Bagian 1ᥫ᭡

60 10 11
                                    

𝙱𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝟷 ᥫ᭡ 𝙽𝚊𝚝𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝙺𝚊𝚕𝚊𝚗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝙱𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝟷 ᥫ᭡ 𝙽𝚊𝚝𝚊𝚔𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝙺𝚊𝚕𝚊𝚗

Haii, selamat datang aku ucapkan untuk kamu yang mau baca cerita ini. Semoga cerita ini bisa menemani kalian dan puas dengan jalan ceritanya.


Sekali lagi, semoga suka dan selamat membaca(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)

ᥫ᭡

Ruang makan itu terasa sangat hening, hanya ada dentingan sendok karena saat itu mereka sedang menikmati sarapan.

Hari itu hari pertama masuk sekolah di kelas sebelas. Setelah kurang lebih dua minggu libur semester, sepasang kembaran itu sudah harus kembali bersekolah. Menerima kenyataan jika harus bersaing kembali untuk mendapatkan yang terbaik.

"Nata, kamu harus contoh adek kamu, jangan sampe semester depan masuk peringkat sepuluh. Saya tuh mau kalian masuk juara satu atau dua seangkatan," ujar seorang tulang punggung di keluarga Nataka.

"Iya," jawab Nataka tanpa menatap sang ayah.

"Kalau jawab itu yang sopan!" hardik Yena—Mama Nataka dan Aytaka.

Karena kesal, Nataka menyudahi sarapannya, mengambil tas dan pergi dari sana. Mengabaikan teriakan Yena yang terus memanggilnya.

"Nataka!"

Nataka tak acuh, dia terus berjalan meninggalkan rumah. Nataka memang sering seperti itu, dirinya sudah terlalu bosan mendengar ocehan yang membuat kupingnya panas. Lebih baik dia lebih cepat pergi dari sana.

Yena menggeram saat Nataka tidak sopan padanya. Dia menatap ke anak keduanya yang masih fokus makan.

"Kalan, kamu jangan kaya kembaranmu itu ya. Harus pertahankan juara satu kamu."

"Iya Ma. Aku udah siap, berangkat dulu ya Ma, Pa," balas Kalan lalu menyusul Nata yang sudah lebih dulu pergi.

Nataka masih berada di garasi, menunggu motornya yang sedang dia panaskan. Kalantara menghampiri dan tersenyum remeh.

"Ngapain lo? Seneng kan lo?" tukas Nataka.

"Ya senenglah, makanya jadi anak tuh bisa dibanggakan dikit, masa adeknya juara satu di angkatan kakaknya juara sepuluh sih. Sangat gak bisa dibanggakan," cerca Kalan tersenyum remeh.

"Bacot lo!" geram Nata.

"Weits santai dong, gue kan cuma mau buat lo dibanggakan, minimal bisalah di bawah gue satu angka. Taruhan aja mau gak lo?" tawar Kalan membuat Nata menatap Kalan sepenuhnya.

"Gaya pake taruhan segala," sindir Nata.

"Gue serius, kalau lo bisa juara dua di kelas sebelas ini, lo boleh minta apapun. Tapi kalo lo gak berhasil, motor kesayangan lo ini buat gue," ujar Kalan.

Rain of Tears ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang