
ASIX AJ GT KLO CERITA PERJODOHAN, HAHAHA. SP YG SATU SERVER?? CUUNGG☝️☝️
YAUDAH DARI PADA KELAMAAN DAN TULISAN KU SUDAH PANJANG × LEBAR + CAPITAL SEMUA, MENDING LANGSUNG BACA?
KALO UDH BACA, JANGAN LUPA DI VOTE, KALO PERLU REKOMEN KE TEMEN-TEMEN KALIAN NICCHH HUHUHU
"Setelah lulus sekolah, gua akan melamar lu untuk jadi istri gua, Hil."
Music: Tak mampu lupa—Putri Ariani🎶
Kedua sudut bibir Syahila sedikit terangkat hingga menampilkan senyum tipis di wajah nya. Namun beberapa detik kemudian bulir-bulir air mata nya mengalir di pipi nya hingga jatuh membasahi kertas kecil yang kini ia pegang, dada nya pun mulai terasa sesak.
Syahila mengusap air matanya dengan punggung tangan, seraya berusaha menenangkan diri sekaligus menyadarkan diri nya yang sempat tenggelam dalam kesedihan beberapa detik lalu.
"Astaghfirullah, Hila, gak boleh, gak boleh,"
"Hila gak boleh inget-inget masa itu lagi!" Monolog Syahila dengan memukul kepalanya pelan.
Kedua pasang mata nya beralih menatap cermin rias. Dan ya, tanpa sengaja ia melihat sebuah kertas foto lama yang warnanya pun sudah berwarna coklat dan gambar yang agak buram.
Dalam foto itu terdapat dua orang bocah kecil, perempuan dan laki-laki. Itulah Syahila dan Gevano di masa kanak-kanak mereka pada lima belas tahun lalu. Foto itu masih betul-betul Syahila jaga, simpan dan ia pajang di cermin rias nya walau agak sedikit berdebu.
Perlahan jari nya pun mulai meraih kertas foto itu. "Vano, tau gak? Padahal dua tahun lalu yang bilang mau ngelamar aku di kertas ucapan itu, kamu ya? Tapi sampai sekarang kok kamu gak ngelamar-lamar aku ya?"
Syahila terkekeh kecil nan hambar, "Gakpapa, gakpapa, kamu yang tenang di sana ya? Allah tuh sayang banget lho sama kamu." Ujar nya lagi seraya menempelkan kembali foto itu di cermin rias. Dan beberapa detik setelah itu, ia membentuk sebuah hati dari jari-jari kedua tangan nya ke arah foto itu.
"Syahila,"
Seorang lelaki tiba-tiba saja membuka pintu kamar Syahila, hingga membuat gadis itu terdiam kikuk dengan kedua tangan nya yang masih membentuk hati. Memang sudah menjadi sebuah kebiasaan Jevan, jika masuk kedalam kamar Syahila tanpa ketuk pintu, apalagi izin dan salam.
"Ngapain lu?" Tanya Jevan yang merasa aneh dengan tingkah keponakan nya itu.
Syahila langsung mengubah posisi kedua tangan nya seraya menyeringai lebar dengan perasaan kikuk. "Gakpapa, hehe." Jawab nya.
"Jadi berangkat sama gua kan? Cepet ya, gua tunggu di ruang tamu."
"Yaaa,"
"Ya uda cepet, kelamaan gua tinggal."
"Iyaa, Bangg..." Ucap Syahila malas. Syahila mengepalkan tangan kanan nya, geram sekali, ingin rasanya ia mengacak-acak wajah Jevan karna mood nya pagi ini seperti di rusak begitu saja oleh cowok itu.
Setelah Jevan sudah pergi keluar dari kamar nya, lantas Syahila pun bergegas merapihkan meja rias nya, kemudian melipat kembali kertas kecil dari Vano itu untuk di masukkan ke dalam laci.
Syahila kembali memandang wajah nya di cermin rias, memastikan wajah nya terlihat natural dan pasang mata nya tak ada lagi bulir air mata yang tersisa.
▪️▫️▪️▫️
Waktu telah menunjukkan pukul 07:30 pagi. Seorang perempuan berpakaian serba navy keluar dari mobil sport berwarna putih yang di susul oleh seorang pria berkemeja putih. Siapa lagi kalau bukan Syahila dan paman muda nya—Jevan.
Pasang mata Syahila mulai memperhatikan bangunan megah yang kini berada di hadapan nya. Bangunan megah nan indah yang bertuliskan 'Universitas Islam Negri Nasional' itu adalah sekolah tingkat tertinggi yang harus Syahila jalani hingga bertahun-tahun lama nya, bahkan lebih lama dari sekolah SMA.
"Ohh, jadi ini kampus lo?" Tanya seorang laki-laki yang berdiri tepat di sebelah Syahila.
"Iya." Jawab Syahila dengan anggukan nya.
"Mau gua anter sampe kelas lo gak?" Tawar Jevan yang lolos membuat pasang mata gadis itu membulat sempurna.
"Gak usah, sampe sini aja udah lebih dari cukup ko, Bang." Tolak Syahila cepat.
"Santai aja kali, kan gua juga sekalian lihat-lihat halaman kampus lo."
"Gakk, gak usah, makasih."
"Dih, kenape Lo?" Tanya Jevan terheran.
"Gak, gakpapa. Mending sekarang Bang Jev buruan deh berangkat, kan harus pagi ini ke New York nya." Syahila mendorong punggung Jevan pelan, berharap secepatnya cowok itu masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman depan kampus nya.
"Lo punya pacar ya?!" Ceplos Jevan menerka.
Gadis itu langsung menggeleng cepat, "Enggak!!"
"Ya terus kenapa? Kok minta gua buru-buru pergi?"
"Gakpapa, Bang. Hila cuma takut nanti Bang Jev ketinggalan pesawat aja.."
"Ya udah gua berangkat," Akhirnya, Jevan pun masuk kedalam mobil nya dan bersiap untuk pergi ke Bandara.
"Oke, makasih banyak ya, Bang Jev! Hati-hati di jalan! Kalo udah sampe New York kabarin Hila."
"Iyee, Assalamualaikum!"
"Waalaikumussalam.. Byee!" Syahila melambaikan tangan nya ke arah mobil sport putih yang perlahan menjauh itu.
"Huhh.."
Helaan nafas lega pun akhirnya dapat ia hembuskan. Kepergian Jevan ke Bandara adalah suatu hal yang membuat nya lega, karna Syahila hanya merasa malas jika harus meladeni pertanyaan-pertanyaan dari para mahasiswi dia sini yang penasaran dengan Jevan. Sudah cukup ia di wawancarai di media sosial oleh para mahasiswi kampus yang penasaran dengan Jevan hanya karna ia memajang foto bersama Jevan beberapa bulan lalu.
"Hai, Hil!" Panggil seorang perempuan yang datang menghampiri Syahila dari arah belakang, suara yang sedari tadi ia harapkan takkan ia dengar itu, ternyata malah terdengar juga. Itulah suara Arina dan Caca. Dua orang yang paling banyak bertanya soal Jevan kala itu.
Syahila menoleh, "Eh, kalian!"
"Tadi tuh siapa, Hil? Pacar?" Tanya seorang perempuan bergamis hitam. Sebut saja Arina Syahrani.
"Bukan lah," jawab Syahila malas.
"Masa sih?" Tanya Caca yang menyenggol lengan Syahila seakan meledek gadis itu.
"Ya, iyalah. Udah ah aku mau ke kelas." Syahila pun langsung pergi meninggalkan kedua sahabat nya itu.
"Dih, tapi kok muka nya kayak gak asing ya, Rin?" Samar-samar masih Syahila dengar, gadis itu menghentikan langkahnya dan sedikit menoleh, namun akhirnya kembali berjalan cepat sebelum kedua sahabat nya itu menyadari.
- TBC -
n) Jangan lupa vote, karna vote itu gratis mweheeh:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYA -AFTER GEV
Fiksi RemajaARSYA - AFTER GEVANO SEBELUM MEMBACA ALANGKAH BAIK NYA DI FOLLOW DULU, AGAR KALIAN TIDAK KETINGGALAN CHAPTER SELANJUT NYA‼️❤️ Mencoba meninggalkan rasa cinta nya dengan seorang lelaki yang selama bertahun-tahun menemani nya, kini Syahila justru di t...