Bagian 5 ᥫ᭡ Bantuan Eca
Sudah dua hari lamanya Nataka tidak masuk sekolah karena sakit. Dia memutuskan untuk masuk kembali ke sekolah setelah dua hari izin karena kondisinya juga sudah membaik. Saat di meja makan, Gio juga masih tidak terlihat di sana. Mungkin sedang ada pekerjaan di luar kota, sehingga Nata tidak melihat sang papa setelah kejadian waktu itu.
Seperti biasa, sarapan terjadi dengan hening. Tanpa ada selipan candaan di dalamnya. Mereka sama-sama fokus pada makanan yang ada di depan mereka. Nata lebih dulu menyelesaikan sarapannya. Dia pun berdiri dan hendak pergi dari sana.
"Pergi dulu, Ma."
Yena hanya mengangguk dan Nataka langsung melangkah ke pintu utama. Menyusul Kalan yang pamit untuk berangkat ke sekolah.
"Jangan lupa taruhan kita," ucap Kalan yang masih melihat Nata sedang memanaskan motornya.
"Gue gak akan lupa," sahut Nata.
"Baguslah, tapi inget, lo udah ketinggalan dua hari dan udah banyak materi sama tugas yang dikasih," ujar Kalan mengingatkan.
"Bisa nanya temen," balas Nata.
"Emangnya ada?" sindir Kalan membuat Nataka terdiam.
Kalan tersenyum remeh dan meninggalkan Nataka sendiri. Nataka tersenyum miris untuk dirinya sendiri, benar-benar Kalan sudah berubah. Tidak ada lagi Kalan yang selalu menganggapnya sebagai kakak pelindung. Tidak ada lagi Kalan yang selalu bermain dengan Nataka. Tidak ada lagi Kalan yang selalu mengganggu Nata saat di kamar.
Nataka benar-benar merindukan kenangan itu, kenangan manis dengan adik kembarnya sebelum semua berubah karena obsesi orang tua mereka.
Saat sampai di sekolah, Nataka melihat Eca sedang duduk di bangkunya dengan membaca sebuah novel. Eca menghentikan kegiatan membaca novel saat Nata duduk di sampingnya. Dia mengambil buku yang di dalamnya sudah ada catatan materi dan tugas dua hari lalu. Eca memberikan buku itu pada Nata. Nataka menaikkan satu alisnya tidak mengerti.
Eca berdecak, "Ini catatan dua hari lalu, ada list tugas juga yang dikumpulkan minggu depan."
Nataka terkejut karena hal itu, bagaimana seorang teman sebangku yang belum dekat mau berupaya membuatkan catatan untuk Nataka.
"Lo serius?" tanya Nataka.
"Iya, gue lakuin ini karena waktu kelas satu lo pernah nolongin gue dari pembulian kakak kelas, itupun kalau lo gak lupa. Gue cuma gamau hutang budi, jadi gue kasih ini karena gue rasa lo perlu ini," jelas Eca.
Sungguh, itu kata-kata terpanjang yang pernah Eca ucapkan. Eca termasuk siswi yang jarang berbicara di sekolah. Hal itu yang membuat banyak kakak kelas yang menganggap Eca bisu dan membulinya. Kalau saja tidak ada Nata yang membantu, Eca mungkin akan tetap ditindas sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain of Tears ✓
Fiksi Penggemar-Haruto Stories of Wattpad- "Aku suka saat turun hujan, tapi aku gasuka saat air mata yang turun." Kehidupan yang indah memang belum tentu dimiliki semua orang. Setiap orang memiliki masa bahagianya masing-masing. Pasti akan ada bahagia setelah rasa...