18. Cincin

196 24 5
                                    

Disaat sedang pusing dengan masalah Maki yang tiba-tiba menyuruhnya berhenti mendekati Harua, Ni-Ki malah mengajak—, atau lebih tepatnya memaksa Jo untuk menemaninya ke pusat perbelanjaan.

Jo mau tidak mau menuruti ajakan adiknya satu ini, karena Ni-Ki mengancam akan mengadu pada Kak Jake dengan bilang Jo tidak berperan sebagai kakak yang baik.

Jadilah mereka disini, berada di tengah salah satu mall dengan keadaan Jo dan wajah kusutnya.

"Bang, mukanya jangan kayak pengangguran. Jelek diliatnya" Ni-Ki memperingati kakaknya sembari menarik Jo.
Jo hanya mendengus malas, dirinya hanya pasrah ditarik kemanapun oleh Ni-Ki.

Setelah beberapa menit berjalan tanpa arah, akhirnya mereka berdua memasuki salah satu toko dengan nuansa antik di dalamnya.

Jo memperhatikan isi toko, lalu terkejut sendiri saat menyadari keduanya sedang berada di toko yang memamerkan beberapa cincin.

Jo menghampiri Ni-Ki yang tengah berbincang dengan oba-san pemilih toko, kemudian berbisik pelan, "Ki, mau beli cincin? Tumben banget? Couple? Sama siapa?" Tanya Jo.

Ni-Ki menatap Jo dengan lirikan mata sekilas, setelahnya kembali fokus pada cincin yang terpajang di etalase kaca.
"Sama Taki lah, yakali sama lo bang" jawab Ni-Ki.

Jo tertawa pelan, ia menepuk bahu Ni-Ki "emang tau ukuran jari Taki?"

"Tau lah, udah nanya ke Harua"

Tawa Jo berhenti saat Ni-Ki menyebut nama Harua. Wajahnya otomatis kembali menjadi kusut seperti saat pertama kali mereka masuk kesini.
"Ah.... Apa gue pura-pura jadi Ni-Ki aja biar bisa ngobrol leluasa tanpa di ganggu Maki..." Jo mulai bergumam tidak jelas yang pastinya tidak akan di hiraukan oleh Ni-Ki. Si adik saat ini sedang benar-benar fokus memilih cincin yang sekiranya cocok dipakai Taki.

Seorang wanita dengan pakaian kemeja putih datang ke arah Ni-Ki.

"Oba-san, saya cari cincin couple untuk pasangan"

Wanita itu mengangguk mengerti, kemudian mulai mengeluarkan beberapa pasang cincin ke depan Ni-Ki.

"Ini beberapa cincin pasangan yang toko kami punya, ada yang berwarna gelap dan terang, yang batu berkilau juga ada. Atau kamu juga bisa costum bentuk jika mau" jelas si wanita.

Ni-Ki tersenyum senang saat menemukan cincin berbatu merah dan biru. Ni-Ki tau cincin itu, ia pernah melihatnya saat Hikaru memaksa untuk menonton animasi 
Howl's Moving Castle beberapa waktu lalu. Cincin yang lumayan populer dan sedang banyak digunakan oleh beberapa pasangan saat ini.

"Oba-san, saya pilih yang model ini"

Si wanita mengangguk , ia mulai menanyakan tentang ukuran dan dan aksesoris yang mungkin ingin Ni-Ki tambahkan.

Ni-Ki menyebutkan ukuran jarinya untuk cincin permata biru, serta ukuran jari Taki untuk permata yang berwarna merah.

Wanita itu menatap Ni-Ki heran, "anu, maaf, cincin permata merah ini bukannya terlalu besar untuk ukuran jari perempuan? Mau di cek ulang ukuran jarinya..?" Katanya dengan nada se-sopan mungkin.

Ni-Ki tersenyum, kemudian menggeleng pelan. "Engga, gak perlu kok. Lagian, memang bukan buat perempuan"

Pemilik toko sepertinya mengerti. Memang terlihat agak terkejut dengan perkataan Ni-Ki, namun setelahnya tersenyum ramah sambil mempersiapkan ukuran yang di pinta Ni-Ki.

Cincin baru dapat diambil setelah sekitar satu jam. Jadi, Ni-Ki kembali menarik keluar Jo yang terlihat seperti mayat hidup saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Macaron || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang