3. Met?

694 127 12
                                    

Ni-Ki membuka pintu rumahnya pelan, melempar tas ke lantai dan menubrukkan dirinya ke sofa.

Jo melirik adiknya sekilas, lalu kembali fokus ke layar ponsel.
"Abis kemana?" Tanya Jo.

"Mwaen" Jawab Ni-Ki, suaranya agak tidak jelas karena teredam bantal sofa.

"Kemana? Sama siapa? Udah mau jam 6 gini ko baru pulang?" Jo mengintrogasi.

Ni-Ki mengangkat kepalanya kesal,
"Sama temen lah, ke warnet, tadi lama soalnya sekalian makan"

Jo mengangguk mengerti, menaruh ponselnya lalu mengambil beberapa camilan yang ada di meja.

"Jangan kebiasaan pulang sore banget, ntar gue yang kena omel Kakak"

"Lah ngatur, situ siapa?"

"Abang lo"

Keduanya terdiam, fokus dalam fikiran mereka masing-masing.

"Ohiya bang, tadi temen gue nanyain macaron—"

"Kenapa? Kenapa sama macaron?" Ni-Ki mencebik tidak suka saat omongannya di potong, heran kenapa kakaknya bisa begitu exicted hanya karena mendengar kata 'macaron' saja.
"Jangan potong omongan gue." Jo tertawa kecil.

"Temen gue nanyain macaron yang tadi pagi gue comot dari kamar lo, katanya beli dimana" Lanjut Ni-Ki.

Jo membuat pose berpikir.
"Di persimpangan"

"Persimpangan mana?"

"Ya... Persimpangan situ"

Alis Ni-Ki berkerut.
"Yang jelas napa? Persimpangan mana?"

Jo menggaruk kepalanya bingung.
"Besok suruh datengin gue aja dah tu temen lo"

Ni-Ki memutar bola matanya malas.
"Katanya gaboleh ada yang tau"

"Daripada susah jelasin alamatnya, kesian ntar temen lo nyasar, gamau tanggung jawab gue"

Ni-Ki meng-iya-kan omongan Jo dengan anggukan sekilas, kemudian bangkit dari sofa dan berjalan ke arah tangga.

"Mau kemana?" Tanya Jo, setengah berteriak karena jarak ia dan adiknya agak sedikit jauh.

"Mandi lah, ganti baju, biar ga dimarahin Kak Sunghoon bawel" Ni-Ki berlari setelah menjawab, was- was takut ternyata Sunghoon mendengarnya.

"Dih, gua bilangin Kak Sunghoon, liatin aja" Ledek Jo, Ni-Ki kembali turun, menatap tajam ke arah Jo.

"Jangan cepu!"

Ni-Ki naik setelah berteriak, dan Jo cuek memainkan handphone nya kembali.

Sedangkan Sunghoon, mendengar percakapan kedua adiknya dari dapur, tanpa diketahui keduanya.

.
.
.
.
.
.
.

Jo mengerjapkan mata, perutnya lapar dan hidungnya bekerja kala mencium bau sedap yang berasal dari dapur.

Jo bangkit dari sofa, menaruh asal handphone yang masih menyala, melangkahkan kakinya lunglai ke arah bau sedap yang menggugah selera.

"Udah bangun?" Sunghoon bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari bakul yang berisi nasi, mengambil piring lalu menuangkan nasi serta lauk untuk diberikan ke adiknya.

"Iya, hehe, ketiduran tadi" Jo tertawa sekilas, ia menarik kursi dan duduk di depan piring yang di berikan Sunghoon.

Jo makan dengan keadaan mata setengah terbuka, masih berat karena kantuk masih menyerangnya. Walau mengantuk, perut tidak bisa berbohong.
Jo seharian ini belum makan nasi, baru makan macaron yang sengaja Sunghoon stok di rumah.

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang