Happy reading♡
.
.
.
.
.
.
.Eca bergegas kembali ke rumah sakit setelah membaca pesan Kalan yang mengatakan Nataka kembali drop. Walaupun masih marah, Eca melawan egonya karena rasa khawatir Eca pada Nataka lebih tinggi.
Dia menghampiri Kalan yang berdiri di depan ruang Nataka. "Lan, Nataka kenapa?"
"Gue gatau, tadi pas gue nyampe dia udah kesakitan megang dadanya."
"Lo tadi ke mana?" tanya Kalan.
"Kembaran lo tuh, nyuruh gue pergi, masa tiba-tiba dibentak, ya kesel gue jadinya."
Sebelum Kalan merespon, Syerin keluar dari ruangan Nataka. Mereka pun langsung menanyakan kondisi Nataka.
"Gimana Dok?"
"Nataka terlalu banyak pikiran dan buat penyakitnya kambuh, dia juga harus rutin kemoterapi setelah diperbolehkan pulang. Untuk sekarang, tolong selalu di samping dia, mentalnya sedikit tidak stabil, kalau misal dia nyuruh kalian pergi, jangan mau karena takut Nataka drop kalau lagi sendirian."
"Baik Dok, terima kasih."
"Kalau begitu saya permisi."
Kalan dan Eca mengangguk, mereka masuk ke dalam ruangan setelah Syerin pergi dari sana. Nataka menutup matanya damai, Eca menghampiri dan mengusap lembut surai Nataka.
Rambut Nataka sudah tumbuh selama dua bulan dia koma. Walaupun masih rontok, namun, Eca tidak mempedulikan hal itu.
Nataka membuka matanya, dia menyesal telah membentak Eca. Dia menggenggam tangan Eca yang mengusap rambutnya.
"Maaf ...."
"Gapapa, aku paham. Tadi aku dapat kabar dari Om Gio kalau Tante udah bisa pulang, besok pasti ke sini."
"Beneran?"
Kalan ikut menyahut, "Bener, Mama lagi istirahat tadi, jadi besok Mama ke sini."
Nataka tersenyum senang. Lega karena sang mama sudah bisa pulang dan menjenguknya lagi. Karena Nataka juga tidak tahu, sampai kapan dirinya bisa bertahan.
Kalan mendekati Nataka dan Eca, "Nat, lo belum minta sesuatu ke gue karena udah menang taruhan."
Nataka terkekeh, "Gausah terlalu dipikirin, gue ga pernah anggap taruhan itu ada dari awal."
"Terus kenapa waktu itu—"
"Itu karna gue belum siap kalau lo gak benci gue lagi, Lan. Gue terlalu takut karena penyakit gue."
"Maafin gue, Nat."
"Gue gak pernah anggap lo musuh, Lan. Dari awal gue ga pernah benci apalagi marah, jadi gaperlu minta maaf."
"Tapi satu keinginan gue ke lo."
"Apa? Biar gue turutin."
"Beneran?"
"Iya, gue berani sumpah."
Nataka terkekeh, "Oke, gue mau mulai sekarang lo panggil gue Kakak kaya kita kecil dulu."
Kalan terkejut, dirinya sudah lama sekali tinggal memanggil Nataka dengan sebutan kakak. Walaupun mereka hanya beda beberapa menit, dulu Kalan selalu memanggil Nataka dengan sebutan kakak.
"Kenapa, keberatan? Yaudah kalo gamau gapapa sih, udah yakin juga lo gabakalan mau."
"Gak, gue mau kok, Kak N-nat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain of Tears ✓
Fanfiction-Haruto Stories of Wattpad- "Aku suka saat turun hujan, tapi aku gasuka saat air mata yang turun." Kehidupan yang indah memang belum tentu dimiliki semua orang. Setiap orang memiliki masa bahagianya masing-masing. Pasti akan ada bahagia setelah rasa...