Happy reading♡
.
.
.
.
.
.
.
.Nataka duduk di depan kelas setelah diusir ke luar oleh Hans. Jika dia pergi ke rooftop mungkin akan lebih bermasalah nanti. Lebih baik dia duduk di depan kelas sembari mendengarkan Hans menjelaskan.
Tiga puluh menit lamanya Nataka sudah duduk di sana. Dadanya kembali terasa sakit, dia mencengkram kuat rasa sakit itu. Berharap rasa sakitnya berkurang walaupun sedikit. Obat pereda nyeri yang diberikan dokter ada di dalam tasnya, tidak mungkin tiba-tiba dia masuk ke dalam kelas. Bisa-bisa semuanya tahu jika Nataka sedang sakit, tidak akan mungkin Nataka biarkan hal itu terjadi.
Dia berjalan tertatih ke kamar mandi, ingin mengeluarkan batuk yang sejak tadi dia tahan. Benar saja, ketika sampai di dalam kamar mandi, batuk darah itu kembali terjadi. Beruntung tidak ada siapapun di kamar mandi saat itu.
Nataka membersihkan sisa darah yang ada dan ke luar dari kamar mandi kala rasa sakitnya mereda. Setidaknya dia masih bisa menahan rasa sakit itu sampai jam pelajaran fisika selesai.
Nataka menyandarkan punggungnya ke tembok depan kelas. Berusaha menghalau semua rasa sakit yang tengah dia rasakan.
Jam pelajaran fisika sudah selesai, Hans ke luar dari kelas dan kembali memberi peringatan pada Nataka. Nataka akan dihukum lebih dari itu jika kembali tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Bahkan Nataka juga harus mengerjakan tugas tambahan dari Hans.
Saat di dalam kelas, terlihat Eca yang menatapnya merasa bersalah. Tidak seharusnya Eca seperti itu, Nataka tahu jika Eca tidak salah. Bahkan Eca juga sudah mencoba membelanya.
"Gue gapapa Ca, cuma dikasih hukuman gitu doang," ucap Nataka menenangkan.
"Ya tapi lo dikasih tugas tambahan, atau sini deh tugas tambahannya biar gue kerjain," tukas Eca.
Nataka terkekeh, "Gue bisa kok Ca, itung-itung latihan juga," sahut Nataka.
"Yaudah deh," putus Eca.
"Nat, lo sakit ya?" tanya Eca saat melihat wajah Nataka yang pucat.
"Hah? Engga kok, gue gak sakit," jawab Nataka berbohong.
"Beneran Nat? Muka lo pucat banget soalnya," balas Eca tidak yakin.
"Iya, Ca. Udah ah, gue mau kerjain tugas aja, bentar lagi juga gurunya masuk," ungkap Nataka mengalihkan pembicaraan.
"Kalau sakit bilang," titah Eca.
"Iya, Ca."
ᥫ᭡
Istirahat kedua, Nataka habiskan waktunya ke rooftop seperti biasa. Saat kakinya melangkah di koridor, sebuah buku yang sangat dia kenal terlihat di dekat tempat sampah. Nataka mencoba mengambil buku tersebut. Ternyata benar, buku itu milik Nataka.
Nataka kesal karena buku tugas fisikanya sudah hancur dan hanya tersisa berapa lembar saja. Sisanya sudah terlihat robek dan tugasnya hilang. Seperti ada yang sengaja merusak buku tugasnya.
+628××××××××××
Gimana Nat? Enak ga gue kerjain? Wkwk
12.00 pmKasian deh jadi dihukum ya hari ini? Tenang, masih ada hari lain buat lo gue kerjain wkwk
12.00 pmNataka mengabaikan pesan itu, dia kembali melangkah ke rooftop. Buku fisika yang ditemukan, kembali dia buang ke tempat sampah. Percuma saja jika diambil, tidak bisa lagi dia buktikan karena tugasnya tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain of Tears ✓
Fanfiction-Haruto Stories of Wattpad- "Aku suka saat turun hujan, tapi aku gasuka saat air mata yang turun." Kehidupan yang indah memang belum tentu dimiliki semua orang. Setiap orang memiliki masa bahagianya masing-masing. Pasti akan ada bahagia setelah rasa...