Bagian 20ᥫ᭡

29 5 0
                                    

Happy reading♡
.
.
.
.
.
.
.

Mereka membawa Nataka ke rumah sakit terdekat setelah mendengar teriakan dari Kalan saat melihat keadaan Nataka yang ternyata sudah tidak sadarkan diri di toilet.

Kalan menunggu di depan ruang UGD dengan perasaan gelisah dan khawatir. Dirinya tidak sengaja melihat percikan darah di dekat wastafel saat melihat tubuh Nataka terkulai di kamar mandi.

Pikiran Kalan entah ke mana-mana, belakangan ini dirinya memang menyadari jika kondisi Nataka tidak seperti biasanya. Nataka dulu sangat jarang sakit.

"Lo kenapa sih Nat? Gue merasa jahat banget jadi saudara kembar lo kalau seandainya lo kenapa-napa."

Setelah menunggu, seorang Dokter ke luar dari UGD, Yena dan Kalan menghampiri sang Dokter.

"Gimana keadaan anak saya, Dok?"

"Kondisinya udah baik-baik aja, tapi emang perlu diperiksa menyeluruh untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang anak Ibu udah bisa dipindahkan ke ruang rawat dan dijenguk."

"Makasih Dok."

Sang dokter tersenyum dan mengangguk. Setelah dipindahkan, mereka pun masuk ke dalam ruang rawat Nataka. Menunggu Nataka yang masih betah menutup matanya.

"Kamu pulang aja ya Sayang, udah malam banget, besok kan kamu harus sekolah," ucap Yena sembari mengusap bahu Kalan.

"Dia belum bangun, Ma," balas Kalan tanpa mengalihkan pandangannya ke Yena.

"Nata gapapa, Sayang. Cuma kecapekan aja mungkin, sekarang kamu pulang," kata Yena.

Kalan menggeleng, "Engga Ma, kalau Mama sama Papa mau pulang gapapa, kan besok juga mama papa kerja, aku aja yang jagain Nata."

Yena terlihat menatap Gio sang suami. Sejujurnya, mereka harus pulang, masih ada pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Ditambah besok juga ada kerjaan yang sudah lama mereka tinggalkan.

"Yaudah, papa sama mama pulang ya, kalau ada apa-apa, kabarin kami," ucap Gio.

Kalan mengangguk. Yena memeluk dan mencium kening Kalan sebelum pergi dari sana. Dia juga mencium kening anak pertamanya yang belum membuka mata dengan tatapan sendu.

ᥫ᭡

Mata indah itu terbuka, saat menatap sekeliling, dia merasa asing. Ah, ternyata di rumah sakit. Netranya tak sengaja menangkap sosok Kalan yang sedang tertidur di sofa. Entah kenapa Nataka langsung tersenyum, biarlah dia harus masuk rumah sakit dulu untuk melihat Kalan yang menjaganya.

Tenggorokan Nataka terasa kering, dengan perlahan dia duduk dan mengambil segelas air minum di atas nakas. Dia tidak ingin mengganggu tidur Kalan. Walaupun Nataka tidak tega pada Kalan yang tampak kurang nyaman tidur di sofa.

Namun sial, Nataka tidak sengaja menjatuhkan ponselnya saat mengambil minum. Membuat Kalan terkejut dan langsung bangun. Kalan mengambil ponsel Nataka yang terjatuh dan mengembalikan ke atas nakas.

"Kalau butuh bantuan bilang."

Kalan berniat untuk ke luar kamar, perutnya terasa lapar. Mungkin dia akan pergi ke supermarket di depan rumah sakit yang masih buka 24 jam.

Rain of Tears ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang