17. Siapa?

379 44 7
                                    

Sudah tiga hari dan pulang bersama sudah hampir seperti kegiatan sehari-hari yang di lakukan oleh Jo dan Harua. Hari ini pun, Jo juga akan mengajak Harua pulang bersama.

Biasanya setiap jam lima, atau disaat bel pulang berbunyi, Jo akan duduk manis di pinggir lapangan menunggu Harua selesai dengan tenang.

Jo memerhatikan interaksi Harua dengan sesama anggota klubnya dari kejauhan. Jo sih tentu senang saja melihat Harua yang terlihat mudah berbaur dengan orang lain. Tapi yang Jo tidak senangi adalah, seorang lelaki yang entah kenapa setiap Jo perhatikan, anak itu selalu melakukan kontak fisik dengan Harua.
Entah menggenggam tangan, mengacak rambut, ataupun memeluk Harua. Itu membuat Jo yang melihatnya merasa tidak senang.

Seperti saat ini pula, saat kegiatan klub selesai, anak itu memeluk Harua dari belakang secara tiba-tiba sambil memerhatikan anak-anak lain yang mulai pulang.

Jo mendekati keduanya, sampai di tempat, tidak sadar menarik kerah seragam olahraga milik anak itu. Harua yang sedang di peluk erat ikut tertarik, keduanya terkejut.

Bukan hanya keduanya, Jo juga ikut terkejut dengan tindakannya sendiri. Apalagi anak-anak klub voli yang belum pulang beberapa, mereka pikir akan ada perkelahian sebelum akhirnya Jo melepaskan pegangan itu sambil meminta maaf.

Setelahnya, tidak terjadi apa-apa. Semua sudah pulang, hanya menyisakan tiga manusia disana. Harua fokus menulis proposal dengan Jo yang duduk di sampingnya. Sedangkan si anak itu, entah siapa namanya Jo tidak tau, ia tengah membereskan tas-nya lalu beranjak pergi dari sana.

"Kak Rua, pulang dulu, ya" katanya, sambil mengusak rambut Harua.

Jo menatap anak itu dengan tatapan tidak enak. Anak itu sadar tentu saja, tapi anehnya, bukannya berhenti, ia malah semakin gencar dengan Harua.

Harua yang merasa terganggu menggeser tangan anak itu pelan, lalu kembali menulis proposal dengan tenang.

Anak itu tertawa kecil, kemudian berjalan keluar dari area lapangan. Sebelum benar-benar menghilang, anak itu menatap Jo lamat.
Jo yang merasa ditatap, menatapnya balik. Tatapan Jo dibalas dengan senyuman aneh, setelahnya baru ia menghilang.

Jo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung dengan sikap yang barusan ia dapatkan dari adik kelasnya.

Karena sedikit penasaran, Jo menepuk pundak Harua, "Ru, tadi siapa?" Tanya Jo.

"Eum? Oh, adik kelas, namanya Hirota Maki, dia anak kelas satu, baru masuk voli sekitar dua minggu yang lalu" jawab Harua.

"Walaupun baru masuk dia termasuk yang jago banget, lho! Padahal dia bilang belum pernah main voli. Sebelumnya dia ada di klub basket, band, dan masak. Tapi tiba-tiba dia keluar dari semua kegiatan klub dan masuk di klub voli. Aneh, kan? Keluar dari semua klub terus ikut voli yang sebelumnya belum pernah dia coba!" Harua bercerita tiba-tiba, buku di tangannya sudah tertutup rapih.

"Hm? Mungkin dia tipe yang suka coba-coba" Jo menanggapi cerita Harua.
Harua mengangguk-angguk setuju, alasan klasik yang sangat masuk akal jika begini.

Setelah Harua mengemasi barang-barangnya, keduanya mulai berdiri. Mereka berjalan bersama menuju ruang OSIS dengan Harua yang terus-terusan bercerita tentang banyak hal.

"Oh! Terus terus, kamu tau? Yang bujuk OSIS biar poster aku di terima itu maki, loh! Aku seneng banget waktu Maki bilang berhasil bujuk OSIS, selain jago di bidang apa aja, dia juga supel, kadang aku mikir kalo Maki itu keren!"

"....Oh? Gitu?" Jo tersenyum agak di paksa. Jadi, yang membuat 'agenda membuat poster di rumah' batal itu adalah Maki?
Tidak bisa dimaafkan, perbuatan Maki benar-benar tidak bisa di maafkan.

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang