6. Huft..,

492 93 6
                                    

Jo menyandarkan tubuhnya pada pagar tangga, menatap macaron pemberian Harua yang masih terbungkus rapih di tangannya.

"Huft.." lagi-lagi, Jo menghela napas, masih menatap macaron di tangan.

"Dramatis banget dah lu"

Menoleh malas, Jo menatap datar Gaku yang entah sejak kapan berada di belakangnya.

"Gue cari kemana-mana, ternyata disini"

Gaku tersenyum, ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Jo, ikut menyandarkan tubuhnya di pagar tangga.

"Jangan sok galau, Jo. Muka lo jelek kalo cemberut gitu" ledek Gaku. Jo tidak menggubris, matanya masih setia menatap macaron pemberian Harua.

Gaku mengikuti arah pandang Jo. Dengan jahil, Gaku merampas macaron di tangan Jo.

"Eh, punya gue!" Teriak Jo. Gaku tertawa meledek, tangannya ia angkat tinggi agar Jo tidak dapat meraihnya, walaupun Gaku sendiri tau kalau Jo sudah pasti bisa meraih macaron itu dengan mudah.

Seperti saat ini, Jo kembali merampas macaron miliknya dari tangan Gaku cepat, bahkan hanya sedikit berjinjit.
Kemudian, macaron itu Jo masukkan ke dalam kantong.

"Yah, lanjut galau dia" cibir Gaku.

"Tau gasi Jo? Tadi Yuma—"

Jo hanya diam, menulikan telinganya dan mengabaikan semua perkataan yang keluar dari mulut Gaku.

Mulai dari A sampai Z, Jo benar-benar tidak minat mendengar perkataan dari mulut temannya yang satu ini. Ia hanya diam, walau kadang berdecak karena Gaku benar-benar tidak berhenti mengoceh tentang apapun saat ini.

Gaku menatap Jo sekilas, tau kalau orang di sebelahnya tidak mendengar omongannya. Gaku memutar otak mencari topik yang bisa membuat Jo mau mendengarnya.

Gaku tersenyum menyeringai, muncul ide di kepalanya.

"Harua tuh lucu, ya. Pantes lo suka"

Tepat sasaran. Secara tiba-tiba, Jo menolehkan kepalanya ke arah Gaku. Dengan senyuman bangga, Gaku menatap mata Jo.

"Kan, giliran bahas Harua, baru mau denger. Padahal tadi budek" cibir Gaku.

"Apaan sih, gajelas"  Jo memalingkan wajahnya agar tidak bertatapan dengan Gaku.

Gaku berjalan sedikit kedepan, berdiri di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke lapangan sekolah.

"Lebay anjir lo Jo, kalo gini mah yang ada Harua bakal ilfeel ke lo" Ujar Gaku lantang, suaranya sengaja di besarkan. Jo panik, ia melihat ke sekeliling takut-takut jika ada yang mendengar omongan Gaku.

"Berisik ege, Gaku! Pelan-pelan kalo ngomong" Jo protes, tangannya dengan enteng memukul kepala Gaku agak kencang. Yang di pukul tidak marah, ia tertawa jahil sembari memasang muka meledek.

Jo abai, ia berbalik arah lalu berjalan cepat menuruni tangga.

"Woy, mau kemana?" Tanya Gaku.

Jo berhenti, sedikit menoleh kemudian kembali berjalan.
"Kelas lah, udah mau bel masuk, ayo" ajak Jo.

Gaku tersenyum. Senang karena setidaknya usaha membuat temannya yang lebay ini berhenti galau sepertinya berhasil.

"Bareng, Jo!"

Yuma dan Hikaru berjalan bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuma dan Hikaru berjalan bersama. Keduanya sama-sama membawa tumpukan kertas berisi poster club yang akan di tempelkan nanti.

"Temenmu itu belom selesaiin poster?" Tanya Yuma membuka percakapan.

Hikaru menoleh, lalu mengendikkan bahu tanda tak tau.
"Kenapa gak kakak tanya ke orangnya aja? Tadi kan duduk bareng"

"Tadi gak kepikiran" Jawab Yuma singkat.

Kemudian, tak ada lagi percakapan diantara keduanya. Hening, suasana lorong kelas sangat sepi karena sekarang sudah masuk jam pelajaran.

Keduanya sampai di depan ruang OSIS. Yuma menaruh tumpukan kertas yang ia bawa di meja kecil sebelah pintu agar bisa membuka pintu ruangan yang agak sulit dibuka.

Setelah pintu ruangan terbuka, keduanya masuk untuk menyusun tumpukan kertas poster agar anggota OSIS lain tidak kesulitan menempel poster di area sekolah nantinya.

"Hika," panggil Yuma. Hikaru berdehem menanggapi panggilan Yuma, sedang fokus memilah kertas yang akan di sebarkan dan nantinya.

"Harua orangnya gimana?" Lanjut Yuma.

Hikaru menghentikan kegiatannya. Ia diam selama hampir satu menit.
"Kenapa? Kakak suka Harua?" Tanya Hikaru dengan nada bercanda.

"Bukan, temen yang suka"

Hikaru mengangguk. Ia kembali terdiam, berfikir apapun tentang Harua yang mungkin ia ketahui.

"Harua itu ramah, terus—"

"Jangan informasi yang pasti semua orang tau, dong" omongan Hikaru terpotong oleh protesan Yuma. Wajah Yuma terlihat agak kesal, cepat-cepat Hikaru kembali berfikir hal-hal tentang Harua.

Cukup lama Hikaru berfikir, hingga akhirnya Yuma buka suara.
"Gausah dipikirin serius banget, kalo gak tau juga gapapa" ujar Yuma.

Hikaru menunduk, kalau dipikir, ia memang belum tau apapun tentang Harua walaupun sudah lumayan lama berteman.

Hikaru mendongak menatap Yuma yang sedang fokus memilah poster.
"Harua orangnya tertutup, kak. Maaf, aku gak tau"
Yuma hanya diam, tidak menanggapi perkataan Hikaru.

"Hika, jangan lupa nanti bagiin brosur pertandingan"
Ia berdiri, kemudian berjalan pelan meninggalkan Hikaru menuju balkon yang berada di pojok ruangan.

Tidak melakukan apa-apa, hanya diam sembari menonton beberapa siswa yang berolahraga di lapangan.

Diam-diam, Yuma merogoh kantongnya, menatap macaron pemberian Harua lamat.

Macaron berwarna merah muda dengan bentuk hati. Yuma jadi berfikir, kalau Jo tau dirinya juga mendapat macaron ini, apa Jo akan marah?

Untuk menghindari hal itu, Yuma menyobek bungkusan macaron, kemudian memakannya dengan sekali suap.

"Manis.."

Yuma tersenyum geli.
"Manis, kayak orang yang ngasih"

Hai hai halowww, terimakasih yang udah baca cerita iniiii(⁠灬⁠º⁠‿⁠º⁠灬⁠)⁠♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai halowww, terimakasih yang udah baca cerita iniiii(⁠灬⁠º⁠‿⁠º⁠灬⁠)⁠♡


Disini yang bakal ujian tanggal 2 nanti ada gak, sih? Aku ujian huhuuu, siap ga siap harus siap:')
Buat yang ujian, semangat ujiannya!

—see you꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang