Bagian 9 ᥫ᭡ Nomor Misterius
Tiga hari sudah Nataka berada di rumah sakit itu. Nataka sudah diperbolehkan untuk pulang dengan catatan menjaga pola makan dan selalu minum vitamin yang diberikan dokter. Bahkan dokter menyarankan untuk tidak menkonsumsi nikotin. Untuk hal yang satu itu tentu saja dia rahasiakan pada siapapun. Karena selain Eca, tidak ada yang tahu dirinya perokok aktif.
Ah, mengingat Eca, sudah cukup lama dirinya tidak bertegur sapa kecuali jika ada tugas kelompok. Itu pun hanya sekadar berbicara tentang tugas yang diberikan. Eca menepati ucapannya untuk tidak peduli lagi dengan Nata. Walau sedikit sedih, Nataka tidak masalah untuk hal itu. Dia sudah terlalu sering diabaikan hingga dirinya sudah terbiasa.
Nataka pulang sendiri, hari itu Kalan sekolah dan Dhafin sedang ada kelas. Dhafin memaksa untuk menjemput dan bolos kuliah. Tentu saja hal itu ditolak oleh Nataka dan mengancam tidak akan mau bertemu dengan Dhafin lagi jika Nataka melihat dirinya di rumah sakit itu.
Dia sudah berada di depan rumah. Terlihat sudah ada mobil sang mama dan papa. Iya, tiga hari ini juga orang tua Nataka pergi ke luar kota untuk mengurus butik dan juga perusahaan yang ada di sana. Tentu Nataka sangat merindukan mereka, tapi dia tidak bisa apa-apa untuk melarang mereka pergi.
Saat pintu terbuka, dia melihat sang mama yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Sementara dirinya tidak melihat sang papa. Yena menatap Nataka yang baru masuk ke dalam rumah.
"Sana makan, udah jam makan siang, minum obat kamu," titah Yena.
"Iya Ma," jawab Nataka dengan berat karena dirinya tidak lapar saat itu.
Setelah meletakkan tas berisi baju selama di rumah sakit, Nataka kembali turun ke bawah untuk makan siang. Nataka memakan makan siangnya sendiri. Entah Yena sudah makan atau Yena sedang menunggu Kalan pulang.
Benar saja, saat Nata sudah selesai makan, Kalan pulang dan disambut hangat oleh Yena. Bahkan Yena langsung mematikan siaran televisi dan ikut makan dengan Kalan. Semua itu tak luput dari pandangan Nataka yang sangat iri. Dia juga ingin disambut seperti itu, dipeluk dan pipinya dicium oleh Yena.
"Ngapain kamu masih di sini? Udah sana letak piring kotor kamu dan kembali ke kamar," hardik Yena membuat Nataka terdiam.
Hingga akhirnya Nataka pergi dari meja makan sesuai perintah Yena tanpa mengatakan apapun. Dirinya sudah lelah diperlakukan seperti bukan anak kandung.
Di kamar Nata mengambil ponselnya di atas nakas dan menelepon Dhafin. Dia sangat bosan jika harus berada di rumah terus. Hingga di panggilan ke dua, Dhafin mengangkatnya.
"Halo, napa Nat?"
"Lo sibuk Kak?"
"Iya nih, gue lagi sibuk banget, tugas gue numpuk."
"Oh gitu yaudah deh."
"Elah, napa sih lo? Kalau mau ke rumah datang aja kali, nyokap gue kangen juga tuh sama anak keduanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain of Tears ✓
Fanfiction-Haruto Stories of Wattpad- "Aku suka saat turun hujan, tapi aku gasuka saat air mata yang turun." Kehidupan yang indah memang belum tentu dimiliki semua orang. Setiap orang memiliki masa bahagianya masing-masing. Pasti akan ada bahagia setelah rasa...